• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Basa-basi, Biar Apa Sih?

MAHASISWA BERSUARA: Basa-basi, Biar Apa Sih?

Basa-basi di Indonesia merupakan sebuah tradisi komunikasi yang telah tertanam kuat sejak lama di dalam masyarakat.

Haura Adjra Sofyan

Mahasiswa Universitas Pasundan (Unpas) Bandung

Siswi kelas 11 SMA berkumpul di Taman Lansia, Bandung, Selasa (31/5/2022). Para pelajar ini bisa kembali bertemu setelah sekolah bisa menggelar 100 persen belajar tatap muka. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

30 Desember 2023


BandungBergerak.id“Makin cantik aja, pake skincare apa nii spill dikit dikit boleh kali” / “Eh kemana aja? Udah lama gak keliatan” / “Agak gendutan yaa sekarang?” / ‘“Pacarnya mana? Masa mau sendirian terus?”

Mungkin kalimat ini sering didengar ketika kumpul keluarga atau ketika kumpul dengan teman yang sudah lama tidak bertemu. Namun, apakah semua kalangan mengerti arti dan makna sebenarnya dari basa-basi?

Basa-basi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merujuk pada ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi, misalnya kalimat “apa kabar?” yang diucapkan apabila kita bertemu dengan kawan. Aktivitas basa-basi sering kali dilakukan sebagai bentuk interaksi sosial untuk menciptakan suasana yang lebih santai dan ramah antara orang-orang. Meskipun isinya mungkin tidak memiliki makna yang mendalam, basa-basi memiliki peran penting dalam membangun hubungan interpersonal dan menciptakan atmosfer yang lebih nyaman dalam berkomunikasi.

Terdapat studi yang dilakukan oleh Nicholas Epley, seorang psikolog dari University of Chicago yang menyatakan bahwa “semua orang sebenarnya ingin mengobrol, namun mereka beranggapan bahwa orang lain tidak mau diajak bicara. Artinya, bisa jadi semua orang di gerbong kereta tersebut ingin memulai percakapan, namun takut untuk memulai obrolan lebih dulu. Selain dapat mengubah mood harian, obrolan seperti ini juga berperan dalam pembentukan dan penguatan ikatan sosial, terutama pada orang yang tidak begitu dekat namun sebenarnya sering kita jumpai”. Menurutnya hal tersebut bisa menjadikan basa-basi sebagai titik awal sebuah obrolan. Tentu saja basa-basi yang digunakan tidak terlalu menjurus ke arah personal. 

“Menurut aku sih basa basi mending gausah aja kali ya, soalnya bisa kan kita langsung ngomong to the point gausah basa basi dulu, terus menurut aku juga basa-basi teh ada beberapa yang bikin orang ga nyaman kaya misalnya yang menjurus ke body shaming sama basa-basi yang ngarah ke arah pertanyaan personal gitu”

Pernyataan ini dilontarkan oleh salah satu remaja yang ternyata mengacuhkan salah satu budaya Indonesia yaitu basa-basi. Menurutnya, basa-basi merupakan hal yang kurang penting bahkan tidak perlu dilakukan. Memang, terkadang basa-basi sering kali menjurus kepada pertanyaan personal bahkan hingga pertanyaan yang mengandung body shaming.

Basa-basi juga menjadi hal yang membosankan bagi remaja, mungkin remaja masa kini mementingkan percakapan yang cenderung mengutamakan percakapan yang lebih autentik dan tulus, tanpa embel - embel formalitas yang dianggapnya kaku atau menghambat ekspresi diri. Bagi remaja ini, budaya basa -basi mungkin dianggap sebagai norma sosial yang perlu dirombak untuk memberikan ruang lebih besar bagi kreativitas dan kebebasan berkomunikasi.

Baca Juga: Upacara Seren Taun Kampung Adat Cireundeu, yang Berkhidmat Menjaga Tradisi
Tradisi Lisan di Curug Sawer Cililin, dari Nyuprih Kakasih hingga Cerita Mistis
MAHASISWA BERSUARA: Tradisi Lisan Sunda dan Ujaran Kebencian di Media Sosial

Budaya Lokal Indonesia

Mungkin untuk waktu yang akan datang, menormalisasikan praktik basa-basi di kalangan remaja Indonesia dapat dilihat sebagai langkah yang positif dalam membangun hubungan sosial yang lebih baik. Dalam konteks remaja, basa-basi diharapkan dapat dianggap sebagai alat yang efektif untuk meredakan ketegangan awal dalam interaksi sosial.

Memahami dan menghargai basa-basi dalam percakapan remaja adalah salah satu cara untuk membentuk ikatan yang kuat. Dengan menormalisasikan basa-basi, kita tidak hanya membantu menciptakan suasana yang lebih santai dalam berkomunikasi, tetapi juga memunculkan rasa solidaritas di antara generasi muda. Hal ini dapat mencerminkan keseimbangan antara tradisi komunikasi yang lekat dengan budaya lokal Indonesia dan adaptasi terhadap perkembangan zaman yang semakin digital. Oleh karena itu, memandang basa-basi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya remaja Indonesia dapat membantu memperkuat nilai-nilai gotong royong dan keakraban di tengah perubahan dinamis dalam cara berinteraksi.

Agaknya akan sedikit susah menanamkan budaya basa-basa basi yang baik kepada remaja, hal ini akan menjadi tantangan tersendiri. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar para remaja “biasa” dengan budaya basa–basi di Indonesia dan tidak menganggap bahwa basa-basi merupakan suatu hal yang asing, salah satunya dengan cara mengajarkan nilai-nilai sopan santun dalam bertutur kata.

Berbasa-basi saat berbincang dengan orang lain merupakan bagian dari sopan santun. Kenapa? karena tidak semua orang bisa memulai percakapan dengan mudah, maka dilakukan basa–basi agar orang yang mengalami kesulitan untuk memulai percakapan, bisa dengan mudah mengawali percakapannya. Tentunya kalimat yang digunakan harus kalimat yang sopan dan tidak menyinggung orang. Cara lainnya yaitu dengan mengajarkan remaja mengenai nilai–nilai budaya, karena basa-basi sendiri sudah menjadi salah satu budaya Indonesia yang melambangkan keramahan warga Indonesia dan harus dipertahankan.

Budaya basa-basi di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sebuah tradisi komunikasi yang telah tertanam kuat sejak lama dalam masyarakat. Di beberapa daerah di Indonesia, basa-basi sendiri sudah menjadi kebiasaan khususnya di daerah Pulau Jawa seperti, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah.

Di setiap lapisan sosial, basa-basi dianggap sebagai bentuk sopan santun dan keharmonisan dalam interaksi sehari-hari. Sudah menjadi kebiasaan turun-temurun untuk memulai percakapan dengan sapaan ramah, seperti "Apa kabar?" atau "Sudah makan belum?". Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai sopan santun dan keakraban yang sangat dihargai dalam budaya Indonesia. Baik dalam konteks keluarga, teman, atau lingkungan kerja, basa-basi membantu menciptakan iklim yang nyaman dan menghangatkan dalam hubungan masyarakat. Dalam perjumpaan formal maupun informal, budaya basa-basi tidak hanya sekadar kegiatan sehari-hari, melainkan juga merupakan wujud dari sikap hormat dan kepedulian terhadap sesama. Oleh karena itu, keberlanjutan budaya basa-basi di Indonesia mencerminkan keindahan dan kedalaman norma-norma sosial yang terus dijunjung tinggi dari generasi ke generasi.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//