Layar Sendu II, Memaknai Kehilangan
Andika Febryan menyajikan pameran foto, puisi, dan pementasan Layar Sendu II untuk bersama melakukan perjalanan emosional untuk memaknai kehilangan dalam hidup.
Penulis Fitri Amanda 27 September 2023
BandungBergerak.id – Andika Febryan , seniman dibalik pameran foto dan puisi Layar Senja II – Kehilangan menghadirkan pementasan seni yang lengkap. Ia menumpahkan keresahannya terbesar dalam hidupnya dalam rangkaian pertunjukkan yang terencana dan cermat dengan tari, pantomim, musik, cahaya dan distorsi suara yang untuk menciptakan aliran emosi yang mengalir hingga penghujung pementasan, tentang kehilangan.
Andika merancang pementasannya malam itu mengikuti perubahan emosi yang menjadi keresahan terbesar dalam hidupnya, pengalamannya menghadapi kepergian orang yang paling dikasihinya. Ia membawa penonton pementasannya dalam rangkaian pertunjukkan yang membabak mengubah suasana.
Pengalaman yang dituangkannya bukan melulu soal kesedihan. Namun juga proses pemulihan dan melepaskan perasaan kehilangan. Andika menjadikan Layar Sendu II menjadi caranya memaknai kehidupan melalui kehilangan. Ia menjadikan pengalaman pribadinya yang melibatkan kepergian orang terkasihnya yang berbalas reaksi luar biasa mereka yang di sekitarnya – yang memberikan dukungan tak tergantikan menghadapi kehilangan tersebut.
“Dari situ aku berpikir oh ternyata begini rasanya memaknai kehidupan dari kehilangan,” ujar Andika mengenai alasan di balik lahirnya Layar Sendu 2, Minggu, 24 September 2023.
Andika mempersiapkan Layar Sendu II dengan konsep yang terencana dan empatik. Pementasan malam itu seakan memberi ruang pada pengunjung yang menyaksikan untuk ikut merenung, merasakan, dan melepaskan perasaan mereka sepanjang pertunjukkan.
Baca Juga: Seni Karawitan Sunda, dari Zaman Belanda ke Kampus ISBI Bandung
Kolaborasi Seni Reak dan Pantomim Memperingati Hari Spesies Terancam Punah di Indonesia dan Dunia
Pergolakan Seni dan Perubahan Sosial: Seni Rakyat dan Identitas Melawan Dominasi
Melibatkan Penonton
Pameran foto dan puisi Layar Sendi 2 digelar di Urbane Indonesia Jalan Cigadung Raya, Kota Bandung. Pameran dibuka pukul lima sore, dan dilanjutkan dengan pementasan yang melibatkan banyak pelaku seni mulai pukul tujuh malam.
Sedari awal, Andika menginginkan pengunjung ikut terlibat dengan membagikan cerita-cerita pribadi dan pengalaman kehilangannya masing-masing. Ia berharap rangkaian pameran foto dan pementasan seni malam itu menjadi tempat untuk ekspresi pribadi, penyembuhan, dan penghormatan terhadap yang telah pergi.
“Kami juga pingin melibatkan penonton. Pada saat pembelian tiket, mereka mengisi data, di situ ada kolom yang juga kami siapkan untuk mereka bercerita, kemudian men-submit foto-foto dari sosok yang sudah berpulang dan di situ kita juga dari awal sudah meminta persetujuan mereka bahwa ini nantinya akan juga dipamerkan,” ujar Andika.
Ia menyadari, setiap orang termasuk pengunjung pementasannya malam itu juga membawa keresahan atas kehilangannya masing-masing. Oleh karena itu, ia ingin menciptakan pengalaman yang memungkinkan penonton yang datang malam itu ikut merasakan dan menghadapi perasaan tersebut seiring dengan progresinya melalui pameran dan pertunjukkan seni yang disajikan.
Dengan melibatkan beberapa pelaku seni lainnya, Andika mengajak penontonnya untuk ikut melakukan perjalanan emosional mengungkapkan berbagai aspek dari kehilangan – meresapi, mengatasi, dan akhirnya memaknai kehilangan dalam hidup mereka.
Melepaskan Kehilangan
Rangkaian pameran foto, puisi, penampilan tari, pantomim, hingga musik – semua berbicara tentang proses pemulihan dari kehilangan – tentang bagaimana manusia dapat menemukan cahaya di tengah kegelapan dan pentingnya kehadiran dukungan sosial.
“Aku pengen menyampaikan kepada orang-orang yang nonton bahwa semua orang pernah merasakan kehilangan tapi jangan lupa untuk juga memaknai kehidupan karena masih ada orang-orang hidup di sekitar kita,” ujar Andika.
Wanggi Hoed, salah satu pengisi pementasan Layar Sendu II malam itu dengan pantomimnya malam itu. Menurutnya, kehilangan adalah kehidupan sehari-hari yang terjadi tanpa disadari. “Kehilangan itu adalah tiap detak nadi kita, tiap jantung kita itu, kita sudah menemukan perasaan-perasaan yang hilang,” ujarnya.
Non Marisya, pelaku seni yang lain yang tampil bersama Wanggi Hoed juga punya pengalaman yang sama mengenai kehilangan. Baginya, kehilangan merupakan pengalaman yang dialami oleh semua orang dan menjadi bagian alami dari kehidupan manusia.
Layar Sendu 2 adalah sebuah perjalanan seni yang penuh makna. Dengan cermat mereka merangkai elemen-elemen seni dengan tujuan utama mereka adalah mengizinkan orang untuk merasakan keresahan dan kehilangan yang mereka bawa, membiarkan emosi-emosi itu meresap, dan akhirnya, memberikan ruang bagi proses pemulihan dan melepaskan.