• Berita
  • Niat Karla Bionics Menghapus Sebutan Difabel, Dimulai dari Pengembangan Lengan Prostesis

Niat Karla Bionics Menghapus Sebutan Difabel, Dimulai dari Pengembangan Lengan Prostesis

Karla Bionics mengembangkan lengan prostesis untuk pasien yang telah menjalani prosedur amputasi. Menjajaki skema program sosial untuk pasien tidak mampu.

Pembagian lengan Raga Arm V2.0 kepada DILANS pada kegiatan Connect Collaborative for Inclusive Impact yang diselenggarakan Karla Bionics, di Dago, Sabtu, 11 November 2023. (Foto: Awal Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul16 November 2023


BandungBergerak.id – Penyandang disabilitas daksa cenderung lebih memilih lengan prostesis, yakni alat bantu lengan yang mengalami amputasi dengan kosmetik yang menyerupai lengan. Namun, sebuah perusahaan rintisan (start up) di Bandung mengembangkan lengan prostesis “robotik” yang mengusung fungsi, alih-alih penyandang disabilitas menyembunyikannya.

Wildan Trusaji, Co Founder Karla Bionics menyampaikan produk unggulan yang dikembangkan oleh perusahaan rintisan ini adalah lengan prostesis bernama Raga Arm V2.0. Lengan prostesis yang dikembangkan ini bisa digerakkan jari-jemarinya. Ada yang menggunakan body power, sumber tenaga berasal dari tenaga tubuh, tanpa komponen elektrik; serta electrical power yang menggunakan motor, baterai, dan sensor.

Wildan menambahkan, Raga Arm yang menggunakan kekuatan tubuh sudah siap dipasarkan, sedangkan kekuatan elektrik masih dalam tahap pengembangan. Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga menyebutkan, konsep lengan sengaja didesain bionic yang selaras dengan idealis yang diusung.

“Selain aktif, kita mengusung konsepnya itu bionic. Jadi orang itu estetik ya, bagus kayak robot. Sehingga nanti si pengguna itu tidak menutup keadaannya, gitu. Jadi kita juga idealismenya adalah yang tadi bahwa difabel itu different, dan setiap orang itu memang berbeda,” ujarnya pada BandungBergerak.id usai kegiatan Connect Collaborative for Inclusive Impact dengan tema “Dari Layanan Kesehatan Inklusif menjadi Peluang Inklusif: Dampak Teknologi Pendampingan Tepat Guna bagi Difabel” diselenggarakan oleh Karla Bionics, di Block 71 Innovation Factory, Dago, Sabtu, 11 November 2023.

Produk ini dikembangkan dengan konsep modular. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasien amputasi transradial (bawah siku) maupun transhumeral (atas siku).

CEO Karla Bionics, Arief Indra Muharam menyampaikan bahwa produk Raga Arm telah mendapatkan beberapa penghargaan nasional maupun internasional. Yayat, pilot Indonesia pertama di perhelatan Cybathlon Challenge 2022 yang meraih juara ketiga, sebuah perlombaan internasional arm prosthesis care.

Namun setelah Karla Bionic dan Yayat memenangkan perlombaan itu, Arief masih terus mencari titik perjalanan dari persoalan sosial disabilitas akan berakhir di mana. Arief lalu terjun ke masyarakat dan mengamati bahwa persoalan sosial ini kompleks.

“Sekarang ada challenge-nya, kang Yayat ini cuma ada satu di dunia apa enggak? Tantangan selanjutnya harus satu kang Yayat jadi 20 kang Yayat, menduplikasi kang Yayat,” ungkap Arief.

Yayat merupakan penyandang disabilitas daksa setelah mengalami musibah. Yayat mengalami perjalanan dimulai menjadi disabilitas, difabel, proudactive, hingga sosok inspiratif. Saat awal mula mengalami musibah, Yayat menutup diri dari lingkungan atas kehilangan apa yang ia alami.

Ia lalu mengalami titik balik kunci pertama, menerima kondisinya yang difabel melalui proses rehabilitasi trauma fisik dan mental. Selain dengan alat bantu lengan prosthesis, Yayat didukung dengan hadirnya sistem pendukung seperti keluarga, tim dokter rehabilitasi medis, psikolog, pekerja sosial, dan pihak-pihak lainnya.

Ia lalu masuk ke tahapan selanjutnya, menjadi sosok difabel atau dalam bahasa Inggris disebut diffable yang dimaknai sebagai orang dengan kemampuan berbeda (different ability person). Dengan akses alat bantu dan rehabilitasi mempercepat Yayat dari disable menjadi diffable. Lengan prostesis membuat Yayat mau menerima tantangan dan bisa bermain drum.

Yayat kemudian menjadi sosok inspiratif sebab dapat memenangkan kompetisi Cybathlon Challenge 2022. Padahal dalam setiap latihannya sering kali gagal dan melewati waktu target yang hendak dicapai.

Makanya, Arief menekankan bahwa misi jangka panjang Karla Bionic adalah perubahan sosial yang berkeadilan, yaitu tak ada lagi penyebutan difabel. Sebab, sejatinya setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, maka tak ada bedanya antara disabilitas dan bukan disabilitas.

“Ideologis, jangka panjangnya perubahan sosial ini ke arah ideologis yang lebih berkeadilan sosial,” ungkap Arif.

Adapun jangka pendeknya, Karla Bionics hendak melakukan kolaborasi. Itulah mengapa di kegiatan Connect Collaborative for Inclusive Impact dilakukan diskusi panel yang menghadirkan berbagai unsur, tujuannya untuk menyambung koneksi dan kolaborasi.

Diskusi panel Connect Collaborative for Inclusive Impact yang diselenggarakan Karla Bionics, di Dago, Sabtu, 11 November 2023. (Foto: Awal Rajul/BandungBergerak.id)
Diskusi panel Connect Collaborative for Inclusive Impact yang diselenggarakan Karla Bionics, di Dago, Sabtu, 11 November 2023. (Foto: Awal Rajul/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Sentuhan Anak-anak Difabel di Batik Dama Kara
Menggugat Ruang Ramah Difabel di Kota Bandung
Trotoar dan Taman di Bandung Belum Sepenuhnya Layak bagi Kawan Difabel

Sistem Pendukung dan Program Sosial

Kegiatan Connect Collaborative for Inclusive Impact dengan tema diskusi panel “Dari Layanan Kesehatan Inklusif menjadi Peluang Inklusif: Dampak Teknologi Pendampingan Tepat Guna bagi Difabel” mengundang beragam pembicara dari berbagai unsur. Di penghujung acara juga ada pembagian Raga Arm V2.0 bagi berbagai pihak agar bisa diberikan kepada yang membutuhkan.

Kegiatan ini diawali dan diakhiri penampilan seni oleh penyandang disabilitas. Kegiatan dibuka dengan penampilan tarian Jaipong oleh Wulan Sriwenda (31 tahun). Merry, demikian ia kerap disapa merupakan penyandang Cerebral Palsy yang menekuni seni tari sejak tahun 2015.

Kegiatan ini pun ditutup dengan penampilan musikalisasi puisi oleh The Dakrsa Band, Budi, dan Ricka Amelia. The Darksa Band adalah sebuah band yang diisi oleh penyandang disabilitas. Budi dan Ricka merupakan penyandang cerebral palsy yang membuat dan membacakan puisi.

Adapun beberapa narasumber dari diskusi panel tersebut adalah Rachmat Zulkarnain Goesasi, dokter spesialis fisik dan rehabilitasi medik di RSHS; Domy Pradana Putra, dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari Malang; Ogest Yogaswara, Ketua SPICE (Severe and Profound Impairment Collective Empowerment atau Pemberdayaan Kolektif Disabilitas Berat); Farhan Helmy, Ketua DILANS (Pergerakan Disabilitas dan Lanjut Usia).

Pembicara lainnya adalah Ardiah Nursyanti, pekerja sosial medis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSHS; Fidyanto Angger Waspodo, Direktur Pengembangan Bisnis di PT. Orthocare Indonesia; Taufiq Siddiq Azvi, Program Manager di IBU Foundation untuk program Skill to Succeed yang fokus untuk kesiapan kerja bagi disabilitas, dan Irvan Alamsyah dari Dinas Sosial Kota Bandung.

Ardiah Nursyanti, pekerja sosial medis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSHS menyampaikan bahwa untuk mengubah sosok disabilitas yang bisa menerima keadaan dan berdaya dibutuhkan kehadiran pendamping, keluarga, maupun sistem pendukung lainnya. Dalam keseharian, penyandang disabilitas membutuhkan bantuan dan dampingan.

Dengan pendampingan, kepercayaan penyandang disabilitas sedikit demi sedikit akan meningkat. Ia juga menyebutkan, tujuan dari pendampingan kepada penyandang disabilitas adalah kemandirian, berdaya, dan bisa menghasilkan.

“Itulah mengapa saya dalam dampingan terhadap pasien-pasien, hubungan sosial yang harus betul-betul ditingkatkan,” ungkapnya saat diskusi panel.

Penampilan The Darksa Banda pada Connect Collaborative for Inclusive Impact yang diselenggarakan Karla Bionics, di Dago, Sabtu, 11 November 2023. (Foto: Awal Rajul/BandungBergerak.id)
Penampilan The Darksa Banda pada Connect Collaborative for Inclusive Impact yang diselenggarakan Karla Bionics, di Dago, Sabtu, 11 November 2023. (Foto: Awal Rajul/BandungBergerak.id)

Terkait produk Raga Arm V2.0 Karla Bionics, Arief menyebutkan bahwa ada beberapa skema yang dikembangkan. Skema pertama adalah dengan bisnis sosial yang bekerja sama dengan program-program sosial. Skema ini dibuat karena kebanyakan yang membutuhkan lengan prostesis, 80 persen tidak mampu.

Skema pertama ini akan menggunakan dana sosial perusahaan internasional maupun CSR perusahaan yang memiliki visi yang sejalan dan bisa berkolaborasi. Pada skema ini, lengan prostesis akan dibagikan untuk penyandang disabilitas secara cuma-cuma melalui program, yang diawali dengan pencocokan data.

Skema lainnya adalah dengan memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan dan dari pembelian melalui resep Orthosis Prosthesis. Terkait izin edar, Arief mengklaim bahwa Raga Arm V2.0 berada di tingkat paling rendah. Sebab varian body power yang telah siap diedarkan tidak ada komponen elektrik yang ditanamkan. Sehingga sama saja seperti alat bantu tongkat.

“Dana-dana sosial dari SDG’s tentang keberagaman yang di dalamnya termasuk disabilitas. Izin edar atas nama PT. RII dari ITB. Chanel satu lagi dari orthosis prosthesis (OP). Ternyata di ranah ini ada apotekernya. Kalau dia yang bikin resep itu halal jasanya bikin tangan,” terang Arief.

*Kawan-kawan bisa membaca reportase-reportase lain dari Awla Rajul, atau tulisan-tulisan lain mengenai difabel.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//