Cara Komunitas Karinding Jatinangor Melestarikan Budaya Sunda
Komunitas Karinding Jatinangor mencampurkan alat musik modern, seperti gitar dan biola, ke dalam pertunjukan karinding agar bisa lebih dinikmati oleh masyarakatnya.
Muhammad Bintang Ramadaffa
Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
9 Januari 2024
BandungBergerak.id – Jatinangor sebagai kawasan pendidikan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang yang di dalamnya terdapat berbagai macam budaya. Keberagaman budaya tersebut tercipta tidak hanya berasal dari budaya lokal di daerahnya, melainkan budaya luar yang masuk terbawa oleh para pendatang yang menetap di Jatinangor.
Efek tersebut telah dirasakan oleh salah satu komunitas seni kebudayaan Sunda yang berada di Jatinangor, yaitu Komunitas Karinding Jatinangor (KKJ). KKJ merasa kalau para pelaku seni di Jatinangor sulit mendapatkan wadah untuk mempertunjukkan karya seninya ke ranah publik.
Apa Itu Karinding?
Dalam Jurnal Patanjala, karinding merupakan alat musik sejenis harpa rahang yang terbuat dari pelepah enau atau bambu (Herlinawati, 2009). Selain dijadikan nama alat musik, karinding juga merupakan nama suatu seni pertunjukan menggunakan alat musik karinding. Masyarakat Jatinangor adalah salah satu masyarakat yang masih mengenal dan melestarikan seni alat musik karinding.
Karinding merupakan salah satu pemanfaatan masyarakat Sunda terhadap alam di sekitarnya. Karinding pada awalnya berfungsi sebagai alat pemelihara dalam pertanian. Dahulu karinding digunakan sebagai alat pengusir hama di sawah hingga akhirnya dijadikan sebagai alat hiburan dan mengalami penambahan perangkat pada perkembangannya.
Baca Juga: Roman Sunda Siti Rayati, Bacaan Liar Versi Kolonial
Masyarakat Adat Sunda Mengarungi Arus Budaya Globalisasi
Mahasiswa Sastra Sunda dan Kesusastraan Sunda
Komunitas Karinding Jatinangor
Pelestarian kebudayaan Sunda karinding cukup terlihat di daerah Jatinangor. Salah satunya adalah Komunitas Karinding Jatinangor yang berada di Desa Jatimukti. KKJ ini termasuk salah satu komunitas seni budaya yang masih aktif dan rajin mengadakan acara maupun mengikuti pertunjukkan seni di Jatinangor hingga sekarang. Saat ini KKJ memiliki total 7 grup, yaitu Pancaraksa, Tatar, Puspa Kencana, Paskala, Sri Banyu Wening, Sanggar Jaga, dan Kapurba.
Komunitas ini terbentuk pada awalnya karena adanya bangunan sanggar yang kosong sejak 2019. Untuk menarik minat dan bakat masyarakatnya, sekelompok warga di Desa Jatimukti yang dapat memainkan karinding berinisiatif memasukkan alat musik tersebut ke dalam sanggar. Semangat mereka untuk melestarikan seni karinding membuahkan pada terbentuknya Komunitas Karinding Jatinangor pada 2020. Mereka terlihat sangat antusias memandang karinding ini sebagai kebudayaan yang mereka miliki. Hingga sekarang, sanggar tersebut menjadi basecamp bagi anggota KKJ yang berada di Jatimukti dan diberi nama Sanggar Jaga.
Salah satu anggota KKJ di Sanggar Jaga tersebut bernama Gaga (29 tahun). Kang Gaga merupakan masyarakat asli Jatinangor yang tumbuh besar di Desa Jatimukti. Ia termasuk salah seorang yang membantu terbentuknya KKJ. Sampai saat ini, Kang Gaga masih aktif menjadi pengurus KKJ dan sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakannya.
Melestarikan Seni Karinding
Pada awalnya, Kang Gaga tidak terlalu berfokus pada pelestarian seni karinding. Akan tetapi, Kang Gaga melihat KKJ ini dapat dijadikan wadah untuk mengembangkan potensi diri.
“Karena di sini orang-orangnya beragam, ada yang basic-nya karinding, event, sosial, alam, jadi saya dapat skill baru untuk survive di kehidupan,” ujar Kang Gaga.
Kang Gaga menemukan teman-teman baru di komunitas. Seiring dengan hal tersebut, Kang Gaga juga menumbuhkan rasa dan perhatiannya untuk melestarikan seni karinding.
“Niat mah udah ada dan usahanya juga udah, tapi butuh proses, gak bisa instan. Pengenalan tentang karinding kan gak setiap hari, paling sebulan sekali. Jadi butuh proses untuk bisa menyampaikan ke seluruh masyarakat,” ucap Kang Gaga.
Kang Gaga menambahkan bahwa untuk melestarikan suatu kebudayaan itu perlu proses, ditambah lagi Jatinangor adalah daerah yang sering didatangi oleh para pendatang yang membawa budaya asalnya.
“Kalo ngomongin soal kesenian budaya karinding di Jatinangor itu paling susah masalah regenerasi. Ditambah lagi ruang lingkup di Jatinangor banyak masuk budaya lain sebagai akibat dari 4 universitas besar yang ada di Jatinangor,” ucap Kang Gaga.
Kang Gaga sendiri juga mengakui kalau ia pun suka dengan budaya musik dari luar daerah, seperti band metal dan Yura Yunita. Namun, ia masih memprioritaskan kesenian karinding karena ia merasa sebagai masyarakat yang lahir dari suku Sunda sudah seharusnya bisa mengamalkan budaya Sunda.
Kurangnya Perhatian pada Pelaku Seni Karinding
Semangat yang dibawa oleh Kang Gaga bersama Komunitas Karinding Jatinangor sayangnya masih kurang mendapat perhatian lebih dari pemerintah maupun dari kampus yang bertebaran di Jatinangor.
Selain mengalami kesulitan mencetak generasi baru bagi para pelaku seni karinding, Kang Gaga juga merasa Komunitas Karinding Jatinangor masih kurang mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Kang Gaga merasakan seperti ada sekat atau penghalang antara pelaku seni karinding dengan pemerintah sehingga cukup sulit untuk membaur dengan pihak pemerintah setempat, mulai dari tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten.
Kang Gaga juga menyampaikan faktor kedekatan dengan pihak kecamatan juga menjadi pengaruh besar dalam berjalannya komunitas. Karena KKJ belum memiliki relasi ke pemerintah dan branding yang kuat, mereka harus merintis komunitasnya dari nol.
Dengan adanya 4 perguruan tinggi besar di Jatinangor pun belum bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki Komunitas Karinding Jatinangor untuk bisa berkembang lebih luas. Kang Gaga menjelaskan, banyak kegiatan akademik dari universitas di Jatinangor yang datang ke Desa Jatimukti hanya untuk sebatas formalitas saja. Sehingga potensi yang ada di desa tersebut, salah satunya grup Sanggar Jaga KKJ, tidak benar-benar diarahkan untuk berkembang.
Hambatan Melestarikan Seni Karinding
Komunitas Karinding Jatinangor merupakan salah satu pelaku seni yang menerapkan modifikasi pada pertunjukkan musik karinding. Mereka mencampurkan alat musik modern, seperti gitar dan biola, ke dalam pertunjukkan karinding sehingga bisa lebih dinikmati oleh masyarakatnya. Pertunjukkan yang mereka sajikan juga selalu menyesuaikan dengan permintaan dari pihak penyelenggara acara dan selera masyarakatnya.
Usaha tersebut sayangnya belum mampu mengembangkan seni karinding dengan lebih luas. Hal tersebut bukan karena mereka kekurangan kreativitas dan inovasi, tetapi kurangnya dukungan dari pemerintah dan lingkungan sekitarnya juga menghambat eksekusi dari ide-ide mereka.
Faktor penghambat eksekusi yang pertama adalah kurangnya budget untuk mengadakan acara. Kang Gaga menyampaikan, belum ada satupun pihak yang benar-benar ingin mendanai atau mendonasikan bantuan kepada KKJ. Mereka tidak bisa berharap dari iuran anggota karena ada beberapa di antaranya ada yang kurang mampu dan tidak terkumpul banyak. Pada akhirnya, mereka berusaha keras mencari dana melalui sponsor.
Faktor yang kedua adalah kesibukan dari para anggotanya. Karena banyak dari anggota KKJ yang merupakan seorang pelajar, pengajar, pekerja, dan lain-lain, mereka memiliki kesibukannya masing-masing sehingga tidak selalu semuanya ada untuk komunitas. Mereka juga merasa masih ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi terlebih dahulu sehingga permasalahan KKJ ini harus dikesampingkan.
Kang Gaga bercerita, di tahun kemarin sempat ada pelatihan karinding di salah satu sekolah dasar di Jatisari. Namun, pelatihan ini hanya diurus oleh satu orang. Ketika orang tersebut sudah tidak bisa lagi melanjutkan programnya, tidak ada orang yang bisa menggantikannya karena masih memiliki prioritas kesibukan yang lain.
Harapan Gaga kepada Seluruh Pihak
Kang Gaga memiliki harapan besar kepada seluruh pihak demi berkembangnya Komunitas Karinding Jatinangor. Harapan yang pertama kepada para pelaku kesenian karinding di Jatinangor untuk bisa lebih terarah dengan adanya KKJ. Dengan adanya wadah ini anggota dan komunitas diharapkan dapat berkembang dengan searah.
Kang Gaga juga berharap kepada pemerintah agar meluangkan perhatian lebih dan memberikan bantuan, entah itu berupa dana ataupun lain-lain. Dari kalangan perguruan tinggi dan mahasiswa di Jatinangor, Kang Gaga berharap agar lebih bersosialisasi dengan masyarakat lokal dan membaur dengan budayanya. Kang Gaga juga ingin mahasiswa dapat memberikan pemahaman atau ilmu yang berguna untuk perkembangan KKJ ataupun desa melalui kegiatan-kegiatan pengabdian seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang selama ini dinilai masih terasa seperti formalitas.