RESENSI BUKU: Pergulatan Karman
Buku “Kubah” karya Ahmad Tohari mengisahkan pergulatan Karman mantan anggota PKI setelah dibebaskan dari penjara Pulau Buru.
Penulis Audrey Kayla Fachruddin11 September 2023
BandungBergerak.id – "Kubah" merupakan novel kedua Ahmad Tohari yang saya beli di tahun 2019 dan novel ini dapat dikatakan cukup mengubah perspektif saya ketika masih berada di bangku SMA.
Novel ini diterbitkan pada tahun 1980 dengan latar masa pergolakan politik Indonesia yang tengah melawan Partai Komunis Indonesia (PKI). Secara garis besar, novel ini menceritakan kehidupan Karman, seorang mantan narapidana asal Pegaten yang ditangkap karena menjadi anggota PKI.
Karman ditahan selama dua belas tahun di Pulau Buru dan akhirnya diberikan surat keterangan bebas oleh sipirnya. Ia kembali berhasil menghirup udara segar di luar jeruji besi tetapi ia tertegun karena melihat perbedaan dunia yang dikenalnya dua belas tahun silam dengan keadaan yang sedang berlalu-lalang di depan matanya.
Meski ukuran tubuhnya tidak kecil, saat itu ia merasa menjadi rayap yang berjalan di antara barisan lembu (hal. 9). Karman tentu merasakan berbagai kesulitan yang cukup signifikan ketika harus menyesuaikan diri dengan kehidupan zaman baru serta berbagai perubahan besar terhadap kehidupan pribadinya.
Kemudian, novel ini mulai menceritakan bagaimana latar belakang Karman di Pegaten dan lika-likunya ketika menjadi seorang pemuda dengan semangat membara. Karman adalah anak dari seorang mantri pasar dan merupakan pemuda yang cukup cerdas dibandingkan dengan masyarakat Pegaten lainnya.
Baca Juga: RESENSI BUKU: Rantai Kekerasan, Kekuasaan, Ras, dan Agama di Indonesia
RESENSI BUKU: Purnama Kedua Belas Sabari
RESENSI BUKU: Novel Bekisar Merah dan Sensasi Drama Korea ala Ahmad Tohari
Kemiskinan yang Menjerat Karman
Seperti resensi novel Ahmad Tohari sebelumnya, novel "Kubah" juga mengangkat isu kemiskinan. Pada hal ini, Karman sekeluarga sempat merasakan kesulitan ekonomi, terutama kesulitan terhadap akses pangan, akibat penjajahan yang dilakukan oleh Jepang. Namun, hal itu dapat dilihat sedikit "teringani" akibat jabatan ayah Karman.
Sebelum ia menjadi seorang anggota PKI, ia bertemu terlebih dahulu dengan Margo, seorang aktivis PKI yang sering kali mengadakan "kuliah tamu". Mengetahui bahwa Karman merupakan salah satu pemuda yang cukup cemerlang, ia kemudian menargetkan Karman untuk bergabung dengannya melalui berbagai doktrin yang dikemasnya dengan halus.
Secara garis besar, novel ini juga menggambarkan berbagai hal yang kerap kali dilakukan oleh para "aktivis" untuk merekrut seseorang ke dalam kelompoknya. Pada akhirnya, Karman memutuskan untuk bergabung sebagai salah satu anggota PKI.
Menarik lagi cerita sebelumnya, Karman merasakan kebingungan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat Pegaten karena label yang dimilikinya-mantan narapidana dan mantan aktivis partai yang menyebabkan gejolak politik Indonesia. Meskipun begitu, ia tetap berusaha untuk menyesuaikan diri agar dapat bertahan hidup. Ia kembali bertemu dengan Haji Bakir, yang ia dulu anggap sebagai musuh, dan bekerja untuknya dalam pembangunan sebuah masjid di Pegaten.
Selama membaca novel ini, seluruh tulisan Ahmad Tohari tentu memperluas perspektif saya, tidak terbatas dengan partai yang menjadi topik utama, terhadap bagaimana berbagai "aktivis" yang mengaku dari suatu kelompok datang dan berbaur dengan masyarakat. Mereka akan datang ke berbagai tempat yang cukup "lugu" atau masyarakatnya yang terlihat mudah untuk diajak berdiskusi dengan tujuan untuk merekrut mereka. Jika dikaitkan dengan keadaan sekarang ini, berbagai hal yang dilakukan oleh Margo dan kawan-kawannya itu cukup umum. Bedanya, berbagai hal tersebut masa kini dapat dengan mudah dilakukan melalui bantuan internet.
Seperti resensi novel Ahmad Tohari sebelumnya, ia berhasil mendeskripsikan berbagai situasi secara mendetail seakan-akan membawa saya berada bersama Karman dan melihatnya beraktivitas seperti film. Tidak hanya itu, Ahmad Tohari juga kembali menggarisbawahi bagaimana kesulitan ekonomi dan pangan dapat memengaruhi suatu masyarakat hingga jatuh ke dalam kemiskinan. Dalam hal ini, ia memberikan "contoh langsung" mengenai bagaimana suatu kebijakan dapat memengaruhi kehidupan masyarakat.
Walaupun novel ini memiliki berbagai kelebihan, novel yang saya miliki tidak mempunyai daftar pustaka sehingga saya sedikit kesulitan untuk melihat bagian-bagian tertentu. Tetapi hal tersebut dapat dimaklumi karena tiap judul subbab novel ini hanya berupa angka.
Informasi Buku
Judul: Kubah
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Perancang Sampul: Sukutangan
Cetakan: Ketujuh, Januari 2019
Halaman: 216 halaman
ISBN: 9789792287745