Ancaman Konflik Israel-Palestina terhadap Perekonomian Dunia
Jika konflik Israel-Palestina meluas maka pada akhirnya akan mengancam ekonomi dunia dan berpotensi menciptakan krisis ekonomi dengan rasio yang tak terbayangkan.
Patricia Rachelle
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung.
8 Desember 2023
BandungBergerak.id – Konflik Israel dan Palestina yang terjadi saat ini tentunya memberikan dampak yang besar terhadap berbagai sektor, terkhususnya sektor ekonomi. Dengan terjadinya kembali konflik ini, maka perekonomian dunia akan kembali menghadapi ketidakpastian baru setelah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19. Berdasarkan data dari Setkab.go.id, laju pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami perlambatan sebesar 0,1 sampai 1 persen jika konflik Israel-Palestina terus berlanjut. Selain itu, diperkirakan juga tingkat inflasi dunia akan mengalami peningkatan sebesar 0,1 sampai 1,2 persen. Jika perekonomian dunia melemah, hal ini tentunya akan berpengaruh kepada perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Hal ini juga akan mempengaruhi harga minyak mentah dan pastinya akan berdampak kepada negara-negara pengimpor minyak.
Seorang dosen ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, memberikan argumennya terhadap dampak konflik ini kepada perekonomian dunia. Menurutnya, IMF (Internasional Monetary Fund) telah memberikan sebuah peringatan bahwa perekonomian dunia akan mengalami perlambatan dalam pemulihannya setelah pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan adanya serangan Rusia terhadap Ukraina yang mengganggu kestabilan harga energi dan pangan global.
Peringatan lainnya dari IMF juga muncul saat terjadinya konflik baru di wilayah Timur Tengah yang berpotensi untuk semakin mengancam kestabilan ekonomi dunia setelah krisis ekonomi yang dialami sebelumnya. Anggito menyebut bahwa dengan kembali memanasnya konflik Israel-Palestina sudah membuat kekacauan di seluruh wilayah sekaligus juga menunjukkan kesulitan-kesulitan dalam menjaga kestabilan ekonomi dunia. Saat ini juga para pemangku kebijakan di dunia masih terus berjuang untuk memulihkan keadaan ekonomi setelah pandemi dan konflik Rusia-Ukraina.
Presiden World Bank, Ajay Banga, menyebutkan bahwa saat ini ekonomi global sedang berada di kondisi yang tidak mudah. Banga juga menyebutkan jika dengan adanya perang yang terjadi saat ini tidak dapat membantu bank-bank sentral, maka bank-bank sentral itu akan mencoba untuk mencari jalannya sendiri untuk mencapai soft landing yang mengacu kepada adanya upaya dari para pemangku kebijakan untuk meredakan inflasi yang sedang terjadi tanpa harus menimbulkan resesi.
Baca Juga: Menelisik Kolonialisme Pendudukan Israel terhadap Palestina
Palestina dan Netizen yang Nirempati dalam Bermedsos
PKL Bandung Berperan Penting dalam Meyerukan Empati untuk Palestina
Dampak Konflik Israel-Palestina
Memang dampak terhadap ekonomi global dari konflik di Timur Tengah ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan konflik Rusia-Ukraina, karena Israel dan Palestina bukanlah negara penghasil minyak utama. Berbeda dengan Rusia yang memiliki peran sebagai produsen energi utama dan Ukraina yang merupakan negara pengekspor utama biji-bijian dan pupuk. Namun, jika konflik Israel-Palestina ini semakin meluas, maka pada akhirnya hal ini tentu akan dapat mengancam ekonomi dunia dan berpotensi untuk menciptakan sebuah krisis ekonomi dengan rasio yang tak terbayangkan.
Hal ini didukung juga dengan pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen. Yellen menyebutkan bahwa potensi terjadinya krisis ekonomi global dari konflik Israel-Palestina ini tidak terlalu besar. Klaim ini mungkin saja benar, dibuktikan dengan pasar saham dunia yang tidak terdistraksi dengan konflik ini. Namun, harga minyak dunia mengalami kenaikan luar biasa pada awal Oktober 2023 lalu setelah konflik Israel-Palestina kembali memanas. Hal ini memicu kekhawatiran baru jika negara-negara Timur Tengah lainnya—yang merupakan produsen utama minyak bumi— ikut bergabung dalam konflik ini. Terbatasnya pasokan minyak bumi memang dapat berpotensi untuk semakin menaikkan harga minyak yang sebelumnya sudah mengalami kenaikan akibat pembatasan ekspor dari Arab Saudi dan Rusia.
Pasar minyak dunia saat ini sudah mulai mengalami kegelisahan karena harga minyak terus mengalami kenaikan. Anggito mempertanyakan bagaimana jika kenaikan harga minyak ini dapat berpengaruh terhadap suku bunga yang pastinya berdampak langsung pada perkembangan ekonomi dunia. Selain itu, harga energi dan pangan dunia juga menghadapi krisis dari konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina. Meskipun demikian, IMF masih belum bisa menyatakan apakah kenaikan harga minyak dunia ini akan berakhir atau malah berlanjut. IMF sudah melakukan penelitian terhadap dampak apa yang sekiranya akan timbul setelah kenaikan harga minyak sebesar 10%. Berdasarkan hasil penelitian IMF tersebut, kenaikan harga minyak ini akan semakin membebani ekonomi dunia, mengurangi proses produksi, dan berpotensi untuk meningkatkan inflasi dunia pada tahun 2024.
Chief Economist IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, menyebut perekonomian dunia saat ini sedang mengalami kesulitan akibat dari konflik-konflik yang terjadi. Menurut Gourinchas hal ini akan semakin parah dengan adanya kemungkinan berbagai bencana alam yang akan terjadi sebagai akibat dari perubahan iklim. Dengan adanya konflik Rusia-Ukraina yang sempat memanas beberapa waktu lalu, negara-negara Eropa banyak yang berusaha untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap minyak bumi dan gas alam Rusia yang kemudian beralih kepada negara-negara pemasok minyak di Timur Tengah. Pada akhirnya membuat negara-negara Uni Eropa mendukung Israel dan mengecam tindakan Hamas. Hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang mendukung Palestina dan meminta PBB untuk segera bertindak menyelesaikan konflik ini dengan gencatan senjata dengan tujuan agar krisis tidak semakin menyebar ke masalah-masalah lain.
Meskipun konflik Israel dan Palestina yang sedang memanas kembali hari ini dianggap tidak memiliki dampak yang terlalu besar terhadap ekonomi global, setiap pemimpin dunia seharusnya dapat mempersiapkan diri dengan mengeluarkan beberapa kebijakan yang sekiranya dapat mengurangi dampak dari konflik Israel-Palestina. Tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana konflik ini akan berjalan ke depannya. Mungkin saja di hari-hari ke depan konflik ini akan melibatkan negara-negara Timur Tengah lainnya yang dapat mempengaruhi kestabilan harga minyak bumi. Lebih baik berjaga-jaga dengan kebijakan yang tepat daripada harus mengalami krisis yang lebih parah di sektor ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor ekonomi global dapat berpengaruh ke bidang-bidang lainnya.