• Komunitas
  • PROFIL KOMUNITAS EARTH HOUR BANDUNG: Gaya Hidup Hemat Listrik Demi Bumi

PROFIL KOMUNITAS EARTH HOUR BANDUNG: Gaya Hidup Hemat Listrik Demi Bumi

Komunitas Earth Hour Bandung mengkampanyekan gaya hidup hemat energi. Membiasakan bersepeda, penggunaan tumbler pribadi, dan mematikan lampu.

Aksi Switch Off komunitas Earth Hour Bandung berupa mematikan listrik selama 60 menit. (Foto: Komunitas Earth Hour Bandung)

Penulis Fitri Amanda 4 Januari 2024


BandungBergerak.id - Gerakan global menyelamatkan bumi dengan memadamkan listrik selama satu jam (earth hour) masuk ke Indonesia sekitar 2011. Di Bandung gerakan ini berubah menjadi komunitas, jadi tidak cuma bergerak setahun sekali pas momentum earth hour setiap Maret minggu ketiga.

“Ini aksiku, satu jam untuk bumi,” demikian slogan yang diamini Hafiz Eka (22 tahun) dan kawan-kawan komunitas Earth Hour Bandung untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap bumi.

Dengan model gerakan komunitas, Earth Hour Bandung tumbuh bukan hanya sebagai acara tahunan mematikan listrik selama satu jam yang dilupakan begitu acara selesai, tetapi juga sebagai pangkalan berbagai program atau aksi inisiatif konservasi energi.

Terdapat beberapa program utama yang menjadi fokus Earth Hour Bandung saat ini, antara lain, Simargi (Edukasi Hemat Energi), Beli yang Baik (BYB), dan Switch Off. Semua program intinya berusaha membangun pemahaman dan kesadaran agar bijak dalam penggunaan energi.

Simargi menjadi inisiatif unggulan dengan menawarkan edukasi hemat energi melalui media pembelajaran interaktif, terutama dalam ranah pendidikan. Program ini bertujuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada orang muda khususnya anak sekolah dan masyarakat tentang betapa pentingnya mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan. Dengan melakukan program Simargi ke sekolah-sekolah yang ada di Bandung maka akan terbentuk jembatan pengetahuan menuju pemahaman lebih luas akan tantangan energi dan dampaknya.

Program Beli yang Baik (BYB) menggarisbawahi kampanye edukatif mengenai pola konsumtif yang bijak dalam kehidupan sehari-hari. Program ini mencoba membentuk kesadaran akan dampak positif yang dapat dicapai melalui pemilihan produk ramah lingkungan. Dengan memfokuskan perhatian pada perilaku konsumen, Beli yang Baik menjadi langkah proaktif dalam mengubah paradigma konsumsi menjadi lebih berkelanjutan.

Tak lupa, agenda wajib tahunan tiap bulan Maret adalah Switch Off yang merupakan kampanye hemat energi secara global berupa earth hour. Kampanye ini mengajak partisipasi masyarakat untuk mematikan lampu selama 60 menit dari pukul 20.30 hingga 21.30 sebagai simbol solidaritas global dalam menghadapi krisis energi dan perubahan iklim.

Bagi komunitas Earth Hour Bandung, Switch Off bukan hanya sebuah aksi seremonial, tetapi juga panggilan untuk bersama-sama mengurangi jejak karbon dan mengubah kebiasaan yang tidak berkelanjutan.

Earth Hour merupakan inisiasi World Wide Fund for Nature (WWF) sejak 2007. Gerakan ini masuk ke Indonesia pada 2011. Earth Hour Bandung mulai menjadi komunitas sejak 2013 yang diinisiasi Jaringan Komunikasi Bandung Bijak Energi (JKBBE).

Aksi komunitas Earth Hour Bandung berupa mematikan listrik selama 60 menit. (Foto: Komunitas Earth Hour Bandung)
Aksi komunitas Earth Hour Bandung berupa mematikan listrik selama 60 menit. (Foto: Komunitas Earth Hour Bandung)

Menurut Eka, sejak berbentuk komunitas, Earth Hour Bandung memiliki struktur keanggotaan. Pada sebelum pandemi Covid-19 komunitas ini diikuti 70-an orang yang didominasi orang muda. Namun saat ini (2024) anggota Earth Hour Bandung turun menjadi 20 orang.

Naik turun jumlah anggota tak menyurutkan Earth Hour Bandung untuk terus bergerak melalui aksi-aksi kreatif yang merefleksikan semangat kepedulian terhadap lingkungan khususnya energi. Perjalanan Earth Hour Bandung juga mencakup aksi publik yang melibatkan masyarakat secara langsung. Program bersepeda, penggunaan tumbler pribadi, dan mematikan lampu jika tidak digunakan menjadi beberapa contoh aksi yang ditekankan oleh komunitas ini.

Menurut Eka, Aksi-aksi ini bukan hanya simbolis, tetapi menciptakan perubahan nyata dalam perilaku sehari-hari, mengarah pada kebijakan energi bijak yang menjadi visi Earth Hour.

Eka menjelaskan perbedaan mendasar antara komunitas Earth Hour Bandung dan komunitas lingkungan yang lain. Sementara komunitas lingkungan lainnya berfokus pada penanganan sampah yang melimpah, Earth Hour Bandung memiliki fokus yang lebih spesifik, yaitu pada energi dan bijak dalam penggunaannya.

Eka dengan tegas menyatakan bahwa tujuan akhir dari Earth Hour Bandung dengan komunitas lingkungan lainnya sebenarnya sama, yaitu menjaga dan melindungi lingkungan. Namun, perbedaan esensial muncul dalam cara pendekatan terhadap isu lingkungan tersebut.

Earth Hour Bandung lebih berorientasi pada energi dan upaya bijak dalam penggunaannya yang masih fokus pada hal-hal kecil yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat awam, karena salah satu langkah sederhana untuk mengurangi konsumsi energi adalah dengan tidak menggunakan energi secara berlebihan.

“Kalau dari Earth Hour sendiri yang di-highlight-nya itu gimana bijak dalam menggunakan energinya. Bijak dalam menggunakan energinya seperti apa, makanya dikasih aksi-aksi yang kecil kayak tadi yang matikan lampu itu kalau nggak dipakai kayak gitu,” tutur Eka.

Baca Juga: PROFIL GREAT UPI: Jalan Pedang Pendamping Kasus Kekerasan Seksual di Kampus
Komunitas Aleut Susur Rantai Sejarah Bandung Sampai Gunung
Sahabat Heritage Indonesia: Mencintai Cagar Budaya dengan Berkomunitas

Edukasi komunitas Earth Hour Bandung kepada anak sekolah tentang hemat listrik atau energi. (Foto: Komunitas Earth Hour Bandung)
Edukasi komunitas Earth Hour Bandung kepada anak sekolah tentang hemat listrik atau energi. (Foto: Komunitas Earth Hour Bandung)

Pandemi Covid-19

Perjalanan Earth Hour Bandung juga melibatkan adaptasi mereka terhadap situasi global yang penuh tantangan pada saat pandemi Covid-19 melanda. Dalam pandemi Covid-19 yang telah mengubah banyak aspek kehidupan sehari-hari, Earth Hour Bandung mempertahankan semangat mereka untuk beradaptasi.

Di masa pandemi Covid-19, acara Switch Off tetap dilakukan meski dengan cara virtual. Tujuannya untuk menjaga semangat kolaboratif dan kesadaran akan pentingnya berkontribusi pada lingkungan. Langkah ini menjadi bukti bahwa komitmen Earth Hour Bandung terhadap aksi bijak energi tidak pudar, bahkan dalam kondisi yang tidak terduga.

Melalui seremoni Switch Off yang diadakan secara daring, Earth Hour Bandung berhasil mempertahankan momentum dan memberikan pesan betapa pentingnya tetap berkomitmen pada isu lingkungan, bahkan di tengah situasi krisis global.

Earth Hour Bandung kembali aktif secara offline pada tahun 2023. Keputusan ini menandai langkah menuju normalitas baru setelah melewati masa-masa pandemi Covid-19. Dengan kembalinya kegiatan offline, Earth Hour Bandung memberikan inspirasi dan harapan akan kemampuan manusia untuk bangkit dari keterbatasan. Inisiatif mereka untuk menggelar seremoni Switch Off online dan kembali aktif secara fisik menunjukkan ketangguhan dan semangat dalam menjaga lingkungan.

Earth Hour Bandung tidak hanya tumbuh dalam aspek inisiatif dan program, tetapi juga dalam keberagaman anggotanya. Saat ini Earth Hour Bandung merangkul anggota dari berbagai kalangan masyarakat. Mereka datang dari latar belakang yang beragam, termasuk yang sedang menempuh pendidikan tinggi di perguruan tinggi, yang sudah terjun dalam dunia kerja, hingga yang masih berada di bangku sekolah, salah satunya adalah Kiran (17), yang saat ini masih berada di bangku sekolah.

Kiran berbagi ceritanya tentang pengalaman menjadi bagian dari komunitas ini, banyak hal positif yang telah ia rasakan selama bergabung dengan Earth Hour Bandung.

Ia mengaku merasa bahagia karena dapat berkenalan dengan teman-teman baru. Keberagaman dalam komunitas ini memberinya peluang untuk bertemu dengan individu dari berbagai latar belakang, menghadirkan sudut pandang yang berbeda dan memperkaya pengalaman sosialnya.

Kiran juga menceritakan bahwa keanggotaannya di Earth Hour Bandung memberinya pengalaman baru yang berharga dari kegiatan dan program yang dijalankan oleh komunitas ini, memberinya kesempatan untuk terlibat dalam berbagai inisiatif dalam kampanye bijak energi dan lingkungan. Setiap momen yang ia alami bersama Earth Hour Bandung membawa nuansa baru bagi dirinya.

Kiran menyatakan bahwa ia merasa senang menjadi bagian dari Earth Hour Bandung. Baginya, pengalaman ini tidak hanya sebatas keanggotaan dalam sebuah komunitas, melainkan juga perjalanan yang membawa kepada pengalaman dan pengetahuan baru. Ia melihat Earth Hour Bandung sebagai tempat yang tidak hanya memberikan ruang bagi kontribusi pada lingkungan, tetapi juga sebagai wadah untuk tumbuh dan mengembangkan diri.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan Fitri Amanda, atau artikel-artikel lain tentang Komunitas

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//