MAHASISWA BERSUARA: Bolehkah Mendirikan Rumah Selter Hewan di Wilayah Kompleks Perumahan?
Diperlukan informasi yang transparan dan komunikasi terbuka tentang operasional selter untuk meredakan kekhawatiran dan keraguan di kalangan masyarakat sekitar.
Salsa Dila Fitria O
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad)
4 Januari 2024
BandungBergerak.id – Beberapa waktu lalu saya sempat berdiskusi dengan teman mengenai keberadaan banyak kucing yang tidak terurus di wilayah kampus Jatinangor. Saya waktu itu pulang kampus sore-sore, otomatis wilayah kampus saat itu sudah sepi. Saya lihat ada kucing kakinya pincang satu, lagi ngorek-ngorek tong sampah. Seketika saat itu saya dan teman saya hanya mampu merasa iba, karena kami berdua juga tidak ada yang membawa makanan kucing.
Saya pun kemudian mulai mengobrol kecil bersama teman saya, kira kira isi percakapan kami ngebahas soal rumah selter kucing. Ada gak sih tempat di daerah sekitaran Jatinangor atau Bandung yang mau nerima kucing gak keurus kaya gitu?
Nah, teman saya nemu, lokasinya itu di daerah Buah Batu, namanya Shelter Kucing Bandung. Di tengah perumahan yang asri itu ada sebuah rumah sekaligus shelter yang saat itu telah memberikan perlindungan bagi sekitar 50 anjing dan kucing jalanan maupun adopsi. Sangat menarik perhatian dan memunculkan beragam pertanyaan yang mendalam bagi saya saat itu.
Sebetulnya selter hewan di kompleks perumahan itu boleh gak sih?
Baca Juga: Spesies Liar, Kampanye Lingkungan di Tengah Maraknya Eksploitasi Hewan Dilindungi di Media Sosial
ITB Kaji Temuan Fosil Hewan Purba di Waduk Saguling
Komodo Culture Festival, Upaya Melestarikan Hewan Endemik Indonesia
Rumah Selter Hewan
Berdasarkan "Five Freedom of Animal Welfare" yang dicetuskan oleh OIE (World Organisation for Animal Health) di Inggris sejak tahun 1992, terdapat 5 indikator kebebasan yang berhak diperoleh oleh hewan. Pertama bebas dari lapar dan haus, kedua bebas dari ketidaknyamanan, ketiga bebas dari rasa sakit, luka/cedera dan penyakit, keempat bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami, dan yang terakhir bebas dari rasa takut dan tertekan.
Adanya rumah selter kucing di Buah Batu sudah sangat membantu dalam memberikan kebebasan terhadap salah satu indikator, yaitu bebas dari lapar dan haus, seperti yang dituturkan oleh pemilik, di mana pemilik menyediakan makanan dengan layak dan bergizi pada kucing dan anjing yang ada di sana. Bahkan tidak jarang juga beberapa kucing jalanan singgah untuk sekadar makan, beberapa kucing juga mendapatkan tempat tinggal yang layak tidak seperti ketika kucing dan anjing yang berada di jalanan dan tidak terurus. Akan tetapi beberapa kebebasan tidak sepenuhnya dapat dipastikan apakah sudah terpenuhi atau belum.
Pada bulan November 2023 lalu, saya diberi kesempatan untuk dapat secara langsung melihat rumah Shelter Kucing tersebut di Bandung. Awal mula datang memang sudah tercium bau khas kucing dan anjing, beberapa tempat untuk makan kucing dan anjing juga cukup berserakan, ya namanya juga selter sekaligus menjadi tempat tinggal bagi pemilik, sehingga mungkin sedikit sulit untuk mengatur kerapian tampak luar dari selter tersebut, ditambah juga hanya dikelola oleh 2 orang dan 1 orang yang hanya membantu di beberapa kesempatan saja.
Awal mula datang saya sudah disambut dengan gonggongan anjing yang sangat menyalak, bahkan bunyinya mungkin akan terdengar oleh tetangga kanan kiri, dan ya memang sangat keras untuk ukuran kompleks perumahan yang rentang rumahnya bahkan tidak ada, langsung tembok berbalas tembok.
Saya disambut hangat oleh pemilik, pemilik juga terlihat sangat ramah dan sangat penyayang terhadap hewan. Begitu banyak perbincangan saya dengan pemilik, sungguh apresiasi yang sangat besar saya tujukan kepada pemilik selter, karena dengan sangat ikhlas dan rela merawat kucing serta anjing yang pada awalnya tidak terjamin kehidupan dan kebebasannya. Dari luar agak membuat terdengar tidak nyaman karena gonggongan anjing yang memang saat itu sedang tantrum dan tidak terkendali. Saya dan teman-teman pun hanya berdiri di luar dan bertukar cerita suka duka dengan pemilik.
Tampak luar terlihat beberapa kandang tempat kucing dan anjing yang terlihat seperti pada umumnya tersusun rapi, katanya itu merupakan tempat bagi kucing dan anjing tinggal. Apabila membahas dari segi Five Freedom of Animal Welfare, pada poin nomor dua, yaitu kebebasan atas ketidaknyamanan, sejujurnya selter tersebut dapat dibilang nyaman tetapi juga tidak selalu nyaman. Menyatukan anjing dengan kucing juga merupakan hal yang sedikit dipertanyakan untuk keamanan dan kenyamanan baik kucing maupun anjing yang ada di dalam selter.
Sejatinya kelima freedom ini memang tidak selalu terpenuhi secara keseluruhan, apabila satu terpenuhi maka dapat menyebabkan dampak kebebasan lain yang tidak terpenuhi. Akan tetapi pemilik selter dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya tantangan sekitar yang timbul dari pemenuhan kebebasan. Mengingat kondisi selter yang sempit dan menyatu dengan kompleks tempat tinggal masyarakat, khususnya juga anjing dan kucing yang menjadi satu, langkah-langkah preventif juga tetap harus diterapkan untuk meminimalkan risiko penularan penyakit dari hewan ke hewan maupun hewan ke manusia.
Menimbang Dampak Sosial
Dampak sosial dalam hal ini juga menjadi fokus penting. Saat ditelusuri lebih lanjut, saya merasakan terdapat dua sisi yang bertentangan dalam kehadiran tempat perlindungan hewan tersebut. Di satu sisi, saya menghargai niat baik pemilik selter dalam memberikan rumah bagi anjing dan kucing yang kurang beruntung. Namun, disisi lain, ada ketidaknyamanan yang muncul dari aspek suara dan aroma yang kadang-kadang tercium. Suara anjing yang berisik atau bau yang tidak sedap yang mempengaruhi kenyamanan hidup sehari-hari masyarakat sekitar.
Diperlukan informasi yang transparan dan komunikasi terbuka tentang operasional selter yang mungkin dapat meredakan hal ini, mengenai adanya kekhawatiran dan keraguan yang ada di kalangan masyarakat sekitar. Kejelasan mengenai upaya pemeliharaan kesehatan hewan dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah seperti bau atau kebisingan dapat menjadi salah satu langkah positif. Ditambah dengan adanya saluran komunikasi yang lebih baik antara pemilik selter dan masyarakat sekitar.
Sebenarnya, adanya Rumah Shelter Kucing ini tidak hanya memberikan dampak negatif, tetapi juga lebih dari itu memberikan dampak yang sangat positif. Keberadaan selter ini telah didukung penuh oleh sebanyak lebih dari 30 ribu masyarakat yang dibuktikan pada followers Instagram. Banyak sekali masyarakat yang terbantu dengan keberadaan selter kucing dan anjing, bahkan tidak jarang bahwa beberapa di antara masyarakat meminta Rumah Shelter Kucing untuk mengadopsi kucing dan anjing milik mereka, dan ya dengan penuh sukarela pengelola selter akan menerimanya.
Tidak mudah untuk dapat mendirikan selter kucing dan anjing, bahkan jumlahnya puluhan tanpa adanya donatur atau sponsor khusus. Pengelolaan yang hanya mengandalkan uang pribadi sudah sangat hebat sejauh ini, bahkan dengan menalangi hewan jalanan yang terkadang datang dalam keadaan badan yang sakit bahkan seperti mata yang sudah mau keluar.
Namun demikian perlu adanya komunikasi lebih jauh mengenai pendirian selter dalam kompleks perumahan kepada aparat setempat, masyarakat, dan juga pengelola selter lebih jauh. Menurut saya adanya selter di dalam perumahan juga merupakan hal yang krusial, dalam hal ini tidak hanya melibatkan rasa kemanusiaan, tetapi juga ada hak orang lain di dalamnya.
Mungkin melibatkan warga setempat dalam kegiatan sukarela atau mengadakan forum diskusi terbuka dapat menjadi cara untuk meningkatkan pemahaman bersama dan menciptakan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Dengan demikian, keberlanjutan operasional selter ini dapat terwujud tanpa mengorbankan kenyamanan dan hubungan baik antar warga di lingkungan sekitar. Bagaimanapun, untuk mencapai keseimbangan ini, kerja sama dan partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk pemilik selter, masyarakat, dan pihak berwenang setempat, diperlukan.