• Kampus
  • ITB Kaji Temuan Fosil Hewan Purba di Waduk Saguling

ITB Kaji Temuan Fosil Hewan Purba di Waduk Saguling

Tim ITB memverifikasi bahwa tulang yang ditemukan pada batuan di sepanjang pulau di Waduk Saguling merupakan fosil, bukan hewan yang sifatnya modern.

Peneliti ITB meneliti temuan fosil hewan purba di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat. (Dok. ITB, 2021)

Penulis Iman Herdiana20 Oktober 2021


BandungBergerak.idMasyarakat di sekitar Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat, baru-baru ini dikejutkan dengan ditemukannya fosil di pulau Sirtwo. Temuan di pulau yang berlokasi di tengah Waduk Saguling itu kemudian diteliti lebih lanjut oleh tim dari Prodi Teknik Geologi ITB.

Selama kegiatan survei, tim melakukan pengamatan di 17 titik di sepanjang pulau Sirtwo. Tim berhasil memverifikasi bahwa tulang yang ditemukan pada batuan di sepanjang pulau merupakan fosil, bukan hewan yang sifatnya modern atau kontemporer, melainkan fosil hewan purba.

Mika Rizki Puspaningrum dari Kelompok Keahlian Paleontologi dan Geologi Kuarter, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), mengatakan tim berhasil mengidentifikasi fosil-fosil yang telah dikumpulkan. Adapun, fosil-fosil yang ditemukan berasal dari kelompok Bovidae (sapi, kerbau dan banteng), Cervidae (kelompok rusa) dan Elphas maximus (gajah).

“Fosil-fosil yang ditemukan di permukaan dan juga yang telah terekspos kemudian diangkat dan disimpan oleh pihak yang berwenang di lokasi,” ujar Mika Rizki Puspaningrum, sebagaimana mengutip laman resmi ITB, Rabu (20/10/2021).

Mika menceritakan kronologis penemuan fosil tersebut. Sekitar tahun 2020, beberapa warga lokal mengembangkan objek wisata Pulau Sirtwo, pulau-pulau di sekitar Bendungan Saguling, yang dulunya dimanfaatkan warga untuk menambang pasir. Awalnya wisata yang ada hanya susur perahu, foto-foto di pinggir danau, dan ke menara Sirtwo.

Ketika dilakukan eksplorasi pulau, Pak Rizky (penggiat Pemandu Geowisata Indonesia) mendapatkan laporan dari warga sekitar yang bernama Pak Jahidin mengenai batuan yang seperti tulang. Kemudian dilakukan pengecekan ke lapangan sambil mengambil beberapa foto.

“Foto tersebut disampaikan kepada salah satu anggota tim, yang kemudian berinisiatif untuk mengecek lokasi tersebut untuk melakukan verifikasi temuan warga,” ujarnya.

Survei dilakukan pada dua hari berbeda yaitu Minggu, 10 Oktober dan Jumat, 15 Oktober 2021 yang melibatkan Alfend Rudyawan (KK Geodinamika dan Sedimentologi), Astyka Pamumpuni (KK Geologi Terapan), Sukiato Khurniawan (Dosen Prodi Geologi Universitas Indonesia, Alumni T. Geologi ITB angkatan 2011) dan Alfita Handayani (Dosen T. Geodesi ITB).

Tim yang bekerja sama dengan Museum Geologi ini juga melakukan ekskavasi terhadap tulang kaki depan gajah yang telah terbuka dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Maka dari itu Tim ITB berinisiatif untuk melindungi fosil tersebut dengan cara membungkusnya dengan gips untuk kemudian dapat diangkat dan diteliti lebih lanjut.

“Selain paleontologi, tim juga akan mengembangkan penelitian pada aspek geologi secara menyeluruh, meliputi kajian stratigrafi, umur dan lingkungan purba,” jelasnya.

Tinjauan lebih mendalam mengenai fosil-fosil tersebut serta tindak lanjut terhadap pengelolaan pulau perlu dilaksanakan secara kolaboratif antara tim ITB dengan warga pengelola Pulau Sirtwo, PT Indonesia Power Saguling (sebagai pengelola wilayah), TACB KBB, Disparbud KBB, PGWI, Museum Geologi Bandung, Pemerintah Kec. Cipongkor, Masyarakat Geowisata Indonesia dan DPC HPI KBB.

Baca Juga: Bertahan Hidup dengan Perahu Penyeberangan Sungai Citarum
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (2): Gunung Geulis Manggahang, Puncak Tertinggi Bukit Barisan Baleendah di Pantai Danau Bandung Purba
Upaya Mengurangi Risiko Bencana Geologi dengan SMS

Pulau Sirtwo di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat. (Dok. ITB, 2021)
Pulau Sirtwo di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat. (Dok. ITB, 2021)

Sekilas Waduk Saguling

Waduk Saguling adalah waduk buatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat pada ketinggian 643 meter di atas permukaan laut. Waduk ini merupakan salah satu dari tiga waduk yang membendung aliran Sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat. Dua waduk lainnya adalah Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata dan di kelola oleh nak perusahaan Perusahaan Listrik Negara (PLN) yaitu oleh PT Indonesia Power.

Mengutip laman jabarprov.go.id, semula Waduk Saguling direncanakan hanya untuk keperluan menghasilkan tenaga listrik. Pada tahap pertama pembangkit tenaga listrik yang dipasang berkapasitas 700 MW, tetapi kebutuhan listrik pembangkit dapat ditingkatkan hingga mencapai 1.400 MW. Badan yang bertanggungjawab dalam pembangunannya adalah Proyek Induk Pembangkit Hidro (PIKITDRO) dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), Depatemen Pertambangan dan Energi (sekarang menjadi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

Selanjutnya, dengan mempertimbangkan permasalahan lingkungan di daerah itu, Saguling ditata-ulang sebagai bendungan multiguna, termasuk untuk kegunaan pengembangan lain seperti perikanan, agri-akuakultur, pariwisata, dan lain-lain. Sekarang, waduk ini juga digunakan untuk kebutuhan lokal seperti mandi, mencuci, bahkan untuk membuang kotoran.

Hal itu membuat Waduk Saguling kondisinya lebih mengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun lebih dahulu. Hal tersebut terjadi karena sebagai pintu pertama Sungai Citarum, di Saguling inilah semua kotoran "disaring" untuk pertama kali sebelum kemudian disaring kembali oleh Waduk Cirata dan terakhir oleh Waduk Jatiluhur.

Daerah di sekitar Waduk Saguling berupa perbukitan, dengan banyak sumber air yang berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk Waduk Saguling sangat tidak beraturan dengan banyak teluk.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//