Konsep Ekowisata di Taman Nasional Komodo untuk Kesejahteraan Masyarakat
Perlu diantisipasi bahwa kedatangan pihak swasta ke lingkungan Taman Nasional Komodo tidak boleh menimbulkan dampak buruk.
Taufik Akbar
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).
13 Juli 2022
BandungBergerak.id - Wisata Taman Nasional Komodo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kunjungan sebesar 11 persen per tahun. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan jumlah pengunjung selama 4 tahun terakhir sebanyak 567.253 orang berdasarkan data dari Balai Taman Nasional Komodo (Antara, 2021). Peningkatan kunjungan wisata ini menyebabkan kebutuhan terhadap sumber daya alam meningkat.
Taman Nasional Komodo yang terdiri dari bahari serta daratan ini sangat terkena dampak lonjakan aktivitas kunjungan. Sebagai contoh reaksi laut terhadapnya adalah terumbu karang yang rusak dikarenakan sentuhan sembarang dari jangkar kapal sehingga menyebabkan hamparan reruntuhan karang mati. Dampak lain yang dirasakan berupa terpengaruhnya budaya lokal yang tidak terkontrol, kurangnya peran serta masyarakat lokal dan bisnis swasta yang mulai mengancam budaya, lingkungan dan ekonomi masyarakat setempat.
Namun pemerintah daerah setempat kemudian mengeluarkan kebijakan untuk mengelola pariwisata secara bijak dan berkelanjutan berlandaskan konsep etika lingkungan. Maka hal itu menjadikan Taman Nasional Komodo sebagai pariwisata yang paling baik dalam meminimalkan dampak ekologi dan ekonomi berskala besar di daerah, dikenal sebagai konsep ekowisata. Ekowisata mulai berjalan ketika ada dampak negatif terhadap pariwisata konvensional. Lantas, bagaimana dampak ekologi dan ekonomi di Taman Nasional Komodo dengan menerapkan konsep ekowisata?
Taman Nasional Komodo yang merupakan kawasan prioritas konservasi dunia. Di mana Indonesia sebagai mega-biodiversity country yang dikenal dengan negara yang kaya akan flora dan fauna serta ekosistem (Prijono, 2010). Ini mengharuskan pemerintah setempat dan masyarakat menjaga keberlangsungan ekosistem dan pemanfaatan sumber daya alam secara sebaik-baiknya. Konsep ekowisata yang sedang dikembangkan di daerah pariwisata di mana ekologi adalah nilai jual utama.
Dampak positif ekowisata terhadap ekologi Taman Nasional Komodo yang dirasakan bagian daratan adalah padang savana yang dipenuhi vegetasi seperti rumput, herba dan pohon terlihat lebih terjaga, hijau dan indah serta dapat dijadikan sebagai habitat. Tak hanya itu segi bahari seperti ikan ikanan yang tidak dilakukan pemanenan berlebihan oleh para nelayan sehingga jumlah populasi ikan lebih terjaga dan terumbu karang yang sudah mulai hidup kembali dengan pengurangan pembuangan jangkar sembarangan di area pantai.
Menurut Balai Taman Nasional Komodo bahwa terbukti dengan peningkatan kesehatan terumbu karang sebesar 0,7 persen yang termasuk ke dalam kategori cukup sehat atau baik (Kefi, 2022). Perilaku pengendalian sumber daya alam dengan etika lingkungan dapat berperan untuk mewujudkan kondisi yang selaras dengan wawasan lingkungan hidup. Dengan menerapkan konsep ekowisata, diharapkan dapat memberikan habitat serta ekosistem bagi makhluk hidup untuk beraktivitas, bertumbuh, dan berkembang secara bebas.
Baca Juga: Kota Bandung dan Lembang Menjadi Destinasi Wisata Favorit selama Pagebluk Versi Google
Kawah Putih, dari Tempat Wisata ke Tambang Belerang
Menengok Segitiga Wisata Jakarta, Bogor, dan Bandung
Ekowisata untuk Kesejahteraan Masyarakat
Tidak hanya memberikan dampak pada sektor ekologi dan konservasi. Salah satu upaya pembangunan pariwisata untuk meningkatkan perekonomian daerah, di mana masyarakat setempat merupakan penggerak utama. Mayoritas masyarakat di Taman Nasional Komodo bermata pencaharian sebagai nelayan dan menjadikan penangkapan ikan sebagai pendapatan utamanya. Pemanenan hasil sumber daya perairan menjadikan peluang ekonomi di kawasan ini dengan memperhatikan cara penangkapannya. Hasil laut yang bernilai tinggi seperti kerapu, lobster, dan cumi-cumi menjadi komoditas utamanya. Dengan kepadatan rata-rata stok ikan target dan ikan indikator adalah masing-masing 182 ± 67 individu/350m2 dan 35 ± 15 individu/350m2 . Ukuran panjang ikan terbanyak antara 15 cm-30 cm serta biomassa ikan target sebesar 1.174 ± 617 kg/hektar (Indrawati, Edrus, & Hadi, 2020).
Komoditas utama itu sebagai penjualan hasil laut utama di sana kepada para wisatawan. Sejalan dengan konsep ekowisata, memberikan ceruk pasar bagi masyarakat lokal dalam pasar yang mereka pilih. Ini membuat perekonomian berkembang dan standar hidup masyarakat lokal meningkat serta kesejahteraan terjamin.
Tidak hanya itu, hal lain yang dirasakan adalah meningkatnya peluang usaha baik di sektor jasa maupun perdagangan dengan mengundang pihak swasta atau investor untuk menanamkan modalnya. Penanaman modal ini guna membangun berbagai fasilitas dan infrastruktur yang menunjang pariwisata. Pembangunan sarana dan prasarana serta perdagangan seperti penginapan, transportasi, usaha perjalanan, kerajinan dan cinderamata di tempat wisata ini menunjang memperluas lapangan pekerjaan baru.
Sejalan dengan konsep ekowisata, bahwa pembangunan berkelanjutan perlu adanya peran serta masyarakat dan memberikan pekerjaan, pendapatan serta upah. Hingga akhirnya masyarakat lokal yang mayoritas profesinya nelayan mulai beralih ke sektor pariwisata. Kemudian memungkinkan masyarakat untuk bersama-sama berpartisipasi dalam upaya pengembangan pariwisata.
Pembangunan ini dengan hasil optimal, maksimal dan berkesinambungan dalam kesejahteraan masyarakat lokal. Serta memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal dan pengunjung atau wisatawan melalui keuntungan ekonomi. Perkembangan wisata yang berkelanjutan ini dapat memperkecil dampak dan memperbesar keuntungan serta meningkatkan pendapatan daerah.
Banyak manfaat yang bisa dirasakan dengan menerapkan konsep ekowisata. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menerapkan konsep ekowisata ini pada kawasan wisata, mengingat kerusakan alam dan ekonomi masyarakat lokal yang kurang berkembang. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa pariwisata merupakan tempat darmawisata dan ekonomi atau perputaran uang berlangsung. Maka sangat disarankan untuk menerapkan konsep ekowisata pada pariwisata di Indonesia, khususnya destinasi wisata kelas dunia dan suaka margasatwa guna meminimalkan dampak ekologi.
Tak hanya itu perlu diperhatikan kedatangan pihak swasta tidak hanya menimbulkan dampak buruk saja tetapi mendatangkan peran serta masyarakat dalam upaya pengembangan pariwisata. Dengan hasil optimal, maksimal dan berkesinambungan ini dapat membantu kesejahteraan masyarakat lokal dalam keuntungan ekonomi dan meningkatkan pendapatan daerah. Sangat perlu diperhatikan bagi para pengunjung untuk menjaga ekologi serta ekosistem di Taman Nasional Komodo. Sehingga ekosistem dapat terjaga dan perekonomian masyarakat lokal meningkat.