• Berita
  • Menyimak Imajinasi Anak-anak Dago Elos

Menyimak Imajinasi Anak-anak Dago Elos

Anak-anak Dago Elos menuangkan imajinasi mereka pada gambar yang kemudian dipamerkan. Mereka bercita-cita punya rumah idaman.

Pajang karya anak-anak Dago Elos Dengar Suaraku di Bale Warga Dago Elos, Bandung, Sabtu, 9 Desember 2023. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Penulis Fitri Amanda 12 Desember 2023


BandungBergerak.id - Gambar-gambar buatan anak-anak ditempel di dinding pameran Dago Elos, Bandung. Salah satu karya memuat gambar rumah impiah. Selain gambar, ada juga zine komik yang berisi cerita anak-anak Dago Elos tentang cita-cita mereka.

Pameran tersebut merupakan karya anak-anak Dago Elos hasil lokakarya yang dipandu mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada November 2023. Hasil lokakarya mulai dipamerkan pada acara pajang karya bertema "Dengar Suaraku", di Bale Warga RW 02 Dago Elos, Bandung, Sabtu, 9 Desember 2023 dan berlangsung sampai 11 Desember 2023. 

Pameran ini menjadi wadah kreativitas dan kejujuran imajinasi anak-anak Dago Elos sekaligus menyuarakan impian dan cita-cita lugu mereka yang dirongrong ancaman penggusuran. Mimpi dan cita-cita mereka yang dituangkan ke atas kertas seakan bentuk perlawanan terhadap sengketa lahan, bahwa mereka masih punya imajinasi, mimpi, dan cita-cita.

Anak-anak Dago Elos sendiri menyambut ceria pameran "Dengar Suaraku". Pameran ini adalah panggung harapan bagi mereka. Mereka bangga karya-karyanya dipamerkan dan bisa dilihat pengunjung.

Bawana yang merupakan salah satu inisiator pajang karya ini mengungkapkan, pameran karya ini diawali dengan lokakarya dengan pendekatan komik atau gambar. Ia yakin komik dapat menjadi alat bagi masyarakat kecil untuk bercerita.

Rangkaian pameran ini juga diharapkan menjadi upaya agar anak-anak tetap semangat berkarya meski berada di area konflik tanah. Bawana menegaskan, anak-anak Dago Elos berhak memiliki mimpi meskipun mereka terancam oleh situasi yang sulit.

Tak cukup berpameran, karya-karya anak-anak Dago Elos lantas didiskusikan. Hadir Ayang, salah satu warga Dago Elos, dan Wanggi Hoed, seniman pantomim yang mengupas karya anak-anak Dago Elos.

Diskusi membahas tentang seni sebagai alat respons terhadap isu-isu sosial. Seni bukan hanya sebagai bentuk ekspresi, tetapi juga sebagai kekuatan transformasional dalam menyuarakan isu-isu yang relevan di masyarakat.

Ayang menceritakan mengenai konflik Dago Elos yang berdampak pada anak-anak. Pada Agustus lalu kerusuhan terjadi di Dago Elos. Peristiwa ini meninggalkan trauma pada anak-anak Dago Elos.

Ayang menuturkan, beberapa hari setelah kejadian Agustus, Dago Elos mendapat kunjungan mahasiswa dari salah satu universitas di Bandung. Waktu itu anak-anak Dago Elos diminta untuk menggambar.

“Gambarnya serem banget, gak kayak yang sekarang yang lucu-lucu (gambarnya), itu nggak. Saat itu mungkin masih hangat di ingatan mereka jadi mereka tumpahkan, mengekspresikan semuanya ke gambar. Jadi gambarnya itu ada yang bawa pistol, ada yang berdarah-darah,” cerita Ayang.

Wanggi menimpali. Menurutnya, seni memiliki peran yang tidak dapat dipisahkan dengan isu-isu sosial. Seni tidak hanya sebagai bentuk representasi melainkan menjadi gerakan-gerakan keseharian. Hal ini harus terus dipupuk agar berkelanjutan.

Ia menyinggung tema pameran "Dengar Suaraku" karya anak-anak Dago Elos. Menurutnya, seni memerlukan dialog dan interaksi dengan masyarakat. Jika seni tidak mendengar suara-suara masyarakat, maka seni akan kehilangan esensinya.

Bagi Wanggi, bukanlah tentang menciptakan karya visual tetapi juga tentang meresapi realitas sekitar. “Sederhananya kita seperti membawa jiwa itu ke tempat-tempat lain, yang akhirnya semua bisa merasakan. Seperti yang terjadi saat ini, pengalaman rasa,” ucap Wanggi.

Baca Juga: KABAR DARI REDAKSI: Menerbitkan Zine BERGERAK! Vol. 2 tentang Dago Elos
Bersolidaritas Buku di Festival Kampung Kota Dago Elos 2017
Warga Dago Elos Melengkapi Bukti-bukti Dugaan Pemalsuan Dokumen Tanah oleh Keluarga Muller

Diskusi pajang karya anak-anak Dago Elos Dengar Suaraku di Bale Warga Dago Elos, Bandung, Sabtu, 9 Desember 2023. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)
Diskusi pajang karya anak-anak Dago Elos Dengar Suaraku di Bale Warga Dago Elos, Bandung, Sabtu, 9 Desember 2023. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Respons Pengunjung Pajang Karya “Dengar Suaraku”

Pajang Karya “Dengar Suaraku” tak hanya dikunjungi warga Dago Elos. Sejumlah pengunjung dari luar Dago Elos turut mengapresiasi pameran ini, salah satunya Faza (19 tahun), mahasiswa seni rupa yang mengagumi beberapa karya anak-anak Dago Elos.

Faza mengatakan, pajang karya ini yang menurutnya tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga memasuki jantung masyarakat. Baginya, kehadiran pameran dengan topik anak-anak di Dago Elos merupakan pengalaman baru. Faza berharap akan lebih banyak event sejenis yang memperkuat keyakinan bahwa seni dapat menjadi medium efektif untuk menyentuh dan terlibat langsung dengan masyarakat.

Salma (18 tahun), pengunjung lain yang berasal dari luar Dago Elos, mengungkapkan pameran ini telah mengubah pandangannya selama ini tentang Dago Elos. Semula ia kurang memahami apa yang terjadi di Dago Elos. Setelah mengunjungi pameran, ia kini menyadari kompleksitas isu-isu yang tengah dihadapi warga dan anak-anak Dago Elos.

Bagi Salma, pajang karya ini merupakan alat edukasi yang membangunkan kesadaran akan isu yang mungkin luput dari perhatian banyak orang. Isu-isu yang diangkat dalam pameran, menurutnya, seharusnya menjadi wawasan yang lebih luas bagi masyarakat umum.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan Fitri Amanda, atau artikel-artikel lain tentang Dago Elos

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//