• Berita
  • Mendengarkan Aspirasi Mahasiswa Ahmadiyah Menjelang Tahun Politik 2024

Mendengarkan Aspirasi Mahasiswa Ahmadiyah Menjelang Tahun Politik 2024

Para mahasiswa Ahmadiyah Bandung berbagi ilmu dan beraktivitas bersama siswa-siswa difabel. Tahun politik jangan mengorbankan kelompok minoritas demi suara.

Empat siswa SLB ABCD Asyifa, Bandung, menampilkan bakat tarian mereka pada acara Amshare 2023 yang bertemakan There is no different between us, Sabtu, 23 September 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul24 September 2023


BandungBergerak.idPesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang harus mengakomodasi dan menampung aspirasi dari semua elemen masyarakat. Agenda lima tahunan ini jangan dijadikan ajang mencerabut hak-hak kelompok minoritas demi mendulang suara.

“Karena kebanyakan ketika ada musim kampanye ya, pasti sasarannya adalah kelompok minoritas seperti itu. Kita sama sekali tidak ingin dimanfaatkan,” ungkap Parwin Salma, 22 tahun, usai kegiatan AMSA/AMSAW SHARING (Amshare) 2023 di Sekolah Luar Biasa (SLB) ABCD Asyifa, Bandung, Sabtu, 23 September 2023.

Parwin adalah seorang mahasiswi yang juga menjadi ketua Ahmadiyya Muslim Students Association Women (AMSAW) Bandung. Dia berharap agar agenda politik menjelang pemilu 2024 justru menjadi momen memprioritaskan kelompok-kelompok yang kurang mendapatkan perhatian, yang kecil, dan yang terpinggirkan. Tak hanya didengar suaranya, tapi juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 

Menurut Parwin, semua pemangku kepentingan harus kembali pada keniscayaan bahwa semua warga negara punya hak sama. Termasuk hak untuk berpendapat, memberikan masukan dan mengambil keputusan. Pesta demokrasi pemilu 2024 mestinya menjadi wadah mempertegas komitmen seperti itu.  

"Jadi jangan hanya karena suatu kepentingan kelompok yang besar, sedangkan kita kecil, jadi tidak terlalu dilibatkan dan juga tidak ada manfaatnya gitu. Jadi yang kita rasakan hanya kerugiannya,” tuturnya.

Dedus Lihoko, Ketua Panitia Amshare 2023, berpendapat, dalam agenda politik, penting untuk mengesampingkan ego. Dalam berdemokrasi, siapa pun yang akhirnya terpilih mendapatkan jabatan atau kedudukan politik, tetap harus didukung terlepas dari perbedaan suara.

“Kita kan (ber)demokrasi. Kita harus melihat yang naik itu suara yang tinggi, kita harus dukung juga. Bukan berarti pilihan kita adalah pilihan yang paling benar,” ungkap Dedus.

Mahasiswa asal Indonesia timur ini berharap, tidak akan ada kekerasan dalam pemilu 2024. Setiap orang bisa menghargai setiap perbedaan pendapat dan pilihan. Momen politik merupakan momen demokrasi, dan demikianlah ia harus berlangsung. Selain itu, penting sekali untuk terus menyuarakan keberagaman dan bagaimana merawatnya.

“Keberagaman di Indonesia lebih dikuatin lagi. Terus intinya, lebih menghargai. Kan kita punya Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, jadi kita memang bener-bener harus saling menghargai sesama warga negara Indonesia,” katanya. 

Baca Juga: Perebutan Pengaruh Partai Politik Berhaluan Agama dan Nasionalis di Jawa Barat Menjelang Pemilu 2024
Pemilu 2024 dan Realitas Politik Anak Muda
Partai-partai Baru Berhaluan Kanan Berebut Calon Pemilih di Bandung Raya

Foto bersama panitia, siswa, para guru dan pendamping pada acara Amshare 2023 di SLB ABCD Asyifa, Bandung, Sabtu, 23 September 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Foto bersama panitia, siswa, para guru dan pendamping pada acara Amshare 2023 di SLB ABCD Asyifa, Bandung, Sabtu, 23 September 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Berbagi dalam Perbedaan

Amshare merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh AMSA, organisasi mahasiswa Ahmadiya, dan AMSAW, organisasi mahasiswi Ahmadiyah. Tak hanya di Bandung, kegiatan ini juga dilakukan di beberapa kota lain di Indonesia di sepanjang bulan September hingga Oktober oleh organisasi kewilayahan masing-masing.

Secara nasional, Amshare tahun 2023 bertemakan “There is no different between us”. Pengurus wilayah meraciknya kembali secara teknis di lokasi kegiatan. Kegiatan Amshare 2023 di Bandung kali ini diadakan di SLB pun bukan tanpa alasan.

“Memang sejauh ini (dalam) kegiatan sosial itu kebanyakan orang memilih panti sosial, yatim piatu atau pesantren. Namun ada satu kelompok yang memang itu juga kelompok rentan dan harus kita perhatikan, yaitu kelompok disabilitas. Kita ingin menjadi orang yang bisa memberikan perhatian kepada kelompok rentan ini juga,” ungkap Parwin Salma.

Parwin menyebut ada empat rangkaian kegiatan yang dilakukan, yaitu education and motivation, creativity session, together in love, dan little give for humanity. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah senam pagi bersama 26 siswa SLB Asyifa bersama guru serta para pendamping. Kegiatan dilanjutkan dengan bermain berburu harta karun yang kemudian ditukarkan menjadi permen. Kegiatan edukasi dilakukan dengan pembacaan dongeng dan penanaman pohon.

“Kenapa tanaman? Karena sesuai dengan isu lingkungan. Jadi (kita) mau melibatkan anak-anak untuk peduli terhadap lingkungan. Juga dengan bermain tanah, banyak menyentuh yang kasar-kasar bisa menstimulasi kognitif dan motorik mereka,” ungkapnya secara antusias.

Parwin mengakui, ada tantangan tersendiri melakukan kegiatan bersama siswa difabel. Setiap kegiatan harus dibuat mudah dipahami oleh para siswa SLB ABCD Asyifa. 

Hari itu, para siswa tak melulu jadi peserta. Mereka memiliki juga kesempatan untuk unjuk bakat. Empat orang siswa menampilkan tarian Sunda dengan iringan musik terompet.

 *Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Awla Rajul atau tulisan-tulisan menarik lainnya tentang politik dan Pemilu 2024

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//