• Cerita
  • Seperempat Abad Selasar Sunaryo: Ruang Seni yang Aktif dan Menjelma Inklusif

Seperempat Abad Selasar Sunaryo: Ruang Seni yang Aktif dan Menjelma Inklusif

Selasar Sunaryo Art Space menandai seperempat abad usianya sebagai momen regenerasi dan menjadi ruang seni yang inklusif.

Seorang pengunjung sedang melihat pameran seni di Ruang B SSAS yang bertajuk XXXV: Arsip dan Prospek, pada Seperempat Abad Selasar Sunaryo Art Space, Jumat, 10 November 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul14 November 2023


BandungBergerak.id – Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) tahun 2023 ini telah menggenapi usianya yang ke-25 tahun. Ruang seni yang aktif di Bandung Utara ini menandakan seperempat abad perjalanannya mempertemukan kesenian dengan khalayak melalui kegiatan yang berorientasi pada edukasi, mencakup lintas disiplin kesenian. Hingga tahun-tahun yang akan datang, SSAS akan menjelma menjadi ruang seni yang inklusif.

Pada puncak peringatannya di usia 25 tahun tersebut SSAS menggelar pameran “Seperempat Abad” mulai 11 November 2022 hingga 21 April 2024. Ada empat presentasi khusus dalam pameran seperempat abad SSAS tersebut. Yakni di Et Cetera yang merupakan presentasi tunggal Sunaryo sendiri di ruang A SSAS, presentasi tunggal Syagini Ratna Wulan bertajuk XXXV: Arsip dan Prospek di ruang B SSAS, presentasi Arin Dwihartanto Sunaryo bertajuk Base Matters di Bale Tonggoh SSAS, serta pameran Collected Fictions: Notes on Illuminance yang menempati ruang sayap SSAS.

Sunaryo, perupa dan pendiri SSAS menyebutkan, ia merasa bersyukur Selasar masih ada dan berkiprah. SSAS berdiri pada 5 September 1998, diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia kala itu, Edi Sedyawati. Pada dasawarsa pertama SSAS, pada 2008 ia membuat karya sebuah pigura yang meleleh (melted frame). Karya ini pun kembali dipamerkan yang diniatkan oleh Sunaryo agar seni dapat mencair ke masyarakat.

Pada pameran Seperempat Abad, Sunaryo membuat ikon yang berbeda di Ruang A SSAS, yaitu tujuh pilar kayu. Instalasi monumental tersebut menggambarkan alur tumbuh-kembang dari suatu permulaan menuju masa depan.

“Tujuh pilar ini, pohon yang pertama berakar, lalu berakhir di ranting-ranting yang menembus dinding. Maksudnya bahwa kita menjalani ternyata dalam kesenian ini kita menembus sekat-sekat,” ungkap Sunaryo saat memberikan sambutan pada resepsi pembukaan pameran, Jumat, 10 November 2023.

Lewat karya tersebut ia ingin menyampaikan bahwa interpretasi akan seni dan inspirasi seni semakin lama semakin luas. “Saya tidak kebayang ending-nya mungkin bagaimana (di era) artificial intelligence, seni itu berperan, itu yang menjadi sesuatu pergamangan,” lanjut Sunaryo.

Sunaryo menyampaikan SSAS telah menjalin hubungan dengan 40 negara dan lebih dari 700 seniman, kurator, maupun ahli seni selama seperempat abad berkiprah. Ia juga menyinggung, beberapa bulan yang lalu, Arin Dwihartanto Sunaryo telah membuka akses untuk disabilitas melalui program Open Arms.

Program itu pun sudah memamerkan karya seni seniman disabilitas. Sunaryo mengisahkan suatu momen yang haru dari pameran tersebut.

Suatu ketika ada seorang ibu yang menelepon istri Sunaryo. Ibu tersebut bercerita bahwa ia memiliki anak bayi yang dinyatakan oleh dokter memiliki kelainan. Pada saat hari libur ibu tersebut membawa anaknya ke Selasar Sunaryo untuk melihat karya-karya seni yang dipamerkan.

“Anak kecil itu mengatakan, ‘Mama, mama, saya ingin pameran di sini kalau sudah besar’, ibunya nangis,” cerita Sunaryo di atas panggung. “Rupanya semesta mendengar, dia terpilih untuk pameran di sini kemarin dan betapa senangnya ibunya dan anak itu.”

Sunaryo juga menyampaikan kisah di balik instalasi berskala ruang bernama Wot Batu. Instalasi tersebut berupa lebih dari 135 batu ditanam di ruang terbuka dan ditata secara konseptual dan harmoni. Ia sengaja memilih medium batu yang merupakan material yang cenderung tahan lama dan tak lekang oleh waktu. Pada bebatuan itu, ia memahat sidik jari, sebuah penemuan yang ditemukan manusia pada abad ke-19. Setiap pahatan, tatahan, dan pecahan menjadi torehan tentang warisan peradaban abad ke-21 bagi generasi yang akan datang. Sunaryo

“Di sana ada sidik jari, jadi mungkin anak cucu kita ratusan tahun yang akan datang melihat Wot Batu, pasti lebih cerdas mereka karena dengan data mereka sudah merekam. Ini bukan sesuatu tempat untuk dewa-dewa, bukan tempat untuk kepercayaan, bukan tempat untuk memuja sesuatu, tetapi artwork, karena ada sidik jari. Sidik jari itu orang modern, sehingga di sini karya seni,” terang Sunaryo.

Sunaryo saat memberikan sambutan pada resepsi pembukaan pameran Seperempat Abad, di halaman Selasar Sunaryo Art Space, Jumat, 10 November 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Sunaryo saat memberikan sambutan pada resepsi pembukaan pameran Seperempat Abad, di halaman Selasar Sunaryo Art Space, Jumat, 10 November 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Momen Regenerasi

Pembukaan pameran “Seperempat Abad” SSAS digelar di area depan Selasar Sunaryo pada Jumat, 10 November 2023. Kursi-kursi tamu ditata rapi menghadap batang pohon pertama yang berakar dari instalasi karya Sunaryo. Pameran itu secara resmi dibuka oleh Abdul Djalil Pirous, seorang maestro yang berusia 91 tahun sekaligus dosen pengajar Sunaryo saat berkuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB).

Menggenapi seremonial resepsi pembukaan pameran ini, Lena Guslina dan Mugiyono Kasido menampilkan seni tari, diiringi musik yang ditata oleh Doddy Eka Gustaman dan Rudi Rodex. Di penghujung tarian itu, Lena dan Mugiyono mendampingi Pirous merobek kain putih yang menutupi jalan menuju Ruang A SSAS. Momen simbolis yang menggambarkan pameran Seperempat Abad resmi dibuka.

Pameran Seperempat Abad resmi dibuka untuk publik mulai 11 November 2023 hingga April 2024 mendatang. Rangkaian pameran ini akan berlanjut dengan program publik wicara seniman di SSAS dan seminar tentang manajemen ruang seni yang akan diselenggarakan melalui kerja sama dengan ITB.

25 tahun SSAS dan pameran Seperempat Abad juga menandai momentum penting, yaitu Regenerasi. Sebab Arin Dwihartanto Sunaryo dan Syagini Ratna Wulan merupakan penerus pengelola SSAS.

“Sekarang saya estafetkan kepada Arin dan Syagi, harmoni, harmoni. Mohon doanya berdua ini bisa membawa Selasar ini lebih dan lebih,” ungkap Sunaryo.

Di penghujung sambutannya, Sunaryo mengungkapkan, ia merasa tak tega memberi estafet sebab penerusnya sedang berada di tahap survival. Maka dari itu, untuk menyemangati Sunaryo membuat karya yang belum pernah ia lakukan, lukisan 10 meter. Dan secara tidak bersamaan, Arin juga membuat lukisan yang besar-besar.

“Itu gak ada kompromi dan rupanya mungkin melirik saya gak mau kalah, enam meter ya. Jangan lebih dari itu, nanti kualat,” terang Sunaryo sambil berkelakar.

Arin Dwihartanto menjelaskan, di ruang B yang bertajuk XXXV: Arsip dan Prospek, memamerkan apa yang sudah terjadi di SSAS dan apa yang akan terjadi selama 10 tahun yang akan datang. Arin juga menyebutkan perihal pengembangan aksesibilitas di SSAS untuk penyandang disabilitas agar lebih inklusif.

“Melengkapi akses, karena waktu bapak membuat ini dengan kontur yang terjal jadi waktu itu dia tidak membayangkan ada ramp, audiens yang punya masalah dengan akses, jadi ke depannya kita berusaha melengkapi fasilitas-fasilitas itu dan juga bagaimana bisa mengkomunikasikan apa yang Selasar ingin coba tampilkan di sini,” terang Arin, perupa profesional yang meneruskan estafet SSAS.

Baca Juga: Tiga Windu Selasar Sunaryo Art Space Menjadi Wahana Kultural di Kota Bandung
Di Mimbar Selasar, Menggugat Kuasa Negara atas Tubuh
Lengan Terkembang di Selasar Sunaryo Art Space dan Inklusivitas di Ruang Seni

Usia Perak Selasar Sunaryo

Dalam perayaan usia peraknya, SSAS menyelenggarakan serangkaian program yang dilaksanakan sepanjang paruh kedua 2023. Awal September lalu, telah dilaksanakan Mimbar Selasar yang menampilkan pidato kebudayaan seorang astronom dan filosof Indonesia, Karlina Supelli dengan judul “Negara dan Kuasa atas Tubuh”.

Pada pameran “Seperempat Abad”, Et Cetera, presentasi tunggal Sunaryo di Ruang A SSAS memamerkan karya-karya yang pernah ia buat maupun yang baru. Sunaryo memamerkan karya-karya patung, lukisan, dan instalasi monumental. Pameran ini dikuratori oleh Heru hikayat. Pameran ini dapat dinikmati mulai 11 November 2022 hingga 21 April 2024.

Pada Base Matters, presentasi tunggal Arin Dwihartanto Sunaryo di Bale Tonggoh SSAS, Arin mengubah tata ruang Bale Tonggoh dan mengonversinya sebagai studio tempat ia bekerja. Sejumlah pameran bersifat pan-sensoris. Ia berusaha memperluas resepsi karya-karya seni rupa dengan elemen-elemen bunyi dan raba. Pameran ini dapat dinikmati mulai 11 November 2022 hingga 23 Februari 2024.

Collected Fictions: Notes on Illuminance di ruang sayap SSAS, presentasi tunggal Syagini Ratna Wulan menampilkan objek-objek visual, taktil dan rangsangan sensoris untuk membicarakan bagaimana seni bekerja melalui pengalaman dan pengetahuan kita yang tumbuh di dalamnya. Pameran ini dapat dinikmati mulai 11 November 2022 hingga 23 Februari 2024.

XXXV: Arsip dan Prospek di ruang B SSAS menyajikan kilas perjalanan ke masa lalu sekaligus masa depan. Bagian awalnya menampilkan perkembangan dan pencapaian. Bagian lainnya adalah pameran peta perjalanan, rancangan, maupun gagasan-gagasan proyeksi SSAS 10 tahun ke depan. Pameran ini dapat dinikmati mulai 11 November 2022 hingga 21 April 2024.

*Kawan-kawan bisa membaca reportase-reportase lain dari Awla Rajul, atau tulisan-tulisan lain mengenai seni.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//