• Narasi
  • Sebelum Whoosh, Ada Eendaagsche Express sebagai Kereta Cepat era Hindia Belanda

Sebelum Whoosh, Ada Eendaagsche Express sebagai Kereta Cepat era Hindia Belanda

Kereta Api Eendaagsche Express dirancang sebagai sarana transportasi yang sangat cepat pada zamannya. Menempuh perjalanan Batavia-Surabaya dalam 13 jam 30 menit.

Danil Kasputra

Penikmat kisah-kisah sejarah dan juga senang menulis. Tulisan-tulisannya banyak tersimpan di www.tareekh.my.id.

Kereta Api Cepat Eendaagsche Express saat akan memasuki Stasiun Kroya sekitar tahun 1930. (Sumber: digitalcollections.universiteitleiden.nl)

2 Oktober 2023


BandungBergerak.id – Pada tanggal 21 September 2023, pemerintah secara resmi memberikan nama baru untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), mengubahnya menjadi "Whoosh." Kehadiran kereta api cepat ini mengingatkan kita ke masa lalu di mana kereta api cepat yang jadi tercepat di masanya serupa Kereta Api Cepat Jakarta Bandung pernah dioperasikan pada masa Hindia-Belanda dengan nama "Kereta Api Eendaagsche Express." Cuma bedanya kereta cepat ini memiliki rute Jakarta-Surabaya dengan hanya sesekali melewati Bandung, sedangkan Whoosh atau Kereta Api Cepat saat ini menghubungkan Jakarta-Bandung. 

Kereta Eendaasgsche Express sendiri secara harfiah berarti "ekspres satu hari". Maksud ekspres satu hari di sana ialah karena kereta ini memiliki peran penting dalam menghubungkan dua kota utama di Hindia-Belanda saat itu Batavia (Jakarta) dan Surabaya. Selain itu nama "satu hari" yang tersemat padanya bukan tanpa alasan. Sebab sebelum kehadiran Kereta Api Eendaagsche Express, perjalanan dari Batavia ke Surabaya memakan waktu dua hari. Namun, berkat kecepatan dan efisiensi yang dimiliki oleh kereta ini, waktu perjalanan tersebut berhasil dipangkas secara signifikan, hanya menjadi satu hari, dengan durasi perjalanan sekitar 13 jam 30 menit (Tim Redaksi Kompas, Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas: 200 tahun Anjer Panaroekan, Jalan Untuk Perubahan).

Kereta Api Eendaagsche Express pertama kali diluncurkan pada tahun 1929. Meskipun begitu, awalnya ada beragam usulan mengenai nama kereta ini. Batsoer dan Soerbat adalah dua nama yang sempat diajukan. Kedua nama tersebut merupakan akronim dari Batavia-Soerabaja dan Soerabaja-Batavia, sehingga secara arti juga mencerminkan rute yang dilayani oleh kereta cepat tersebut. Namun, akhirnya, pemerintah Belanda pada masa tersebut memilih untuk menggunakan nama "Eendaagsche Express" sebagai identitas resmi layanan kereta cepat mereka. Keputusan ini mencerminkan betapa pentingnya nama dalam menentukan citra dan karakteristik suatu layanan transportasi, bahkan pada masa lalu. Meskipun nama-nama seperti "Batsoer" dan "Soerbat" memiliki arti yang jelas, pemerintah pada saat itu lebih memilih nama yang mudah dikenal, yaitu "Eendaagsche Express," yang dengan singkatnya menggambarkan daya tarik utama layanan tersebut: kecepatan dan efisiensi dalam perjalanan antar dua kota penting (Het Nieuws van den dag Voor Nederlandsch-Indie, 10 Desember 1929).

Baca Juga: Berbagai Buku Panduan Pariwisata ke Bandung Yang Pernah Terbit di Era Kolonial
Para Wisatawan yang Berpelesir ke Bandung Era Kolonial Belanda
Mooi Bandoeng, Majalah Wisata Bandung Tempo Dulu

Kereta Cepat pada Zamannya

Kereta Api Eendaagsche Express dirancang sebagai sarana transportasi yang sangat cepat pada zamannya. Dengan kecepatannya yang luar biasa, kereta ini menjadi salah satu inovasi utama dalam dunia transportasi era-Hindia-Belanda. Kereta Api ini mencerminkan tekad pemerintah saat itu untuk menyediakan layanan cepat dan efisien bagi para penumpang di masanya.

Kereta Api Eendaagsche Express, meskipun dianggap sebagai kecanggihan dalam transportasi pada masanya, tidak lepas dari berbagai insiden dan tantangan selama beroperasi. Salah satu insiden yang terjadi adalah tabrakan dengan berbagai macam hal yang berada di atas lintasannya. Hal ini disebabkan oleh kecepatan tinggi kereta tersebut dan juga karena mungkin kurangnya langkah-langkah pengamanan pada saat itu.

Dalam satu insiden yang terjadi pada tanggal 4 Desember 1929, ketika kereta ekspres ini sedang melaju dengan kecepatan penuh, kejadian yang mengejutkan terjadi. Ketika kereta melintas di daerah Karanganyar. Tiba-tiba, lokomotifnya berpapasan dengan tiga ekor kerbau yang berada di jalur rel yang sama. Insiden tersebut berakibat sangat tragis bagi tiga ekor kerbau itu. Dua dari tiga kerbau itu tercabik-cabik sebagai akibat benturan keras dengan lokomotif yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sementara satu kerbau lainnya terlempar dari rel kereta api dan jatuh ke pasir akibat benturan tersebut (De Avondpost, 4 Desember 1929).

Di luar insiden-insiden kecil itu Kereta Api Eendaagsche Express tetap beroperasi dengan baik dan menjadi salah satu kereta api favorit di masanya. Rute utama yang dijalani kereta ini memang dari Cirebon, Purwokerto, Kroya, Yogyakarta dan Madiun. Rute ini merupakan jalur utama yang menghubungkan dua pusat ekonomi pada masa Hindia-Belanda yakni Batavia dan Surabaya. Namun terkadang terjadi situasi di mana rute ini mengalami perubahan sementara, seperti saat kereta berbelok menuju Bandung sebelum kembali ke rute utama di Stasiun Kroya (Het Nieuws van den dag, 4 Februari 1930).

Perubahan rute semacam ini mungkin dilakukan karena berbagai alasan seperti permintaan penumpang yang signifikan. Hal ini mencerminkan fleksibilitas dalam pengoperasian Kereta Api Eendaagsche Express.

Walaupun Kereta Api Eendaagsche Express memiliki reputasi sebagai sarana transportasi yang sangat cepat dan efisien, masih ada potensi terjadinya keterlambatan dalam perjalanan jika ada tingkat keramaian yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa jalur yang digunakan oleh kereta ini saat itu tidak sepenuhnya terpisah dari jalur kereta api reguler. Berbeda dengan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung yang memiliki lintasan relnya sendiri. Kereta Api Eendaagsche Express harus berbagi jalur dengan kereta api reguler. Oleh karenanya saat terjadi kepadatan kereta yang beroperasi pada waktu yang bersamaan kereta api ini kadang mengalami sedikit keterlambatan (De Indische Courant, 4 Agustus 1940).

Selain mengoperasikan Kereta Api Eendaagsche Express untuk rute Batavia-Surabaya, di tahun 1930 ada pula uji coba kereta cepat di ruas Jogja-Solo dengan nama Kereta Api Eendaag Solosche. Uji coba ini merupakan bagian dari upaya untuk memperluas jangkauan dan efisiensi dalam layanan kereta api cepat. Dalam salah satu pengujian yang dilakukan, terjadi situasi menarik yang menggambarkan tantangan dalam mengatur perjalanan kereta api cepat. Meskipun Kereta Api Eendaag Solosche berangkat dari Solo dengan sedikit keterlambatan, mereka tiba beberapa menit terlalu cepat di stasiun Yogyakarta. Akibatnya, kereta ekspres tersebut harus menghentikan perjalanannya karena diberi izin untuk memasuki jalur oleh kereta api lain yang datang dari Magelang (Het Nieuws van den dag, 26 September 1931).

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//