• Cerita
  • Bandung Makin Panas, El Nino, dan Kenaikan Suhu yang Konstan

Bandung Makin Panas, El Nino, dan Kenaikan Suhu yang Konstan

Pada tahun 1975 suhu rata-rata Kota Bandung berada di angka 22,6 derajat Celsius. Belakangan ini suhu rata-rata Kota Bandung menembus 35-36 derajat Celsius.

Pepohonan di Bundaran Cibiru yang mengering dan daunnya luruh, Senin, 9 Oktober 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergera.id)

Penulis Awla Rajul13 Oktober 2023


BandungBergerak.id – Sudah lama Bandung tak lagi sejuk. Namun di musim kemarau ini lebih-lebih lagi. Biasanya pada malam hari udara lumayan sejuk, kini tidak lagi demikian. Pada rentang Juli hingga Oktober 2023 ini, suhu rata-rata harian di Kota Bandung mencapai di atas 30 derajat Celsius.

Pantauan BandungBergerak.id di kawasan Cibiru, sekitar pukul satu siang, Senin, 9 Oktober 2023, panas matahari terasa menyengat. Melalui aplikasi cuaca di gawai, diketahui suhu ketika itu mencapai 34 derajat Celsius.

Di Bundaran Cibiru, terlihat pohon-pohon yang berada di taman bundaran mengering, dedaunannya luruh. Salah satu pohon yang ada di sana bahkan terlihat ranggas, tak tersisa satu pun daun pada dahannya.

Seorang sopir Angkot yang sedang menunggu penumpang menghampiri. Mengetahui BandungBergerak.id sedang memotret pepohonan itu, ia menyebut wajar saja jika kondisinya demikian. Sudah lama hujan tak turun.

“Bukan panas lagi, udah gak pernah hujan. Mulai jam setengah 12 sampai jam tiga (puncak panas),” ungkapnya lalu pergi.

Kondisi panas di Kecamatan paling timur di Kota Bandung itu diakui oleh warga Cilengkrang, Abdul Haris (23 tahun). Ia mengeluhkan selama seminggu terakhir cuaca di Cibiru sangat panas. Di malam hari ia juga masih merasakan hawa panasnya saat sudah di rumah.

“Panasnya sekarang itu kayak yang lebih panas dari biasanya sih, kayak ngumpul gitu, lagi kering lah istilahnya. Gak ada hujan,” keluhnya kepada BandungBergerak.id.

Ia menduga panas demikian bisa terjadi karena sudah lama hujan tidak turun. Meski begitu ia sangat bersyukur, di daerah tempat tinggalnya tidak ada kesulitan air. Namun Haris merasa aneh, sebab biasanya daerah tempat tinggalnya itu masih berasa sejuk karena berada di dataran yang lebih tinggi.

“Di Cilengkrang kan harusnya lebih dingin ya tapi sekarang jadi agak panas. Wah ini kok gak dingin seperti biasanya. Jadi saya sampai buka pintu biar udaranya masuk dulu, baru saya istirahat. Masih terbilang panas hari ini, panas, berdebu, kering lagi,” tambahnya.

Ia mengungkapkan, belakangan saat beraktivitas di luar ruangan, ia selalu mengenakan jaket agar tidak terkena langsung sinar matahari.

Pada hari Senin itu, pada pukul tiga suhu masih berada di 32 derajat Celsius. Suhu baru mulai berangsur turun sekitar pukul empat sore, yaitu 30 derajat Celsius. Sore itu pula, matahari sempat ditutupi oleh awan. Aplikasi cuaca di gawai pun menunjukkan status berawan dan suhu pada malam hari bisa mencapai 19 derajat Celsius.

Baca Juga: DATA BICARA: Kota Bandung Semakin Panas, Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sulit Ditambah
Data Suhu Rata-rata Kota Bandung 2014-2020, Memanas dalam Dua Tahun Terakhir
Ancaman Krisis Air Bersih di Bandung Raya karena Penurunan Tanah dan El Nino

Dampak El Nino dan Pergerakan Semu Matahari

BandungBergerak.id mencoba memantau lagi suhu pada Rabu, 11 Oktober 2023. Pada pukul 11 siang, melalui aplikasi cuaca di gawai yang diterbitkan The Weather Channel, suhu sudah memanas mencapai 33 derajat Celsius.

Angka itu lalu memuncak pada 34 derajat Celsius dari pukul 12 hingga pukul dua siang, lalu berangsur turun mulai pukul empat sore. Bahkan melalui laman resmi BMKG, prakiraan cuaca pada hari Rabu pukul satu siang mencapai 36 derajat Celsius.

Meski pada sore hari, sekitar pukul empat, panas tak menyengat sepeti di siang hari. Sinar matahari pun tak menerang. Sebab sempat ada awan mendung dan mulai berawan.

Darmawan, Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung, menyebutkan kondisi panas yang terjadi di Bandung disebabkan gerak semu matahari. Pada bulan September lalu, matahari bergerak dari Utara hingga sampai di khatulistiwa. Adapun pada rentang September-Oktober, matahari bergerak ke Selatan.

Pulau Jawa berada secara geografis berada di Selatan makanya panas matahari begitu terasa karena posisinya yang persis berada di atas pulau Jawa. Bahkan pada rentang 11-14 Oktober, merupakan Hari Tanpa Bayangan. Darmawan menyebut matahari tepat berada di atas kepala, menyebabkan bayangan tak terlihat dan panas.

“Lalu dari El Nino, indeksnya masih 1,3, itu moderat kekuatannya. Sehingga El Nino ditambah dengan gerak semu matahari itu membuat suhu semakin panas,” terang Darmawan melalui sambungan telepon, Rabu, 10 Oktober 2023.

Darmawan menyebutkan, jika panas yang dirasakan merupakan hal wajar saat fenomena El Nino, suhu bahkan bisa mencapai 35-36 derajat Celsius. Meski begitu, Darmawan memperkirakan, pada Desember mendatang matahari letaknya pada posisi paling jauh dari Khatulistiwa. Hal ini bisa menyebabkan daerah Selatan panas dan daerah Utara dingin. 

“Ketika panas itu permukaan laut memanas, anomalinya positif, sehingga nanti terbentuk banyak uap naik, sehingga membentuk awan. Diperkirakan di bulan November ini mulai hujan yang agak rutin di Jawa. Nah itu nanti akan menandakan penurunan suhu, kembali ke normal, puncaknya nanti di Januari,” lanjutnya.

Darmawan memperingatkan agar saat berada di luar ruangan, masyarakat menggunakan jaket atau tabir surya agar tak terkena langsung radiasi ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker. Sebab, sinar matahari akan langsung mengenai bumi karena tutupan awan hanya ada sekitar 2/8.

Tangkapan layar prakiraan cuaca di Kota Bandung, Rabu, 11 Oktober 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergera.id)
Tangkapan layar prakiraan cuaca di Kota Bandung, Rabu, 11 Oktober 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergera.id)

Perkiraan Kemarau Berakhir

BMKG memprediksi bahwa musim kemarau kering akan berakhir dimulai di penghujung Oktober 2023 dan musim hujan secara bertahap dimulai pada awal November 2023 di sebagian besar wilayah di Indonesia. Namun karena tingginya keragaman iklim, awal musim hujan tidak akan terjadi secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.

"Sesuai prediksi BMKG, puncak dampak El Nino terjadi pada bulan September, namun tadi kami juga menganalisis dari data satelit yang terkini, terlihat Oktober ini nampaknya intensitas El Nino belum turun. Fenomena El Nino ini diprediksi masih akan terus bertahan hingga tahun depan," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, dikutip dari siaran pers BMKG, Selasa, 3 Oktober 2023.

Dwikorita menyebut level moderat El Nino akan terus bertahan dan berakhir pada Februari hingga Maret 2024 mendatang. Musim penghujan pun sangat berkaitan dengan peralihan Monsun Australia menjadi Monsun Asia. Monsoon Asia kini sudah mulai memasuki wilayah Indonesia. Sehingga diprediksi November akan mulai turun hujan.

"Artinya pengaruh El Nino akan mulai berkurang oleh masuknya musim hujan sehingga diharapkan kemarau kering ini segera berakhir secara bertahap. Ada beberapa wilayah yang masuk musim penghujan sebelum November dan ada yang mundur, tapi sebagian besar pada bulan November," tambahnya.

Di Bandung, selain fenomena El Nino yang berdampak di seluruh tanah air, aktivitas lokal dan pemanasan global menjadi penyebab suhu rata-rata di Kota Bandung meningkat. Pada tahun 1975, suhu rata-rata Kota Bandung di angka 22,6 derajat Celsius. Suhu ini merupakan suhu paling rendah di kurun waktu tersebut.

Pada tahun 2020, angka rata-ratanya 25,69 derajat Celsius. Artinya, dalam kurun  46 tahun terjadi kenaikan suhu rata-rata di Kota Bandung hingga 3 derajat Celsius. Adapun rekor angka itu kini terpecahkan. Sebab suhu rata-rata di Kota Bandung belakangan mencapai 35-36 derajat Celsius, naik 10 derajat dalam tiga tahun. Suhu yang imbang bila dibandingkan dengan ibukota, DKI Jakarta.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//