Setelah Kebakaran, Pedagang Pasar Sadang Serang Udunan Membangun Kios tanpa Bantuan Pemerintah
Para Pedagang Pasar Sadang Serang sempat dijanjikan mendapatkan bantuan pascakebakaran. Hingga saat ini mereka mengeluarkan dana pribadi untuk membangun pasar.
Penulis Emi La Palau16 Januari 2024
BandungBergerak.id - Suasana Pasar Sadang Serang tampak lengang, Selasa siang, 16 Januari 2024. Sebagian kios di dalam pasar memilih tutup. Sebagian lagi masih setia menunggu pembeli. Namun, hanya satu dua pembeli yang lewat. Sepi senantiasa menyergap para pedagang di pasar yang pada 4 Agustus 2023 lalu hancur karena kebakaran.
Di beberapa sudut pasar masih ada beberapa bangunan kios bekas kebakaran yang belum direnovasi kembali. Di dalam pasar, telah terpasang atap seng, lampu-lampu penerang, saluran air atau gorong-gorong. Semua itu dibangun dari hasil udunan (patungan) para pedagang.
Pascatragedi kebakaran, para pedagang bahu-membahu untuk bangkit secara mandiri, tanpa bantuan pemerintah yang pernah dijanjikan Pemerintah Kota Bandung. Dana pembangunan yang direncanakan bersumber dari kas Perumda Pasar Juara Kota Bandung belum terealisasi.
Salah seorang pedagang, Ating (59 tahun) penjual sayuran, mengaku membangun sendiri kiosnya pascatragedi kebakaran. Menurut perempuan yang sudah berjualan hampir 30 tahun di Pasar Sadang Serang, tak ada bantuan dari pemerintah.
“Bangun pakai uang sendiri semuanya, asal jadi aja. Nggak ada (bantuan), jadinya pedagang pakai uang sendiri,” kata Ating, kepada BandungBergerak.id di Pasar Sadang Serang.
Ating membangun kiosnya dengan sisa-sisa tabungan yang ada dan sekuat tenaga untuk tidak meminjam modal. Di saat yang sama, kondisi penjualan belum kembali normal seperti sebelum kebakaran.
Sejak 1993 berjualan hingga saat ini, perempuan paruh baya itu sudah mengalami tiga kali kebakaran. Pada tiap-tiap kebakaran itu selalu tak ada bantuan. Maka, ia juga tak berharap banyak bantuan pascakebakaran tempo hari.
“Dari dulu juga nggak ada (bantuan), dulu juga pas kebakaran nggak ada,” ungkap Ating.
Kebanyakan pedagang Pasar Sadang Serang memang membangun dengan biaya sendiri pacakebakaran. Para pedagang bahu membahu menggunakan uang pribadi untuk membangun kios-kios mereka. Selain itu, mereka juga membangun infrastruktur pasar yang juga hancur karena kebakaran, seperti atap pasar, lampu penerang, plafon saluran air, dan gorong-gorong.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Sadang Serang Acep Saripudin menjelaskan, para pedagang mengeluarkan biaya renovasi infrastruktur sesuai lebar dan besar kios yang per meternya 210 ribu rupiah. Sementara, kios dibangun menggunakan uang pribadi masing-masing. Pemerintah hanya membantu dari segi perizinan jualan bagi para pedagang. Tak lebih.
“Nggak ada (bantuan). Ada kolaborasi masalah perizinan, jadi alhamdulillah ada kolaborasi dengan pemerintah daerah, kewilayahan juga,” kata Acep.
Total kios yang terdampak kebakaran secara langsung sekitar 160an unit. Hingga saat ini tercatat baru 80 persen kios yang mulai dibangun.
Penjualan Masih Sepi
Selain tidak menerima bantuan, saat ini pedagang menghadapi situasi pasar yang sepi pembeli. Padahal aktivitas para pedagang sudah menggeliat. “Cuman belum balik lagi seperti sebelum kebakaran,” ujar Acep.
Kendala lain, soal keamanan. Karena jam operasional pasar Sadang Serang sudah mulai kembali normal dan barang-barang pedagang sudah banyak, maka para pedagang berencana membangun gerbang. Biaya membuat gerbang lagi-lagi dari donasi para pedagang sendiri.
“Kita berinisiatif untuk pembangunan gerbang. Kita koordinasi dulu ke perumda dan kepala pasar, dan mereka mengizinkan. Kita tidak membebankan ke Perumda, kita inisiatif sendiri, administrasi tetap jalan ada konfirmasi ke perumda,” papar Acep.
Pascakebakaran sempat ada wacana Pemkot Bandung akan memberi bantuan dana sebesar 3,8 miliar rupiah untuk pembangunan pasar. Namun hal itu tak kunjung terealisasi. Di sisi lain, para pedagang tak berharap banyak. Mereka berusaha bangkit sendiri agar bisa kembali berjualan.
“Kita ga sampai ada penuntutan. Kita pengin bangkit kalau menunggu itu (bantuan), nggak ada, belum ada tembusan ke pengurus. Mungkin di luar ada itu (bantuan) tapi di sini nggak ada,” kata Acep.
Pedagang lainnya, Eda (62 tahun) penjual sayuran yang sudah berjualan sejak tahun 1990an, mengaku penjualan hingga kini masih sangat sepi. Pada saat kebakaran ia telah menyetok barang dagangan. Modalnya sekitar 20 juta rupiah habis ditelan api. “Masih sepi, menurun sekali (penjualan),” ujar Eda.
Meminjam ke Bank
Dampak kebakaran masih dirasakan Dini (31 tahun), pedagang santan kelapa. Kebakaran telah melahap kios dan seluruh mesin dan alat pendingin santan kelapa. Dini terpaksa mesti merogoh tabungannya untuk membeli kembali semua peralatan dagang, seperti mesin press santan, mesin parut kelapa, dan alat pendingin.
Untuk membangun kiosnya yang berukuran 4x2 meter, Dini terpaksa harus meminjam uang ke bank 16 juta rupiah. “Ini bangun sendiri, nggak ada bantuan sama sekali dari pemerintah, dari mulai atap, bangunan sendiri,” cerita Dini, yang berjualan bersama suami.
Setelah kebakaran, Dini harus memulai usahanya dari nol. Ini yang sangat memberatkan Dini dan pedagang Pasar Sadang Serang. Dini tak banyak berharap pada pemerintah. Namun, ia masih berharap mendapatkan tambahan modal jika memang dana bantuan itu ada.
Di samping harus membangun usaha dari nol, biaya kebutuhan hidup sehari-hari tak bisa ditunda-tunda. Ia harus membiayai dapur dan sekolah anaknya.
“Repotnya teh nggak jualan sampai dua minggu terus merintis lagi. Ya tabungan yang ada saja dipakai buat sehari-hari,” ucap Dini.
Baca Juga: Setelah Kebakaran Pasar Sadang Serang, Pedagang Berharap Renovasi Segera Dilakukan
Bertahan di Reruntuhan Pasar Sadang Serang
Tragedi Kebakaran Pasar Gebedage
Berusaha Bangkit Sendiri
Tawaran bantuan untuk membangun pasar sempat muncul dari pengelola. Menurut Nenden (32 tahun), pedagang lain di Pasar Sadang Serang, para pedagang sempat ditawarkan untuk pembangunan pasar dengan syarat hak pakai kios diambil oleh pihak pengelola. Dengan demikian, para pedagang menjadi di bawah aturan pengelola.
Para pedagang tentu menolak tawaran tersebut. Mereka tak mau kehilangan hak memiliki kios yang sudah mereka dapatkan sejak lama.
“Jadi kalau diambil alih pemerintah mereka kasih, dengan catatan ukuran dua los dikasih satu los. Kita harus bayar per tahun, belum karcis. Kita nego minta bantuan minta ke paguyuban,” papar Nenden.
Para pedagang lantas memutuskan membangun sendiri kios mereka yang terbakar dengan cara mandiri. Nenden sendiri harus mengeluarkan biaya 6 juta rupiah untuk memperbaiki kembali dua kios yang hancur.
Nenden juga bercerita, puing-puing bangunan kios yang terbakar ada yang mengambil dan menjual, namun hasil penjualannya tak sampai ke pedagang.
“Sampai akhirnya alhamdulillah kita perbaiki dengan risiko kita perbaiki pribadi. Bahkan untuk atap pun pedagang iuran masing-masing, tidak ada bantuan sama sekali,” kata Nenden.
Nenden juga mengeluhkan pascakebakaran kesulitan membuka garis polisi yang mengitari pasar. Setelah cukup lama mereka baru diizinkan membuka garis polisi.
“Berbelit-belit, bahkan untuk buka garis polisi dipersulit, setelah dibuka garis polisi kita bersih-bersih sendiri paguyuban. Tidak ada bantuan dari pemerintah cuma ada anak sekolah, pramuka waktu itu,” katanya.
Sebelumnya, beberapa hari setelah Pasar Sadang Serang terbakar, Plt Direktur Utama Perumda Pasar Juara Ricky Ferlino menjanjikan, pembangunan pasar memerlukan waktu selama 60 hari dengan dana bersumber dari kas Perumda Pasar Juara Kota Bandung. Model kios yang dibangun akan dikembalikan ke bentuknya semula.
"Pembangunan pasar akan dilakukan oleh Perumda Pasar dengan catatan tidak mengubah denah pasar, ukuran kios, dan jumlah kios," ujar Ricky, dikutip dari siaran Pers Humas Pemkot Bandung.
Ricky menyatakan, Perumda Pasar Juara akan terus berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada pedagang, agar sesegera mungkin bisa berjualan kembali.
"Kami tidak ada apa-apanya tanpa pedagang. Maka dari itu, sesuai dengan amanah Plh Wali Kota, kami dengan Paguyuban Pedagang bersepakat terkait pembangunan pasar ke depan. Semoga pembangunan bisa berjalan lancar, dan kami pastikan jika pedagang bisa menempati kembali kiosnya secara gratis," ungkapnya.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan Emi La Palau atau artikel-artikel lain tentang Kebakaran Pasar Tradisional