• Berita
  • Menjaga Anak-anak di Bandung agar tak Rentan Terserang Diabetes

Menjaga Anak-anak di Bandung agar tak Rentan Terserang Diabetes

Pemerintah diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kadar gula darah dalam tubuh sebagai penyebab diabetes.

Kegiatan ibu dan anak di Posyandu di Posyandu Sakura, Kelurahan Samoja, Bandung, Selasa (10/2/2022). RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak sedang digodik pemerintah dan DPR RI. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana16 Desember 2023


BandungBergerak.id - Indonesia menempati posisi ke-6 sebagai negara dengan angka kematian akibat diabetes terbanyak di dunia, yakni sebesar 236.711 jiwa (International Diabetes Federation (IDF) 2021). Dilihat dalam skala nasional, DKI Jakarta menjadi provinsi yang memiliki prevalensi penderita diabetes tertinggi, yakni sebesar 3,4 persen (Kementerian Kesehatan RI, 2018), diakses dari laman Universitas Indonesia, Sabtu, 25 November 2023.

Data juga menunjukkan, kasus diabetes pada anak mengkhawatirkan. Ides Haeruman Taufik, dokter dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengungkap, pada Januari 2023 IDI (Ikatan Dokter Indonesia) merilis data penelitian sampai tanggal 31 Januari 2023 bahwa prevalensi kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023.

Kasus diabetes pada anak mencapai 2 orang per 100.000 jiwa per Januari 2023. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan jumlah diabetes anak tahun 2010, yakni 0,028 per 100.000 anak.

Menurut Ides, kasus diabetes pada anak kebanyakan diabetes tipe 1. Sedangkan, diabetes tipe 2 sebanyak 5-10 persen dari keseluruhan kasus diabetes anak.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, ada 1.645 anak dengan diabetes melitus yang tersebar di 13 kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Denpasar, Palembang, Padang, Medan, Makassar, dan Manado.

“Hampir 60 persen penderitanya adalah anak perempuan. Sedangkan berdasarkan usianya, sebanyak 46 persen usia 10-14 tahun, dan 31 persen usia 14 tahun ke atas,” papar Ides, dikutip dari laman Kemenkes.go.id, diakses Sabtu, 25 November 2023.

Ides berharap pemerintah ataupun Kementerian Kesehatan RI meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kadar gula darah dalam tubuh sebagai penyebab diabetes.

Diabetes pada Anak di Bandung

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung juga mencatat terjadi peningkatan kasus diabetes melitus (DM) pada remaja di Kota Bandung dalam setahun terakhir. Dinkes Kota Bandung mencatat, sebanyak 9 orang di bawah usia 15 tahun tercatat mengidap DM tipe 1 pada tahun 2021. Sedangkan di usia 15-19 tahun, sebanyak 2 orang mengidap DM tipe 1, dan 9 orang DM tipe 2.

Pada tahun 2022, kasus DM tipe 1 usia di bawah 15 tahun sebanyak 9 orang dan tipe 2 sebanyak 44 orang. Lalu, pada usia 15-19 tahun sebanyak 24 orang mengidap DM tipe 1, dan 57 orang mengidap DM tipe 2.

Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Kota Bandung Intan Annisa mengklaim pihaknya telah melakukan beberapa upaya untuk mendeteksi sejak dini kasus DM di kalangan remaja. Salah satunya dengan jemput bola langsung, sosialisasi ke sekolah-sekolah di Kota Bandung.

“Setiap penduduk berhak atas skrining gratis itu setahun sekali. Cuma mungkin banyak yang belum tahu ada program itu. Makanya kita terus sosialisasikan program skrining gratis ini kepada masyarakat agar lebih banyak yang sadar. Untuk sekolah sendiri dijatahi skrining satu tahun sekali. Tapi setiap bulannya bergilir agar semua sekolah bisa diperiksa,” ujar Intan, dikutip dari pernyatan resmi.

Mengancam Generasi Penerus

Jika tidak ada penanganan serius, Ides Haeruman Taufik khawatir kasus diabetes mengancam generasi penerus. Tingginya angka kesakitan akan berimbas pada tingkat produktivitas negara dan bangsa Indonesia di masa mendatang.

“Apalagi berdasarkan jenis kelamin bahwa penderita diabetes (diabetisi) persentase paling banyak adalah perempuan, maka tidak dapat dipungkiri perempuan diabetes akan melahirkan bayi yang kelebihan berat badan di atas 4 kg dan memiliki genetik penyakit diabetes yang dominan,” terangnya.   

Banyak faktor yang menyebabkan prevalensi kasus diabetes pada anak meningkat. Namun Ides yakin kasus diabetes pada anak dimulai dengan sindrome metabolik berupa kelebihan berat dan yang mengakibatkan resistensi insulin atau kekurangan insulin.

Salah satu faktor yang menjadi sorotan penyebab diabetes adalah pola makan dan aktivitas anak, seperti jajanan anak kekinian yang tidak jelas mengenai nilai gizi atau nutrisinya. Sebut saja minuman soda, minuman boba dengan kadar gula yang tinggi, pisang cokelat lumer, dan jajanan lainnya yang bisa jadi mengandung tinggi gula atau bahan bakunya adalaah tepung terigu (indeks glikemik dan kalorinya tinggi).

Dengan kata lain, faktor gaya hidup dan pola makan anak atau remaja yang kurang bahkan tidak sehat menjadi penyebab diabetes.

“Meskipun faktor genetik atau keturunan juga bisa berpengaruh akan tetapi kecil sekali dan tidak dapat dipungkiri. Daripada kita mempermasalahkan faktor genetik saya lebih terfokus pada pola asuh atau pola makan yang diciptakan oleh orang tua dalam hal ini ibu,” katanya. 

Adapun faktor yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada remaja antara lain sebagai berikut:

  • Gemar mengonsumsi asupan manis dan makanan siap saji;
  • Menjalani gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan suka mengongkonsumi minuman beralkohol;
  • Memiliki kadar kolesterol tinggi;
  • Kelebihan berat badan atau obesitas;
  • Memiliki riwayat diabetes gestasional (ibunya);
  • Didiagnosis pradiabetes;
  • Memiliki anggota keluarga dengan diabetes.

Baca Juga: Orang-orang Muda sebagai Pembuka Gerbang Toleransi dan Inklusi Sosial
Konser Parahyangan Orchestra, Mengukir Rasa Tak Kasat Mata Kizuna
Kawan-kawan Difabel dalam Pelukan Komunitas Seni

Penting untuk mengambil tindakan pencegahan diabates pada remaja dengan: mempertahankan berat badan ideal, makan buah dan sayur sesuai dengan semboyan gizi seimbang, mengkonsumsi jumlah karbohidrat harus sebanding (sama) dengan jumlah sayuran.

Buah dan sayur termasuk makanan penting yang perlu dikonsumsi setiap hari karena memiliki banyak manfaat, termasuk untuk mencegah diabetes. Namun, nyatanya masih banyak anak yang kekurangan asupan buah dan sayur harian.

Pencegahan lainnya adalah aktif berolahraga. Untuk mencegah kelebihan berat badan yang berlanjut pad obesitas maka biasakan anak kita untuk berolahraga setidaknya 30 menit sehari.

“Ini bertujuan untuk memaksimalkan pencapaian target penurunan berat badan dan untuk mengurangi risiko anda terkena diabetes,” terang Ides.

Selain itu, berolahraga juga bisa menurunkan kadar gula darah dan menekan terjadinya resistensi insulin dalam tubuh anak kita. Langkah berikutnya memilih

makanan yang memiliki Indeks glikemik rendah atau sedang. Makan manis yang mengandung gula banyak digemari anak-anak merupakan makanan yang memiliki nilai indeks glikemik tinggi.

“Bila kita terlalu sering mengkonsumsi makanan yang memiliki nilai indkes glikemik tinggi menyebabkan kenaikan gula darah secara tiba tiba dan akan turun lagi dengan cepat mengkibatkan tubuh akan sering mengalami keterkejutan. Tapi bila kita mengkonsumsi makanan yang memiliki nilai indeks glikemik sedang atau rendah makan kenaikan gula darah akan landai (tidak cepat secara tiba tiba) dan turun lagi dengan waktu yang lama,” paparnya.

Akhirnya, kata Ides, penting bagi orang tua selain untuk bisa membatasi asupan makanan manis yang dikonsumsi oleh anak setiap hari juga memberikan pegetahuan mengenai pola hidup sehat. Pola makan yang baik membuat anak tidak terjerumus ke dalam risiko diabetes.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan Iman Herdiana atau artikel-artikel tentang Kota Bandung

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//