Menghindarkan Anak dari Kecanduan Gawai
Pengaruh ponsel pintar atau gawai pada anak tak bisa dihindari lagi. Ada potensi kecanduan gawai. Hal ini bisa dicegah.
Penulis Iman Herdiana19 Agustus 2023
BandungBergerak.id - Gawai (gadget) dapat dimanfaatkan sebagai media belajar bagi anak. Di sisi lain, penggunaan gawai secara berlebihan dan tanpa pengawasan dapat menimbulkan masalah. Mulai dari masalah kesehatan, hingga gangguan perilaku pada anak.
Bahkan lebih jauh lagi, Ketua Prodi Bisnis Kreatif Hadining Kusumastuti yang juga anggota tim pengabdian masyarakat Vokasi Universitas Indonesia mengatakan, penggunaan gawai berlebihan terutama pada anak-anak usia sekolah dasar dapat mengakibatkan gangguan psikologis anak, seperti gangguan tidur dan fungsi belajar.
Diperlukan pendampingan dan arahan kepada anak agar cermat menggunakan gawai dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak terjadi kecanduan gawai. Untuk itu, Program Studi (Prodi) Bisnis Kreatif Program Pendidikan Vokasi UI melangsungkan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) berjudul “Edukasi Penggunaan Gadget di Tingkat Sekolah Dasar”.
Kegiatan pengmas ini bekerja sama dengan Creative Business Student Association (CBSA) UI dan Yayasan Unwanul Khairiyyah, Depok. Sebanyak 35 anak mengikuti kegiatan itu guna mendapat edukasi tentang penggunaan gawai secara positif.
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada anak, terutama terkait dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan gadget secara berlebihan,” ujar Hadining Kusumastuti, dikutip dari laman UI, Sabtu (19/8/2023).
Hadining menyampaikan, penggunaan gawai yang berlebihan dapat diatasi dengan berbagai alternatif, di antaranya mematikan gawai sebelum tidur, membatasi waktu penggunaan gawai, serta sosialisasi dengan orang lain. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi bersama antara pihak sekolah dan guru dalam memberikan edukasi tersebut.
Hal ini disebabkan karena peran guru sebagai penghubung juga sangat penting. Sosialisasi diperlukan untuk membangun kesadaran akan manfaat dan potensi risiko penggunaan teknologi di kalangan anak-anak usia sekolah dasar.
Wakil Ketua Yayasan Unwanul Khairiyah Syahrudin berharap kegiatan tersebut dapat memberikan banyak manfaat kepada anak-anak agar lebih pandai dalam menggunakan gadget.
“Semoga Vokasi UI dapat kembali mengunjungi kami untuk kegiatan bermanfaat lainnya. Saya juga berterima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan pengmas tersebut,” kata Syahrudin.
Anggota pengmas Prodi Bisnis Kreatif yang ikut dalam kegiatan yang dilaksanakan pada Jumat (21/07/2023) tersebut adalah Risca Fleureta Hudiyono, Nugraha, Fia Fridayanti Adam, dan Hasyim Asy’ari.
Baca Juga: Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan 2023 Gelombang 2 Telah Dibuka
Mengulik Matematika dengan Cara Asyik dan Kekinian
Mahasiswa Unpar Magang di Desa-desa untuk Mencegah Korupsi
Kecanduan Gawai
Saat ini, teknologi komunikasi melalui gawai bagaikan pisau bermata dua. Teknologi dapat bermanfaat namun juga di sisi lain memiliki dampak negatif, terutama pada anak-anak usia dini.
Dewasa ini bahkan makin banyak anak yang menghabiskan waktu bermain gawai ketimbang melakukan kegiatan yang melibatkan permainan kontak fisik dengan kawan sebaya.
“Pola komunikasi pun saat ini sudah bergeser dari yang selalu dialogis tatap muka menjadi lebih individual,” kata dosen dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia UI Henny S. Widyaningsih saat mengadakan kampanye sosial “Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak Sejak Dini” pada komunitas perempuan, dikutip dari laman UI.
Henny menjelaskan, alasan perempuan menjadi fokus kegiatan ini adalah agar mereka mampu mengawasi serta mendidik anak-anaknya sehingga mau melakukan kegiatan fisik agar tidak melulu tergantung pada gawai.Topik kampanye sosial ini menurutnya sengaja dipilih karena adanya keprihatinan melihat kondisi saat ini.
Dalam kegiatan itu, para ibu diberikan materi tentang “Gawai dan Dampaknya Bagi Anak” serta materi tambahan “Upaya Pencegahan Akibat Kecanduan Gadget pada Anak”.
Sementara para ibu mengikuti temu wicara anak-anak yang berusia 5-10 tahun dikenalkan dan diajak bermain permainan tradisional dan lomba seperti menyusun puzzle dan mewarnai.
“Ibu-ibu harus waspada ketika anak menolak melakukan rutinitas sehari-hari dan lebih memilih gadget. Ini salah satu tanda adiktif,” kata Wahyuni Pudjiastuti, dosen Departemen Ilmu Komunikasi UI yang menjadi penanggung jawab acara.
Salah satu tanda kecanduan gawai, menurut Wahyuni, antara lain penggunaannya secara terus menerus disertai menurunnya keinginan untuk bermain dengan anak lain.