• Berita
  • Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Smart City

Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Smart City

Smart city adalah perihal mengelola sumber daya secara efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan yang ada melalui penyediaan infrastruktur dan layanan kota.

ICESCO bekerja sama dengan SCCIC ITB menggelar “International Workshop for Smart Cities and Circular Green Economy” di Auditorium IPTEKS ITB, Selasa, 12 Desember 2023. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Penulis Tofan Aditya13 Desember 2023


BandungBergerak.id – Pertumbuhan penduduk akan berbanding lurus dengan kompleksitas masalah. Di wilayah perkotaan, tingginya populasi mengakibatkan sumber daya alam semakin tereksploitasi dan timbunan sampah yang semakin membludak. Selain itu, kebutuhan akan energi dan air akan mengakibatkan masalah lingkungan dan bencana. Imbasnya adalah menurunnya kualitas hidup manusia di wilayah tersebut.

Menjawab persoalan tersebut, Islamic World Educational, Scientific and Cultural Organization (ICESCO) bekerja sama dengan Smart City and Community Innovation Center (SCCIC) ITB menggelar “International Workshop for Smart Cities and Circular Green Economy”. Sebanyak 18 orang pembicara dari akademisi, NGO, perwakilan pemerintah, dan industri hadir dalam acara yang digelar secara hybrid di Auditorium IPTEKS Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Zoom Meeting ini.

People have become educated, but have not become human. Ini ekstrem, tidak sama semua. Tapi untuk memberikan contoh (kalau) manusia (itu) penting,” ucap Prof. Suhono Harso Supangkat, Head of SCCIC ITB, dalam Keynote Speech pada Selasa, 12 Desember 2023.

Dalam pemaparannya terkait Smart Cities Resilience, Prof. Suhono menyampaikan bahwa smart city adalah perihal mengelola sumber daya secara efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan-permasalahan melalui penyediaan infrastruktur dan layanan kota. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, mulai dari ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Smart city hanya akan tercapai apabila nilai dasar penduduknya sudah terpenuhi. Oleh karenanya, pewujudan smart city hanya memungkinkan apabila pemerintah mampu sensing (merasakan), understanding (mengerti), dan acting (bergerak).

“Ada kota, ada desa, yang ada masalah pangan. Jangan buru-buru bikin aplikasi yang hebat-hebat. Bukan aplikasinya yang penting, tapi yang proper,” lanjut Guru Besar ITB yang menyelesaikan pendidikan doktoral di The University of Tokyo ini.

Baca Juga: Demam Istilah Smart City Dilihat dari Masalah Cekungan Bandung
Mesin Parkir Elektronik di Bandung: Nisan di Kuburan Smart City
Klaim Smart City Kota Bandung tak Membekas pada Transportasi Publik

Studi Kasus: Kota Madiun

“Di tahun 2019, kota saya disingkiri bukan disinggahi. Semua orang datang tidak mau. Kota saya tidak punya sumber daya alam. Kota saya kotor sekali. Setiap musim seperti ini banjir, sampah di mana-mana,” cerita Drs. H. Maidi, S.H., M.M., M.Pd., Wali Kota Madiun.

Madiun kemudian mencoba berbenah. Satu demi satu masalah digali sampai menemukan ujung pangkalnya. Ketika akar masalah sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan solusi yang berkelanjutan, efisien, responsif, dan terukur. Satu solusi mesti bisa menyelesaikan beberapa persoalan, begitu tutur Maidi.

Dalam upaya peningkatan ruang hijau, misalnya. Madiun mencoba menanam pohon-pohon besar yang mampu berbunga. Selain mencukupi kebutuhan oksigen, bunga-bunga yang ada juga dapat menambah estetika dari sebuah kota. Sementara untuk meningkatkan roda ekonomi, masyarakat diajak untuk melakukan budidaya lebah madu.

Apa yang dilakukan Madiun adalah salah satu bentuk dari smart city. Menurut Dr. Ir. Arry Akhmad, M.T., smart city tidak harus melulu berbicara terkait teknologi, yang terpenting adalah mengubah basic value, seperti Safety, Security, Credibility, dan Reliability, menjadi smart value, seperti Convenience, Comfortability, Efficiency, Eco-friendliness.

Meski demikian, Arry juga berpendapat jika teknologi memegang peran penting, utamanya dalam meringankan kerja manusia, memperbesar dampak, dan membangun ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular yang dimaksud adalah strategi terencana untuk menekan jumlah sampah dan residu dalam setiap aktivitas yang dilakukan.

“Tata kelola di masa depan harus memperkuat intensitas teknologi dan lingkungan yang hijau. Tata kelola di masa depan harus bersinergi dengan ekonomi sirkular menuju ekosistem yang berkelanjutan,” ucap Arry menutup pembicaraan.

Selain Maidi dan Arry, Dr. Tan Teck Boon berbicara terkait upaya untuk semakin memperkuat smart city. Untuk meningkatkan layanan publik, kecepatan internet seperti 5G atau 6G perlu dibangun. Untuk mengurangi angka kriminalitas, Smart CCTV dapat menyediakan keamanan 24/7 sebelum kejadian terjadi. Untuk mengefisienkan energi, perlu ada upaya untuk memangkas emisi karbon.

Dalam pemanfaatan teknologi, Research Fellow di Nanyang Technological University, Singapore, itu mengingatkan bahwa digitalisasi seperti demikian juga sangat mungkin mengalami ancaman. Beberapa di antaranya antar lain tech-enabled scams, loss of privacy, data misuse, cyberattacks, dan AI danger.

Sesi diskusi yang menghadirkan Wali Kota Madiun Maidi yang memaparkan pengembangan Smart City di kotanya dalam “International Workshop for Smart Cities and Circular Green Economy” di Auditorium IPTEKS ITB, Selasa, 12 Desember 2023. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Sesi diskusi yang menghadirkan Wali Kota Madiun Maidi yang memaparkan pengembangan Smart City di kotanya dalam “International Workshop for Smart Cities and Circular Green Economy” di Auditorium IPTEKS ITB, Selasa, 12 Desember 2023. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

International Workshop for Smart Cities and Circular Green Economy 

Kegiatan bertemakan Improving City Quality of Life through Circular Green Economy Digital Transformation ini mencoba menyoroti praktik baik, tren yang muncul, dan beberapa kasus yang sering dibicarakan terkait smart city. Digelar selama 3 hari, gelaran lokakarya ini menghadirkan 4 sesi pembahasan.

“Jadi tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan awareness untuk mengimplementasikan smart city di negara-negara anggota ICESCO. Kedua, untuk mempererat hubungan kerja sama antar negara-negara dan institusi-institusi yang ada yang bekercimpung di bidang smart city,” terang Dr. Fahman Fathurrahman, Expert Science & Technology ICESCO, ketika ditemui oleh tim BandungBergerak.id.

Sesi antara Maidi, Arry, dan Tan adalah sesi pembuka yang membahas tentang tentang smart city, Global Trend on Circular Economy, Green Economy Policy. Setelah sesi pembuka, sesi ke dua membahas tentang Sustainability Framework, Green Economy, Climate Change Community. Sesi ini dibahas oleh Dr. Fahman Fathurrahman, Ir. Teti Armiati Argo, MES., Ph.D., Prof. Ir. Djoko Santoso Abi Suroso, Ph.D., dan Helmi Abidin.

Masih di hari yang sama, sesi ke tiga membahas tentang Design Innovation, Circular Economy, Technology for Circular Economy. Sesi ini dibahas oleh Dr. Dwinita Karasati S.Sn., MA., Harry Anugrah Mawardi., D.Ds., M.Ds., dan Prof. Dr. Mohamed Essaaidi.

Pada Rabu, 13 Desember 2023, ada sesi penutup yang membahas tentang Technology and Innovation for Smart and Circular Economy. Sesi ini dibahas oleh Dr. Fadil Hidayat, S.Kom., M.T., Dr. Yuanita Handayani, M.S.M., Arvind Easwaran, Ph.D., dan Dr. Ing. Ali Bawono, B.Sc., M.Sc., Ph.D., PMP.

* Artikel ini merupakan bagian kerja sama BandungBergerak.id dengan Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas (PIKKC) ITB bersama Islamic World Educational, Scientific and Cultural Organization (ICESCO) Maroko.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//