• Nusantara
  • Universitas Indonesia Mengusulkan Pengembangan Narasi Budaya Digital bagi Kampung-kampung Adat di Nusantara

Universitas Indonesia Mengusulkan Pengembangan Narasi Budaya Digital bagi Kampung-kampung Adat di Nusantara

Indonesia memiliki banyak kampung adat. Di Jawa Barat, setidaknya terdapat 37 kampung adat yang memerlukan perhatian pemerintah.

Sekelompok anak laki-laki mengenakan pangsi dan ikat kepala mengikuti upacara Seren Taun di Kampung Adat Cireundeu. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana31 Agustus 2023


BandungBergerak.idIndonesia memiliki keragaman kampung adat yang setia dengan sastra lisannya. Tak jarang sastra lisan yang mereka praktikan tidak dipahami oleh wisatawan. Pemahaman budaya ini penting agar wisatawan tidak mengalami benturan kebudayaan. 

Menghadapi kenyataan ini, Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (Pengmas) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mengembangkan narasi budaya digital bagi kampung adat. Tim Pengmas FIB UI menginisiasi narasi digital Kampung Kadoku yang juga diterbitkan dalam bentuk QR Code.

“Narasi budaya digital sangat penting dalam pelestarian budaya dan juga dalam penentuan destinasi wisata berkelanjutan. Kita tidak mau para turis hanya datang dan melihat bentuk kampung adat tanpa memahami esensinya. Hal inilah yang mendasari kegiatan kami,” terang tetua Tim Pengmas FIB UI Diah Kartini Lasman yang juga dosen Program Studi Prancis, dikutip dari laman Universitas Indonesia, Kamis (31/8/2023).

Narasi budaya digital telah dipraktikkan di Kampung Kadoku di Kecamatan Wanokaka, Desa Weimangoma, Sumba Barat, Pulau Sumba. Tim mengunjungi kampung adat Kadoku sepanjang Juli-Agustus 2023.

Kampung Kadoku adalah salah satu kampung tradisional yang masih mempertahankan ritual-ritual adat dan tradisi lisan nenek moyang. Di kampung tersebut terdapat 20 rumah tradisional yang dikenal dengan nama Uma Menara, yang beratap menara dari alang-alang.

Uma Menara berarsitektur rumah panggung dari bambu dan papan kayu. Rumah utama di Kampung Kadoku bernama Uma Habei yang konon didirikan langsung oleh Ubu Uang, pendiri Kampung Kadoku. Di dalam Uma Habei masih terdapat ukiran yang lazim disebut “Habei”. Ukiran ini masih dikenal sebagai ukiran pamali dan tidak boleh difoto atau dilihat oleh orang dari luar kampung Kadoku.

Pendirian Kampung Kadoku ini berkaitan dengan Legenda Lende Watu, yaitu runtuhnya jembatan batu yang menghubungkan Sumba dengan pulau lain. Tidak ada yang tahu dengan pasti mengenai pulau lain yang disebut dalam legenda ini. Ada yang menduga pulau lain itu adalah Bima (Sumbawa), ada pula yang menduga pulai lain itu adalah Flores.

Namun demikian, jembatan batu karang yang disebut sebagai Lende Watu ini diyakini telah membawa banyak warga Sumba pergi dan tidak kembali. Umbu Uang adalah pertapa suci dari dalam gua yang menguasai petir dan halilintar. Dengan kekuatannya, Umbu Uang menghancurkan Lende Watu. Setelah itu, Umbu Uang mendirikan Uma Habei di Kampung Kadoku yang hingga kini masih eksis.

Legenda yang menjadi warisan sastra lisan Sumba inilah yang dinarasikan secara digital oleh Tim Pengmas FIB UI. Narasi budaya digital itu dibuatkan QR Code, lalu QR Code ini ditempatkan di dalam desa adat yang dapat menjadi rujukan bagi wisatawan yang ingin mengetahui kisah asal-usul kampung ini.

Mengingat sinyal di Sumba yang tidak selalu stabil, tim Pengmas FIB UI juga mencetak narasi budaya digital berbahasa Indonesia dan Inggris dalam sebuah poster yang ditempatkan di pintu masuk Kampung Kadoku. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan kampung adat Kadoku menjadi destinasi wisata berbasis digital pertama di Pulau Sumba. Hal tersebut diharapkan menjadi sebuah “pilot project” untuk kampung-kampung adat lainnya.

Selain Diah Kartini Lasman, Tim Pengmas FIB UI yang datang ke Kampung Kadoku terdiri dari Hendra Kaprisma (dosen Program Studi Rusia, Manajer Umum), Nazarudin (dosen Program Studi Indonesia), serta dua mahasiswa, Syifa Nurannisa dan Diajeng NRS. Mereka disambut Kepala Dinas Pariwisata Sumba Barat Charles H. Weru dan Sekretaris Dinas Pariwisata Sumba Barat Annisa Umar Bamualim. 

Diah menambahkan, ke depan, Tim Pengmas FIB UI masih akan membuat narasi budaya digital untuk setiap Uma Menara yang ada di Kampung Kadoku—karena baru diketahui dalam penelusuran ini bahwa setiap Uma Menara memiliki nama, fungsi dan kisah masing-masing dalam ritual adat Kadoku.

Baca Juga: Mengenalkan Manfaat Sungai Cikapundung pada Anak-anak di Kampoeng Tjibarani
Kampung Adat Cireundeu Bertahan dalam Perubahan Zaman
Seruan Penolakan Ekspor Pasir Laut dari Walhi untuk Presiden Joko Widodo

Data Kampung Adat Jawa Barat

Keragaman kampung adat juga terdapat di Jawa Barat. Berdasarkan Open Data Kampung Adat Jawa Barat, total jumlah kampung adat di provinsi ini sebanyak 37 kampung adat yang tersebar di Kabupaten Bandung Barat, Kab Bandung, Kab Bekasi, Kab Bogor, Kab Ciamis, Kab Cianjur, Kab Cirebon, Kab Garut, Kab Indramayu, Kab Karawang.

Namun, menurut Dewi Astuti dan Risma Rismawati dalam buku Adat Istiadat Masyarakat Jawa Barat (Penerbit PT Sarana Pancakarya Nusa 2018) jumlah kampung adat di Jawa Barat ada delapan, yaitu Kampung Cikondang, Kampung Naga, Kampung Mahmud, Kampung Kuta, Kampung Dukuh, Kampung Urug, Kampung Pulo, dan Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar.

Dewi Astuti dan Risma Rismawati merinci detail-detail delapan kampung adat tersebut. Menurut kedua penulis, di antara delapan kampung adat terdapat tiga jenis rumah adat, yaitu rumah adat Citalang, rumah adat Lengkong, dan rumah adat Panjalin.

“Jawa Barat, seperti halnya provinsi lain yang ada di Indonesia memiliki kekayaan berupa warisan budaya dan nilai-nilai luhur tradisional. Masyarakat Jawa Barat yang penduduk aslinya kebanyakan dari Suku Sunda ini dikenal sebagai masyarakat yang agamis serta memiliki perilaku sosial yang memiliki falsafah silih asih, silih asah, dan silih asuh yang berarti saling mengasihi, saling memberi pengetahuan, dan saling mengasuh di antara warga masyarakat,” tulis Dewi Astuti dan Risma Rismawati

Dalam hal adat istiadat, kedua penulis menyatakan di kampung adat Jawa Barat terdapat tradisi terkait tempat tinggal dan kampung yang masih asli atau tetap menjaga adat, ada pula yang berhubungan dengan lingkaran hidup, seperti upacara-upacara adat kelahiran, pernikahan, bahkan upacara kematian.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//