Kongres Bahasa Indonesia: Cikal Bakal Bulan Bahasa dan Sastra
Oktober selalu identik dengan Bulan Bahasa dan Sastra. Peringatan Bulan Bahasa dan Sastra tak bisa lepas dari rekomendasi Kongres Bahasa Indonesia IV tahun 1983.
Rizki Sanjaya
Alumnus Sastra Sunda Unpad, bisa disapa di @rizkimasbox.
27 Oktober 2023
BandungBergerak.id – Setiap lima tahun sekali sejak tahun 1978, rutin digelar sebuah pertemuan penting bagi perkembangan bahasa dan sastra di Indonesia. Pertemuan tersebut bertajuk Kongres Bahasa Indonesia, di mana tahun 2023 menjadi edisi yang ke-12. Peristiwa Sumpah Pemuda di tahun 1928 merupakan spirit gelaran ini. Oleh karena itu, kebanyakan gelaran Kongres Bahasa Indonesia terselenggara di bulan Oktober, sebagaimana bulan Sumpah Pemuda pertama diikrarkan.
Pada edisi ke-12, Kongres Bahasa Indonesia –selanjutnya KBI– kembali digelar di Jakarta. Rencananya KBI XII akan berlangsung selama empat hari selama 25–28 Oktober 2023. Ada beberapa acara menarik yang mengisi rangkaian KBI XII. Salah satu sajian menarik adalah Pameran Kebahasaan dan Kesastraan yang bisa diakses secara virtual melalui laman kbivirtual.id. Patut ditunggu konsep seperti apa yang akan tersaji pada Pameran Kebahasaan dan Kesastraan di KBI XII.
Oktober selalu identik dengan Bulan Bahasa dan Sastra. Banyak pihak yang menggiring momen tersebut sebagai ajang berbahasa dengan baik, serta menumbuhkan rasa cinta terhadap sastra. Peringatan Bulan Bahasa dan Sastra tak bisa lepas dari rekomendasi KBI IV tahun 1983. Karena memang sejak saat itulah Oktober di Indonesia akan selalu identik sebagai Bulan Bahasa dan Sastra. Tepat di tahun 2023, peristiwa bersejarah tersebut telah berlalu 40 tahun lamanya.
Sembari merawat ingatan, kali ini penulis akan memuat ulasan singkat yang menggambarkan peristiwa KBI dari masa ke masa. Dalam setiap gelaran KBI yang berlangsung, selalu lahir banyak rumusan dalam upaya menumbuhkembangkan kebahasaan dan kesastraan di Indonesia. Bagi mahasiswa bahasa dan sastra se-Indonesia, tampaknya ulasan singkat perjalanan KBI ini penting sebagai langkah awal menelusuri sejarah panjang bahasa dan sastra di Indonesia.
Kongres Bahasa Indonesia 1–4
KBI edisi pertama digelar tepat sepuluh tahun sejak Sumpah Pemuda diikrarkan. Pelaksanaannya sendiri berlangsung sepanjang 25–27 Juni 1938 di Solo, Jawa Tengah. Ada pun poin yang dihasilkan pada KBI I seperti menyetujui bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk undang-undang, pengambilan kata asing untuk ilmu pengetahuan, wacana pembaruan ejaan, serta pembentukan komisi khusus yang mengurus rencana pendirian Institut Bahasa Indonesia.
Selang 16 tahun, giliran Medan, Sumatera Utara yang menjadi tuan rumah KBI II. Gelaran yang digelar 28 Oktober hingga 2 November 1954 ini diisi pameran buku nasional sebagai rangkaian kongres. Ada pun poin yang dihasilkan pada KBI II seperti dibentuknya badan penyempurnaan bahasa Indonesia, pembaruan ejaan, pemakaian bahasa dalam undang-undang dan administrasi, serta giat pemakaian istilah ilmiah internasional dan bahasa daerah serumpun.
Digelar di tanggal yang sama dengan KBI II, tepat 50 tahun sejak Sumpah Pemuda diikrarkan, KBI III kembali terselenggara pada tahun 1978. Kali ini rangkaian kongres berlangsung di Hotel Sheraton, Jakarta. Yang menarik dari gelaran KBI III adalah pidato pengarahan yang disampaikan oleh Daoed Joesoef. Pidato tersebut berisi anjuran untuk menggelar KBI secara rutin lima tahun sekali. Maka sejak pidato tersebut disampaikan, pelaksanaan KBI mulai rutin lima tahunan.
Selain pidato yang disampaikan Daoed Joesoef, ada beberapa poin yang dihasilkan pada KBI III seperti usulan pelaksanaan Kongres Kebudayaan Nasional, usulan pembentukan Badan Penerjemahan Nasional, penyusunan pedoman lafal baku bahasa Indonesia untuk penyiar televisi dan radio, penyusunan transliterasi tulisan Arab untuk kepentingan ilmiah, serta dorongan penggunaan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) sebagai syarat keprofesian.
Mengawali era lima tahunan, KBI IV digelar di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, pada 21–26 November 1983. Beberapa poin yang dihasilkan dalam KBI IV seperti rekomendasi penyusunan tata baku bahasa Indonesia sebagai tata bahasa acuan, penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan lafal baku dan sintaksis setiap kata, usulan agar bahasa Indonesia masuk ke dalam Wawasan Nusantara, serta rekomendasi pertanyaan kebahasaan setiap kali sensus penduduk.
Baca Juga: Selain Semrawut, Reklame-reklame di Bandung Menjadi Contoh Buruk Penggunaan Bahasa Indonesia
Bahasa Prokem dan Eksistensi Bahasa Indonesia
Fenomena Bahasa Jaksel Menggerus Cara Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar?
Kongres Bahasa Indonesia 5–8
Setelah edisi sebelumnya mundur ke bulan November, KBI V kembali terselenggara di bulan Oktober. Pelaksanaan KBI V dimulai sejak 28 Oktober hingga 3 November 1988. Pada gelaran kali ini Istana Negara sebagai lokasi kongres dihadiri 700 pakar bahasa Indonesia dan tamu dari negara sahabat. Sesuai amanat KBI sebelumnya, disampaikanlah karya besar berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI) pada KBI V.
Beberapa poin yang dihasilkan di KBI V seperti bahasa Indonesia dimasukkan ke dalam GBHN, kerja sama ahli bahasa dengan ahli informatika, menyusun politik perbukuan nasional agar dunia penerbitan dan perbukuan kian berkembang, penyusunan tata bahasa sesuai buku pelajaran, merekomendasikan pengembangan lembaga pendidikan di luar negeri yang mengajarkan bahasa Indonesia, serta merekomendasikan Pusat Pengkajian Internasional tentang bahasa Indonesia.
Memasuki era 90an, KBI VI digelar di Jakarta, pada 28 Oktober hingga 2 November 1993. Ada pun poin dari KBI VI seperti peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menjadi Lembaga Kebahasaan Indonesia, menentukan ciri khas ragam lisan yang baku, menyusun kamus dan daftar istilah cikal bakal Glosarium Bidang Ilmu, disusunnya undang-undang kebahasaan, serta pengemasan Bahasa Indonesia untuk Pembelajar Asing (BIPA).
Maju lima tahun, tepatnya 26–30 Oktober 1998, KBI VII digelar di Hotel Indonesia, Jakarta. Beberapa keputusan penting dari KBI VII seperti rekomendasi pembentukan Badan Pertimbangan Bahasa, mendorong pemerintah daerah untuk berperan dalam pembinaan pengembangan bahasa daerah, pelibatan ahli bahasa dalam penyusunan dokumen resmi pemerintahan, serta mendorong Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri untuk memasyarakatkan program BIPA.
Melaju ke era 2000an, KBI VIII digelar lebih cepat dua Mingguan, menjadi 14–17 Oktober 2023. Ada pun poin yang dihasilkannya seperti Bahasa Indonesia perlu terus dikembangkan melalui usaha pemekaran kosakata, peran bahasa daerah perlu ditingkatkan, penyebarluasan hasil penelitian dan kodifikasi bahasa, perguruan tinggi perlu membuka jurusan BIPA, serta Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) harus terus dikembangkan dan dimasyarakatkan.
Kongres Bahasa Indonesia 9–12
Pelaksanaan KBI IX bertepatan dengan momen 100 tahun Kebangkitan Nasional. Sebagaimana kita tahu, momen Kebangkitan Nasional merupakan salah satu peristiwa sejarah yang diperingati setiap tahunnya, dengan mengangkat spirit berdirinya organisasi Boedi Utomo sebagai salah satu organisasi pergerakan rakyat pertama di Indonesia. Sedangkan peringatan momen ini baru muncul sejak diprakarsai Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno, pada tahun 1948.
KBI IX digelar pada 28 Oktober sampai 1 November 2008 di Jakarta. Beberapa poin yang dihasilkan pada KBI IX seperti kedudukan dan fungsi bahasa sastra Indonesia dan daerah untuk kemajuan bangsa mesti dirumuskan ke dalam undang-undang, komitmen menduniakan bahasa Indonesia melalui BIPA, amanat mendirikan Pusat Terjemahan, serta amanat kepada pemerintah untuk menerapkan UKBI sebagai salah satu syarat dalam menduduki jabatan tertentu.
Pada 28–31 Oktober 2013, terselenggara KBI X di Jakarta. Pada kongres kali ini dirumuskan beberapa poin seperti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berperan dalam implementasi Kurikulum 2013 serta bekerja sama dalam upaya meningkatkan mutu pemakaian bahasa, penguatan fungsi Pusat Layanan Bahasa, melakukan diplomasi total untuk menginternasionalkan bahasa Indonesia, serta dorongan penerapan UU No. 24 tahun 2009 lebih serius.
KBI XI menjadi kongres terakhir yang pernah terselenggara, tepatnya 28–31 Oktober 2018 di Jakarta. Terdapat beberapa poin penting pada KBI XI seperti Kemendikbud harus menetapkan jumlah karya sastra yang wajib dibaca siswa sekolah dasar dan menengah, mendorong kebijakan pengembangan publikasi ilmiah di internasional, penguatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, mendaringkan produk bahasa dan sastra, serta perencanaan bahasa daerah di Papua.
Pada tahun 2023, KBS XII kembali digelar. Di edisi terbaru, tema yang diangkat adalah “Literasi Kebinekaan untuk Kemajuan Bangsa”. KBS XII akan berlangsung selama empat hari mulai 25–28 Oktober 2023. Terdapat beberapa tokoh yang menjadi pembicara utama seperti Nadiem Makarim, Pahala Nugraha Mansury, Stefania Giannini, dan Dee Lestari. Rangkaian acaranya sendiri terdiri dari Kelas Mahir, Persidangan, dan Pameran Virtual Kebahasaan dan Kesastraan.
Siapa pun yang tertarik mengikuti rangkaian Kongres Bahasa Indonesia ke-12, silakan tengok situs kbi.kemdikbud.go.id. Sambil menyaksikan paparan dari para pemakalah, ada baiknya kita turut serta memakmurkan perkembangan bahasa dan sastra di Indonesia, dengan terus lahap membaca, berdiskusi, dan menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan. Selemah-lemahnya upaya, mungkin hal itu yang paling logis diupayakan oleh kita dalam waktu sesingkat ini.