Komodo Culture Festival, Upaya Melestarikan Hewan Endemik Indonesia
Komodo merupakan hewan endemik Indonesia yang statusnya terancam punah. Jumlah populasi komodo saat ini sekitar 2.793 ekor.
Penulis Iman Herdiana24 Oktober 2023
BandungBergerak.id - Warga Suku Modo percaya bahwa mereka dan hewan komodo dapat hidup saling selaras dan harmonis dengan alam karena mereka bersaudara. Kepercayaan ini tanpa disadari sudah terinternalisasi dalam kehidupan warga Pulau Komodo yang dikenal sebagai Ata Modo atau ‘orang Pulau Komodo’.
Demikian sambutan Ketua Suku Adat Modo pada acara Komodo Culture Festival. Menurutnya, Komodo Culture Festival merupakan upaya masyarakat adat Suku Modo “untuk mewariskan ilmu pengetahuan, tradisi, dan budaya yang mereka miliki dan percayai selama ini,” seperti dikutip dari laman Universitas Indonesia yang diakes, Selasa, 24 Oktober 2023.
Komodo Culture Festival merupakan acara yang digelar Universitas Indonesia (UI) bersama dengan warga komodo dan Taman Nasional Komodo, 12-14 Oktober 2023. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan tahun kedua setelah sebelumnya dilaksanakan pada November 2022 lalu. Tahun ini, secara resmi festival ini dibuka langsung oleh Kepala Desa Komodo dan Ketua Adat Suku Modo.
“Seperti yang telah diketahui, budaya sebagai sebuah identitas merupakan warisan tak ternilai yang dimiliki oleh suatu komunitas atau bangsa. Setiap budaya memiliki keunikan tersendiri, seperti bahasa, tradisi, adat istiadat, seni, musik, dan arsitektur. Budaya memiliki nilai penting bagi terbentuknya sebuah identitas satu komunitas masyarakat, di mana dalam satu tradisi dan budaya tercermin pranata sosial dan nilai-nilai, keyakinan, dan pengetahuan yang diwariskan lintas generasi,” demikian dikutip dari laman UI.
Oleh karena itu, upaya melestarikan budaya perlu dilakukan untuk mempertahankan akar sejarah dan pewarisan ilmu pengetahuan kepada generasi muda untuk memahami asal-usul mereka, juga dapat menjadi upaya untuk melakukan transmisi kebudayaan lintas generasi. Pelestarian budaya memungkinkan generasi mendatang untuk memahami dan menghargai asal-usul mereka sehingga sebagai komunitas, mereka memiliki kebanggaan akan budaya dan komunitasnya. Hal inilah yang mendasari penyelenggaraan Komodo Culture Festival.
Komodo Culture Festival juga dihadiri oleh Direktur Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) UI Agung Waluyo, Kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani Siga, S.Hut. M.Sc.; serta Bambang Shergi Laksmono dan Idwan Suhardi sebagai perwakilan dosen UI yang memberikan dukungan terhadap proses pelestarian pengabdian pada masyarakat di Desa Komodo.
Pemerintah Desa Komodo juga turut menyambut baik kegiatan ini. Oleh karena itu, Pemerintah Desa Komodo mendukung secara penuh kegiatan Festival ini melalui dukungan pembiayaan dari pemerintah desa dan keswadayaan masyarakat dengan mengumpulkan pendanaan dari warga untuk menyukseskan kegiatan Komodo Culture Festival.
Selain Pemerintah Desa Komodo, dukungan untuk pelaksanaan festival juga diberikan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani Siga yang berharap festival ini dapat terus berjalan di bawah kemandirian masyarakat kendati pendampingan Universitas Indonesia telah usai dilakukan.
Komodo Culture Festival 2023 dilakukan oleh tim Pengabdian Masyarakat UI dengan Pengabdi Utama Widhyasmaramurti, Novika Stri Wrihatni, dan Murni Widyastuti, M.Hum. Widhyasmaramurti menyampaikan bahwa tantangan kemandirian masyarakat di masa depan yang menjadi kekhawatiran Kepala Balai Taman Nasional Komodo juga merupakan tantangan yang sama yang dipikirkan oleh UI.
Dalam melaksanakan pendampingan, UI juga berusaha melakukan penguatan komunitas masyarakat di Desa Komodo. Hal ini penting untuk dilakukan agar mereka mampu mempersiapkan dan mengelola pelaksanaan festival budaya secara mandiri pasca pendampingan usai nantinya.
Mara, begitu ia biasa disapa, menyampaikan harapan agar masyarakat Komodo dapat terus mempromosikan Desa Komodo sebagai destinasi wisata budaya prioritas di Kawasan Taman Nasional Komodo
Ia juga berharap, Komodo Culture Festival dapat terus diselenggarakan meski tanpa pendampingan UI. Jika masyarakat secara mandiri telah mampu mengemas kegiatan untuk setiap tahunnya dengan pendanaan yang ada, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun partisipasi mitra desa, Komodo Culture Festival akan dapat terus terselenggara dan proses transmisi kebudayaan dapat terus berjalan.
Baca Juga: Konsep Ekowisata di Taman Nasional Komodo untuk Kesejahteraan Masyarakat
Ekspedisi Indonesia Baru, dari Nasib Ibu Poniyem sampai Film Dragon for Sale
Berbagai Ancaman yang Dihadapi Taman Nasional Gunung Ciremai, Leuser, dan Way Kambas
Populasi Komodo
Komodo merupakan hewan endemik Indonesia yang statusnya terancam punah. Hingga 2023 ada sekitar 2.793 ekor komodo, dengan rincian sebagai berikut: 1.336 ekor di Pulau Rinca, 1.288 ekor di Pulau Komodo, 86 ekor di Nusa Kode, dan 83 ekor di Gili Motang.
“Komodo sangat rentan terhadap kepunahan dan sudah masuk kategori genting (Endangered/EN) oleh Badan Internasional Konservasi Alam (IUCN),” demikian dikutip dari jurnalflores.co.id.
Laman komododragon.org mencatat, komodo merupakan hewan yang memiliki sebaran terbatas (endemik) di Pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode, dan Gili Motang. Keempat pulau tersebut termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Komodo.
Selain di wilayah Taman Nasional Komodo, komodo juga bisa ditemukan di beberapa wilayah pesisir barat dan utara Pulau Flores. Habitat komodo adalah daerah dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian 800 mdpl.
Komodo juga hidup di hutan tropis, hutan gugur terbuka, sabana, dan juga hutan bakau. Walau habitat Komodo cukup beragam, namun mereka lebih sering ditemukan di dataran rendah yang dikelilingi bukit-bukit sabana.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Iman Herdiana, juga artikel-artikel lain tentang Komodo