Pengaruh Pendidikan Modern Mesir pada Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia
Modernisasi pendidikan tinggi Islam di Mesir mempengaruhi perkembangan pendidikan tinggi Islam di Indonesia. Berawal dari gerakan Pan Islamisme.
Juwita Chairunnisa Yasmin
Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung
27 Desember 2023
BandungBergerak.id – Mesir yang terkenal dengan sebutan ardhul anbiya (negeri para nabi) sudah sejak lama menjadi kiblat keilmuan keislaman dunia. Selain memiliki sejarah peradaban yang panjang, Mesir merupakan gudang segala ilmu. Negara tersebut telah lama memikat jutaan para pelajar di penjuru dunia untuk menimba ilmu di sana. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2014, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Mesir mencapai jumlah sekitar 3800 orang. Sebagian mahasiswa Indonesia di negara tersebut menimba ilmu di Universitas Al-Azhar (Laporan Tahunan atas Pendidikan Kedubes Mesir, 2015)
Modernisasi pendidikan di Mesir diawali penaklukan Prancis ke negeri tersebut oleh Napoleon Bonaparte. Penguasa Perancis tersebut membawa peralatan militer yang canggih untuk menaklukkan tentara Mamluk. Peristiwa ini menjadi ironi karena dari sinilah sedikit demi sedikit kekuatan Islam jatuh ditangan barat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditunjukkan Napoleon Bonaparte menjadi api pemantik dan juga menjadikan inspirasi terhadap pembaharu Mesir,
Kala itu dunia Islam seperti mengalami stagnasi terhadap ilmu pengetahuan, Al-azhar masih menggunakan sistem pendidikan yang masih terpaku pada hafalan muatan mata pelajarannya dan juga hanya berkutat pada ilmu-ilmu agama Islam. Pendidikan di Al-Azhar pada saat itu cenderung menolak ilmu-ilmu selain agama, dan menutup diri terhadap kemajuan ilmu pengetahuan di barat karena menganggapnya kafir. Telaah pada buku-buku umum seperti sains dan fisafat dilabeli haram.
Dari sini muncullah pembaharu-pembaharu Mesir seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammd Abduh, dan Muhammad Ali Pasha yang memunculkan gagasan untuk mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi barat serta mengirim rakyat Mesir belajar ke luar negeri, seperti Jerman, Perancis, Belanda. Gerakan tersebut melahirkan Pan Islamisme yang mengajarkan agar semua umat Islam seluruh dunia bersatu, untuk membebaskan mereka dari perbudakan bangsa asing. Pada akhirnya Mesir berhasil meningkatkan standar kualitas sarjana dan intelektualnya yang berwawasan sains modern yang kemudian menjadi pilar pembangunan bangsa dan peradaban rakyat Mesir modern.
Baca Juga: Tata Cara Seleksi Elektronik Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
Ustaz E Abdullah dan Majalah Iber, Dakwah Persatuan Islam dalam Bahasa Sunda
Merawat Tradisi Ngadulag, Mengokohkan Harmoni Islam dan Kearifan Lokal
Mempengaruhi Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia
Modernisasi pendidikan di Mesir ini berpengaruh besar terhadap negara-negara lain, seperti halnya di Indonesia. Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia diawali oleh para alumni-alumni yang belajar di negara timur tengah. Gagasan modernisasi pendidikan yang disponsori ulama-ulama Mesir dibawa ke wilayah nusantara oleh murid Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, yaitu seorang putra Minang bernama Syekh Tahir Jalaludin. Ia menyebarkan paham pembaharuan pemikiran Islam melalui majalah Al-Imam yang terbit di Singapura (1907) dan madrasah Al-Iqbal Islamiyah.
Ketika Indonesia merdeka, Mesir merupakan negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Sejak saat itulah hubungan Mesir dan Indonesia mesra seperti kakak beradik. Sedemikian eratnya hingga kemudian Mesir dan Indonesia pada tanggal 10 Oktober 1955 mengukuhkan kerja sama yang meliputi pertukaran pelajar dan pertukaran dosen agar memudahkan pembelajaran, program studi banding di bidang pendidikan, kebudayaan dan seni.
Kementerian Agama RI cenderung menjadikan Mesir sebagai rujukan pengembangan pendidikan Islam modern dan perguruan tinggi di Indonesia. Format pendidikan Universitas Al-Azhar hampir seluruhnya dijadikan model pengembangan program studi dan fakultas di seluruh Institus Agama Islam Negeri (IAIN) dan Universitas Islam Negeri (UIN) di Indonesia. Gerakan pengembangan program studi umum di Universitas Al-Azhar juga diikuti oleh Indonesia, dan hasilnya terlihat 40 tahun kemudian. Setelah reformasi, pada tahun 2002 beberapa IAIN di Indonesia ditingkatkan menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Sejak saat itu UIN mulai mengembangkan fakultas kedokteran dan kesehatan yang diawali oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Seiring dengan langkah pembukaan program studi umum yang di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dua universitas Islam lainnya yaitu UIN Malang dan UIN Makasar juga membuka fakultas kedokteran. Belakangan ini beberapa UIN pun mulai bersiap-siap mulai membuka langkah yang sama untuk membuka program studi umum. Pengembangan pada aspek kelembagaan, berupa fakultas dan program studi ini makin terus ditingkatkan.
Pembaharuan pada perguruan tinggi Islam juga terjadi pada bidang kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia,Thailand, Filipina, Mesir, Australia, Perancis, Belanda Jerman, dan masih banyak lagi. Ada pula kerja sama dengan lembaga-lembaga lain seperti Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI, (IDB) Islamic Development Bank, Japan Bank For International Cooperation (JBIC). Serangkaian banyak ragam kerja sama tersebut semakin mengembangkan infrastruktur dan sarana prasarana kampus. Saat ini perguruan tinggi Islam saat sudah semakin mengglobal dan dikenal didunia Internasional.
Dari usaha pembaharuan-pembaharuan di atas, saat ini tamatan perguruan tinggi Islam dapat bekerja tidak hanya di bidang keagamaan, seperti guru agama, dai, pegawai Kantor Urusan Agama (KUA), Kementerian Agama, pondok pesantren, lembaga-lembaga keagamaan, hingga di berbagai kementerian dan lembaga negara dan swasta pada bidang ekonomi, sosial, politik, hingga kebudayaan. Dan ini menjadi penyebab terjadi proses mobilitas vertikal yang berdampak terhadap perbaikan taraf ekonomi dan sosial. Dan juga dapat mengembangkan terhadap dana sosial agar dapat menolong saudara-saudara yang masih kekurangan dalam hal ekonomi, pendidikan dan yang lainya. Oleh karena itu pendidikan menjadi hal yang sangat penting agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkuantitas.