Jejak Tradisi Kapitalisme Ortodoks
Konsep ekonomi yang diperkenalkan Adam Smith merupakan kunci untuk menelusuri jejak kapitalisme ortodoks.
Angga Pratama
Penulis, Pendiri Ruangan Filsafat, dan Redaktur Gudang Perspektif,
7 November 2023
BandungBergerak.id – Jika kita berbicara tentang Kapitalisme, maka tidak jarang pikiran kita akan diarahkan kepada para pemikir ekonomi, misalnya Adam Smith, David Ricardo, atau Max Weber. Akan tetapi apakah kita benar-benar memahami dari mana tradisi Kapitalisme yang ortodoks? Terkadang kita sering dibuat bingung dengan perkembangan Kapitalisme yang begitu pesat setelah mengalami berbagai krisis, sama halnya ketika kita berbicara tentang Marxisme yang telah mengalami perubahan dari masa ke masa.
Kita menyadari bahwa sistem ekonomi tersebut merupakan suatu sistem yang paling mendominasi dunia saat ini. Bahkan tanpa sistem Kapitalisme kita mustahil untuk hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu negara yang melabelkan dirinya sebagai negara komunis atau sosialis, seperti China, hampir-hampir telah beralih dari suatu sistem ekonomi sosialis menuju sistem ekonomi Kapitalisme, yang membedakannya adalah sentralisasi keputusan dan kebijakan yang langsung ditangani oleh pemerintah.
Sebagai pengantar umum, kita akrab dengan sosok Adam Smith, khususnya bagi seseorang yang mempelajari ilmu ekonomi. Salah satu teorinya yang paling terkenal adalah “invisible hands” yang kemudian menjadi salah satu titik tolak bagi suburnya perkembangan Kapitalisme. Selain itu, terdapat beberapa pemikir yang juga mengutarakan teorinya, misalnya Max Weber dengan Etika Protestan yang mengkaji hubungan agama dan ekonomi, Etika Protestan memberikan seseorang seperangkat acuan untuk bertindak dan mengandung nilai-nilai etis yang dapat diterapkan dalam aktivitas perekonomian.
Teori Ekonomi David Ricardo
David Ricardo merupakan seorang ekonom yang terkemuka, masa keemasannya dimulai pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Beberapa bukunya yang berjudul On the Principles of Political Economy and Taxation (1817), Essay on the Influence of a Low Price of Corn on the Profits of Stock (1815), dan The High Price of Bullion, a Proof of the Depreciation of Bank Notes (1810). Secara singkat kita dapat melihat bahwa beberapa buku yang ditulis dan pemikirannya tidak terlepas dari posisinya sebagai seorang pialang dan spekulan, yang pada dasarnya memiliki pengalaman mendalam terkait kondisi pasar, khususnya kondisi saham.
Salah satu teori Ricardo yang paling menarik perhatian adalah teori “keunggulan komparatif”. Teori ini memainkan peran penting bagi perdagangan dan ekonomi internasional, yang mengkaji terkait spesialisasi dalam produksi suatu barang atau jasa di mana mereka memiliki keunggulan komparatif dan terlibat di dalam perdagangan internasional. Dua negara yang berbeda yang diasumsikan memiliki sumber daya yang tetap (pekerja dan tanah), di sini akan terjadi suatu analisa dengan melakukan perbandingan terhadap opportunity cost di mana tidak setiap negara akan memiliki tingkat yang sama, sehingga negara dengan tingkat opportunity cost yang lebih rendah perlu untuk melakukan spesialisasi dalam produksinya agar mereka dapat bersaing di dalam aktivitas perdagangan lokal atau internasional.
Apa yang kita ketahui dari teori “keunggulan komparatif” merupakan salah satu tindakan perluasan dari teori ekonomi Adam Smith, khususnya di dalam buku yang berjudul “The Wealth of Nations”. Meski begitu, terdapat suatu pembaharuan yang melampaui teori-teori ekonomi terdahulu yang kemudian dikembangkan dan diperkenalkan oleh Ricardo untuk menciptakan suatu aktivitas ekonomi yang lebih relevan dengan zamannya, dan hingga saat ini kita dapat melihat bahwa spesialisasi banyak terjadi di beberapa sektor usaha.
Baca Juga: Mengecam Kapitalisme dan Oligarki dalam Peringatan Hari Perempuan Internasional 2022 di Bandung
Sukarno, Kapitalisme, dan Jomblo
Ekonomi Sosial Solidaritas sebagai Alternatif dari Kapitalisme
Teori Ekonomi Max Weber
Maximilian Weber adalah seorang ahli politik, ekonom, dan sosiolog yang berasal dari Jerman. Ia dikenal melalui salah satu karyanya yang berjudul The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1904). Di dalam karya tersebut, Max Weber melakukan eksplorasi terhadap hubungan agama, khususnya protestanisme dan kebangkitan ekonomi. Di dalam Etika Protestan, khususnya Calvinisme. kita dapat melihat terdapat etos kerja yang sangat tinggi dan penekanan pada distribusi dan maksimalisasi keuangan yang sangat intensif.
Max Weber sendiri melihat bahwa sikap para entitas ekonomi—pada awal kapitalisme modern—dibayangi oleh rasa tanggung jawab yang sangat tinggi, khususnya dalam perencanaan ekonomi jangka panjang. Berbagai pertimbangan dilakukan sebagai salah satu cara untuk menjadi manusia yang baik. Menurutnya, manusia yang bekerja keras dan mampu berhemat merupakan perwujudan sikap manusia untuk kembali kepada yang ilahi dengan mengikuti semua nilai-nilai etis yang selaras. Sehingga akumulasi kekayaan dan keputusan bisnis dapat dipertimbangkan secara matang untuk menghasilkan langkah-langkah ekonomis yang tidak tergesa-gesa.
Dua hal yang sangat ditekankan dalam Etika Protestan, misalnya asketisme dan rasionalisasi, sikap asketis seseorang dibarengi dengan adanya keyakinan predestinasi membuat seseorang melakukan segala sesuatu yang telah diberikan oleh Tuhan dengan penuh tanggung jawab dan maksimal. Selain itu, setiap orang yang meyakini bahwa setiap hal yang telah ditetapkan bagi dirinya oleh Tuhan akan senantiasa menjalaninya dengan etos kerja yang baik, menjauhi aspek-aspek hedonisme yang melenceng dari konsep-konsep ilahi.
Selanjutnya, kita dapat melihat suatu upaya rasionalisasi merupakan salah satu ciri dari kapitalisme modern. Beberapa cirinya dapat kita lihat, yaitu efisiensi dan kalkulasi yang melibatkan identifikasi ketat di dalam aktivitas ekonomi. Para pelaku ekonomi dengan demikian akan berupaya untuk memaksimalkan output dan keuntungan, sekaligus di dalamnya berupaya untuk menekan peluang kerugian atau pemborosan yang dapat merugikan perusahaan. Melalui apa yang telah disampaikan oleh Max Weber, terdapat hubungan antara suatu keyakinan agama terhadap perkembangan kapitalisme dengan penanaman nilai-nilai etis dalam menyikapi keputusan dan kebijakan ekonomi.
Teori dan pemikiran yang dikembangkan oleh Max Weber sendiri tidak terikat atau secara utuh berasal dari karya-karya Adam Smith—meski tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat upaya untuk mengambil referensi atau acuan teori ekonomi terdahulu yang dilakukan oleh Max Weber—dan teori yang dikembangkan oleh Max Weber sendiri dikembangkan berdasarkan dengan keadaan sosiologis masyarakat dibandingkan menggunakan pendekatan kuantitatif yang begitu ketat. Corak yang dapat kita temukan dari karya-karya Adam Smith berisi dasar-dasar bagi perkembangan ekonomi, dinamika pasar, dan biaya-biaya. Yang ditawarkan oleh Max Weber sendiri merupakan perspektif baru yang mungkin sedikit terlupakan oleh analisa para ekonom terdahulu terkait berbagai aspek eksternal yang menjadi faktor bagi pembentukan keputusan ekonomi.
Teori Ekonomi Friedrich Hayek
Friedrich August Hayek merupakan seorang ekonom yang berasal dari Austria yang menjadi salah satu tokoh penting dari perkembangan aliran neoliberalisme. Ia pernah mendapatkan nobel pada tahun 1974, dan beberapa karyanya antara lain The Road of Serfdom (1944), Individualism and Eonomic Order (1948), dan The Fatal Conceit (1988). Konsep “Spontaneous Order” merupakan aspek fundamental dalam gagasan ekonomi dan politik Hayek. Konsep ini menganalisa kemunculan sistem yang kompleks dan terorganisir tanpa adanya suatu perencanaan terpusat atau rencana yang dengan sengaja diciptakan. Aktivitas individu yang bertujuan untuk mengejar kepentingannya masing-masing merupakan salah satu celah yang kemudian membiarkan perkembangan bagi “Spontaneous Order”.
Dua aspek yang dapat kita kaji dari konsep dasar dalam teori ekonomi Hayek, yaitu tindakan seseorang dan keputusan yang tidak terdesentralisasi. Hayek meyakini bahwa setiap orang memiliki pengetahuan, preferensi, dan tujuan unik yang kecil kemungkinan antara yang satu dan lainnya. Tindakan seseorang, khususnya dalam aktivitas ekonomi didasarkan pada segala pengetahuan yang dimilikinya hingga perspektif yang membentuk keputusan ekonominya, sehingga kecil kemungkinan untuk mendorong seseorang keluar dari struktur unik ketika mereka merencanakan motif ekonominya. Dari tindakan individual tersebut menimbulkan adanya desentralisasi, tidak ada suatu otoritas terpusat atau agen yang merencanakan yang kemudian memiliki segenap pengetahuan dan informasi untuk mengarahkan aktivitas seseorang secara efisien—sekilas dapat kita lihat bahwa konsep invisible hands terlihat di sini—sebaliknya setiap individu memiliki pengetahuannya—meski terbatas—untuk menentukan keputusannya secara praktis dan spesifik.
Terdapat beberapa kesamaan yang dicetuskan dalam teori Hayek dan Adam Smith, misalnya ekonomi pasar bebas, kebebasan seseorang, dan spontaneous order. Bertolak dari anggapan bahwa peran pemerintah paling minimal adalah hal yang paling baik bagi keberlangsungan aktivitas ekonomi, secara tegas Hayek melanjutkan apa yang disampaikan oleh Adam Smith bahwa dengan adanya ekonomi kolektif yang dibayangi oleh pemerintah dapat menyebabkan hilangnya kebebasan seseorang dan ekonomi tidak menjadi efisien.
Kembali ke Jejak Awal Kapitalisme Ortodoks
Setelah melihat sedikit pembahasan beberapa konsep dan teori ekonomi dari beberapa ekonom — dalam hal ini akan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menjelaskan secara komprehensif teori-teori yang saling berkaitan — yang beberapa di antaranya mengakar pada konsep ekonomi yang dicetuskan oleh Adam Smith, khususnya di dalam buku yang berjudul The Wealth of Nations. Beberapa hal yang harus kita perhatikan terkait jejak kapitalisme ortodoks.
Pertama, kepemilikan alat-alat produksi dimiliki oleh segelintir orang atau pihak swasta, hal ini merupakan syarat dasar bagi terbentuknya sistem kapitalisme. Kedua, basis pasar yang kemudian menjadi nafas bagi kapitalisme ortodoks untuk mengalokasikan barang atau jasanya, yang kemudian menyebabkan sistem kapitalisme dapat berjalan dengan baik, permintaan dan penawaran menjadi penting bagi suatu produsen untuk mendistribusikan barang atau jasanya di pasar.
Ketiga, kebebasan dan profit oriented yang tidak dapat dipisahkan, dalam hal ini setiap orang memiliki kebebasan yang mutlak dan tidak dapat diintervensi oleh pemerintah secara menyeluruh, apabila intervensi pemerintah begitu besar, maka akan terjadi inefisiensi ekonomi. Dengan adanya kebebasan individu tersebut, maka setiap orang memiliki hak untuk memenuhi hasratnya agar mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin sebagai motif dasar setiap orang untuk ikut serta dalam aktivitas ekonomi.
Beberapa hal di atas merupakan aspek penting di dalam kapitalisme ortodoks yang kemudian dapat kita temukan di dalam karya-karya Adam Smith. Mengapa kita menganggap bahwa konsep ekonomi Adam Smith merupakan kunci untuk menelusuri jejak kapitalisme ortodoks? Jawabannya cukup singkat, dalam hal ini, konsep yang diperkenalkan oleh Adam Smith memiliki relevansi paling dekat dengan dasar-dasar dari perkembangan sistem kapitalisme yang lebih kontemporer.
Di dalam buku The Wealth of Nations mengandung apa yang kita butuhkan untuk mencari nilai-nilai dasar bagi perkembangan sistem kapitalisme yang kemudian dapat kita bentuk dalam batasan-batasan untuk menemukan kapitalisme ortodoks dan memisahkannya dari teori-teori ekonomi yang mungkin dikembangkan di luar dari dasar-dasar yang diletakkan oleh Adam Smith. Dengan demikian, untuk lebih lanjut kita dapat menelusuri jejak-jejak kapitalisme ortodoks melalui kerangka berpikir dan ekonomi yang telah dikokohkan oleh Adam Smith yang dapat menuntun kita ke masa merchant capitalism.