• Narasi
  • Padepokan Bumi Ageung Saketi, Budaya Sunda, dan Modernisasi

Padepokan Bumi Ageung Saketi, Budaya Sunda, dan Modernisasi

Padepokan Bumi Ageung Saketi memulai aktivitasnya di berbagai platform media sosial untuk mengenalkan kebudayaan Sunda.

Tim Pengabdian Unpar – Hibah Dikti

Kristining Seva, Willfridus Demetrius Siga, Syayu Zhukhruffa, Angelique Ivy Vrisyanie, Elonora Kalyana Mitta, Felicia Irvanka, Marsiloan, Dimas Wira D

Anak-anak mengikuti bangbarongan dalam arak-arakan pertunjukan seni reak di Kampung Jati, Cibiru, Kota Bandung. (Foto: Putra Dimas/BandungBergerak.id)

10 September 2023


BanndungBergerak.id – Padepokan merupakan sebuah lembaga tradisional yang bertujuan sebagai pusat pendidikan, pelatihan, dan pelestarian budaya. Oleh karena itu, padepokan sering kali menjadi tempat di mana pengetahuan dan nilai-nilai budaya lokal diajarkan, dan dilestarikan.

Salah satunya adalah Padepokan Bumi Ageung Saketi yang berada di Cibiru, Kota Bandung, yang merupakan komunitas yang fokus pada kebudayaan Sunda. Padepokan ini didirikan pada 2019 oleh Enjang Dimyati (Abah Enjoem) serta Dody Satya Ekagustdiman.

Kehadiran dari padepokan ini bertujuan untuk memberikan edukasi alternatif bagi masyarakat yang tertarik dengan kebudayaan Sunda. Kegiatan yang dijalankan oleh Bumi Ageung Saketi seperti melaksanakan Bhakti Mantha Purnamakala secara rutin, acara Ruwatan Gunung Manglayang, Sekolah Anak, Diskusi Naskah kuno Sunda, serta upaya pelestarian lingkungan dan pengembangan produk-produk masyarakat sebagai upaya pengembangan UMKM.

Didik Pebriansyah atau yang lebih dikenal dengan Venol selaku perwakilan dari Padepokan Bumi Ageung Saketi menegaskan pentingnya melestarikan warisan budaya sebagai sebuah strategi bertahan dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus berubah dinamis. Bertahan “hidup” dalam konteks ini mencakup penggunaan cara dan nilai-nilai budaya yang telah diterapkan oleh leluhur kita selama bertahun-tahun.

Dengan demikian, kebudayaan dalam lingkup padepokan tidak hanya memiliki aspek seremonial seni semata, melainkan juga mencakup pola, prinsip, dan pandangan hidup yang lebih mendalam. Oleh karena itu, diperlukan upaya aktif dalam menjaga keberlanjutan semua aspek budaya yang ada di Padepokan.

Baca Juga: Tersisihnya Budaya Lokal karena Globalisasi
Masyarakat Adat Sunda Mengarungi Arus Budaya Globalisasi
Menjaga dan Melestarikan Budaya Reak Melalui Media Digital

Melestarikan Budaya

Menurut Venol, ada berbagai cara untuk cara mencapai tujuan pelestarian budaya ini. Namun yang paling krusial adalah mempertahankan konsistensi dalam melaksanakan kegiatan serta merumuskan strategi regenerasi yang dapat memastikan kelangsungan budaya tersebut.

Selain itu, Padepokan Bumi Ageung Saketi juga tengah mengadopsi perubahan digital.  “Kita harus secara bertahap mengambil peran dalam dunia digital untuk mencapai lebih banyak orang dan menyebarkan nilai-nilai kebudayaan Sunda dengan efektif kepada berbagai audiens,” ujar Venol, Senin (4/9/2023).

Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan bekerja sama untuk menciptakan sebuah situs website bersama Universitas Katolik Parahyangan. Website Padepokan akan mengulas berbagai kegiatan, menghadirkan tulisan tentang kebudayaan dalam berbagai format, seperti artikel, zine, dan detail produk-produk UMKM yang berkolaborasi dengan Padepokan Bumi Ageung Saketi.

Padepokan Bumi Ageung Saketi juga telah memulai aktivitasnya di berbagai platform media sosial seperti Instagram dan TikTok. Konten yang dibagikan oleh Padepokan pada media sosial ini bersifat edukatif, membahas berbagai aspek budaya Sunda.

Dengan memasuki ranah digital, harapannya adalah generasi muda memiliki akses mudah untuk memperoleh informasi lengkap mengenai padepokan serta untuk meningkatkan pemahaman tentang kebudayaan Sunda. Sehingga, kebudayaan Sunda dapat digemari tidak hanya oleh warga lokal saja, melainkan dapat menarik perhatian masyarakat di luar negeri.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//