• Kolom
  • SUARA SETARA: 16 HAKTP yang selalu Kita Rayakan Sebenarnya Berawal dari Sejarah Penuh Luka

SUARA SETARA: 16 HAKTP yang selalu Kita Rayakan Sebenarnya Berawal dari Sejarah Penuh Luka

Memperingati Hari Antikekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) sesungguhnya mengingat tragedi brutal yang menimpa Mirabel bersaudara, pejuang perempuan yang dibunuh.

Andily Aprilia Rahmawati

Anggota Gender Research Student Center (GREAT) dan Ketua BEM KEMA FIP UPI, bisa dihubungi di [email protected]

Penampilan dari Teater Lakon terkait belum adanya ruang aman bagi perempuan bahkan setelah disahkannya UU TPKS, Selasa, 6 Desember 2022, di UPI, Bandung. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

20 Desember 2023


BandungBergerak.id - Ketika mulai memasuki bulan November, saya dan kawan-kawan lainnya mulai berkumpul dan mendiskusikan tentang Hari Antikekerasan terhadap Perempuan (HAKTP). HAKTP yang diperingati setiap tanggal 25 November hingga 10 Desember lalu menjadi momentum yang selalu ditunggu untuk berkumpul, bersuara, dan saling menguatkan. HAKTP pun selalu menjadi kesempatan sakral nan hangat bagi saya sebagai perempuan.

Ketika memperingati 16 HAKTP juga, hati saya turut bertanya ‘Memangnya apa yang terjadi sampai ada sebuah hari yang disepakati sebagai hari antikekerasan pada perempuan seluruh dunia? Begitu rentankah perempuan mendapatkan kekerasan sampai ada satu hari yang diperingati agar kekerasan tersebut setidaknya bisa berhenti?”. Ternyata, HAKTP berawal dari sebuah pembunuhan tragis pada tiga perempuan (Mirabel bersaudara) yang melawan penindasan dan kekerasan. Mari kita ulas HAKTP tersebut dalam framework 5W1H.

What: Apa itu 16 HAKTP? 

16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan adalah salah satu momentum internasional yang berkomitmen secara untuk mencegah segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap  perempuan. 16 HAKTP kemudian diperingati bersama setiap tanggal 25 November hingga 10 Desember.

Hal tersebut bermula setelah Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1979 karena kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan masih menjadi permasalahan yang menjamur di seluruh dunia.

Pada 1981, para aktivis hak-hak perempuan semakin gencar mengagungkan seruan melawan kekerasan terhadap perempuan dan menetapkan 25 November sebagai momentum melakukan aksi menyuarakan hal tersebut.

Penggunaan 25 November juga dipilih untuk menghormati Mirabel bersaudara (kata tebal dari penulis), tiga aktivis politik di Republik Dominika yang dibunuh secara brutal pada tahun 1960 atas perintah penguasa negara  tersebut, Rafael Trijullo (1930-1961). Selanjutnya pada 7 Februari 2000, Sidang Umum akhirnya mengadopsi Resolusi 54/134 yang menetapkan secara resmi 25 November sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.

Who & Why: Kenapa Ada 16 HAKTP?

Pada pertengahan abad ke-20, Republik Dominika mengalami mimpi buruk luar biasa karena dikendalikan oleh diktator sadis Rafael Trujillo, yang menguasai negeri di kepulauan Karibia tersebut dari tahun 1930 hingga 1960. Trujillo mendapatkan kekuasaannya melalui pemilihan presiden yang curang, penuh intimidasi, teror, dan kekerasan.

Era mimpi buruk tersebut disebut dengan “Era Trujillo”. Di era ini, Trujillo mengontrol militer, surat, pers, perjalanan udara dan paspor, mengatur suap dan monopoli industri, dan memiliki ratusan polisi rahasia dan mata-mata dalam penyensoran pers serta penyiksaan dan pembunuhan ratusan orang agar dibuat terlihat seperti bunuh diri.

Kejahatan Trujillo yang paling terkenal terjadi pada tahun 1937 ketika pasukan polisinya membunuh secara brutal lebih dari 20.000 warga Haiti dan membuat seakan tragedi tersebut seakan-akan terjadi tanpa campur tangan kepolisian. Selain seorang diktator yang kejam, Trujillo juga seorang penjahat seksual. Dia memiliki unit “pencari kecantikan” sendiri yang berkeliling Dominika untuk mencari gadis-gadis muda yang menarik yang kemudian mereka culik dan kirimkan ke Trujillo untuk diperkosa.

Tirani di Dominika semakin mendorong Mirabel Bersaudara untuk terus berjuang melawan penindasan. Mirabel Bersaudara, yaitu Patria, Minerva, dan Maria Teresa Mirabal adalah perempuan, istri, dan ibu yang tinggal di Republik Dominika dan akhirnya menjadi Pahlawan Nasional.

Mirabel Bersaudara melakukan gerakan rakyat bernama Las Mariposas (kupu-kupu) dengan membagikan pamflet yang berisikan nama-nama orang yang dibunuh oleh Trujillo dan memperoleh bahan-bahan untuk membuat senjata. Rencana tersebut diketahui Trujillo dan banyak anggota yang terlibat gerakan ditangkap termasuk Mirabel bersaudara. Atas tekanan internasional, Trujillo akhirnya membebaskan tawanan. Di saat yang sama, kondisi ekonomi Dominika menurun drastis.

Kengerian Trujillo tidak berhenti sampai di situ. Pada tanggal 25 November 1960, Mirabel bersaudara mengendarai sebuah mobil dan dihentikan oleh anak buah Trujillo. Mirabel bersaudara disiksa dan dicekik hingga meninggal. Tubuhnya ditaruh kembali di mobil mereka dan didorong dari puncak sehingga terlihat seperti kecelakaan.

Kematian Mirabel bersaudara memincu kemarahan rakyat Dominika dan merupakan awal bagi kejatuhan rezim Trujillo. Trujillo kemudian dibunuh setahun setelah kematian Mirabal bersaudara pada 30 Mei 1961. Kematian Mirabel Bersaudara kemudian menjadi simbol perlawanan dan perjuangan kaum perempuan. Hari kematiannya diperingati sebagai Hari Antikekerasan terhadap Perempuan.

When: Dalam Rentang Kapan 16 HAKTP Dimulai?

Kampanye HAKTP digelar selama 16 hari yaitu mulai 25 November hingga 10 Desember (Hari HAM Internasional). Di Indonesia, peringatan 16 HAKTP dimulai sejak tahun 2003 dan dipelopori oleh Komnas Perempuan. Rangkaian 16 HAKTP terdiri dari beberapa acara terkait hari penting tentang kekerasan, perempuan, dan Hak Asasi Manusia yang menjadi bagian sebagai simbol bahwa kekerasan pada perempuan juga merupakan kekerasan terhadap kemanusian. Rangkaian hari tersebut, yaitu:

  1. Tanggal 25 November: Hari Antikekerasan terhadap Perempuan
  2. Tanggal 29 November: Hari Perempuan Pembela HAM
  3. Tanggal 1 Desember: Hari AIDS sedunia
  4. Tanggal 2 Desember: Hari Internasional Penghapusan Perbudakan
  5. Tanggal 3 Desember: Hari Internasional bagi Penyandang Disabilitas
  6. Tanggal 5 Desember: Hari tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan terhadap Perempuan
  7. Tanggal 6 Desember: Hari tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan terhadap Perempuan
  8. Tanggal 9 Desember: Hari Pembela HAM Internasional
  9. Tanggal 10 Desember: Hari HAM Internasional.

Baca Juga: SUARA SETARA: Sebelum Merayakan Hari Kemerdekaan, Refleksi terhadap Kasus Kekerasan Seksual di Zaman Jepang
SUARA SETARA: Puan yang Merdeka, Belum Terlambat untuk Memaknai Kemerdekaan yang Sesungguhnya
SUARA SETARA: Relasi Kuasa pada Kasus Kekerasan Dalam Pacaran

How: Bagaimana Kita Memaknai 16 HAKTP?

Hari antikekerasan terhadap perempuan memang seyogyanya kita wujudkan setiap hari. Namun, memaknai 16 HAKTP juga dapat menjadi momentum untuk berefleksi dan memupuk kembali semangat berjuang. Kita sering mempersiapkan banyak rencana dalam memperingati momentum tersebut entah dengan diskusi, perlombaan, menonton film bersama, hingga aksi.

Setelah mempelajari sejarah dari 16 HAKTP, saya kemudian sadar bahwa spirit perjuangan dan perlawanan perempuan menjadi highlight dalam spirit peringatan 16 HAKTP. Oleh karenanya, peringatan 16 HAKTP kiranya bisa kita maknai lebih dari sebuah seremonial rutin tiap tahun. Setiap rangkaian kegiatan dalam memperingati 16 HAKTP perlu digagas bersama sebagai agenda perjuangan dengan berdasarkan pembacaan kondisi bagaimana ketertindasan pada perempuan dan apa yang bisa kita lakukan bersama.

Terlebih, kondisi kekerasan terhadap perempuan di Indonesia begitu terasa. Sebagai contoh, para  jurnalis perempuan masih dalam posisi rentan mengalami kekerasan, stigma, dan viktimisasi. Mereka, maupun perempuan umumnya, juga rentan menjadi korban kekerasan seksual.

Realitas lain, tidak meratanya implementasi Undang-Undang No. 12 Tahun 2021 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), kekerasan dalam pacaran, pembunuhan terhadap perempuan, predator seksual online, marital rape, aborsi tidak aman, dan minimnya rasa adil dan aman bagi pekerja perempuan. Kondisi kekerasan terhadap perempuan sebetulnya masih sangat banyak dan tidak cukup jika ditulis satu per satu.

Menyadari 16 HAKTP sangat dekat dengan pengalaman kekerasan yang dirasakan perempuan, semoga bisa kita maknai sebagai solar bagi perjuangan melawan kekerasan tersebut.

*Tulisan Suara Setara merupakan bagian dari kolaborasi antara BandungBergerak.id dan Gender Research Student Center (Great) UPI 

*Kawan-kawan yang baik juga bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Andily Aprilia Rahmawati, atau artikel lain tentang Kesetaraan Gender

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//