• Cerita
  • Setelah Kebakaran Pasar Sadang Serang, Pedagang Berharap Renovasi Segera Dilakukan

Setelah Kebakaran Pasar Sadang Serang, Pedagang Berharap Renovasi Segera Dilakukan

Pedagang Pasar Sadang Serang menanti janji renovasi gratis dari Pemkot Bandung. Mereka mengalami kerugian tak terkira dalam peristiwa kebakaran dua pekan lalu.

Salah seorang pedagang di Pasar Sadang Serang, Bandung, yang telah membuka kembali usahanya pascakebakaran, Senin (21/8/2023). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Penulis Emi La Palau22 Agustus 2023


BandungBergerak.idGeliat perdagangan di Pasar Sadang Serang, Bandung, berdenyut pelan setelah dilanda bencana kebakaran, Jumat, 4 Agustus 2023 lalu. Sedikitnya ada 170 lapak atau los pasar yang diamuk si jago merah dalam peristiwa itu. Para pedagang berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Perumda Pasar Juara segera melakukan renovasi.

Sebelumnya, kebakaran di pasar tradisional di Kota Bandung bukan hal baru. Sejumlah pasar pernah mengalami kejadian serupa, mulai dari Pasar Kosambi, Pasar Gedebage, Pasar Caringin, hingga Pasar Palasari dengan kerugian miliaran rupiah.

Pantauan BandungBergerak.id dua pekan pascakebakaran di Pasar Sadang Serang, Senin (21/8/2023), sejumlah pedagang sudah mulai berjualan kembali di lapak mereka, sejak Minggu (20/8/2023). Beberapa pedagang ada yang berjualan lebih dulu. Mereka memasang terpal sebagai atap. Di berbagai sudut masih tampak jelas puing dan arang sisa-sisa kebakaran.

Namun, jumlah lapak yang buka itu masih bisa dihitung dengan jari. Salah satunya Ating (58 tahun), warga RW 18 RT 05 Kelurahan Sadang Serang. Sudah sejak pagi pukul 06.00 WIB ia mulai membuka lapak jualannya di bekas puing yang terbakar. Hari ini adalah hari ketiga ia berjualan.

Kebakaran sempat melumpuhkan aktivitas Ating dan pedagang lainnya. Ating menata jongko berukuran 2 meter kali 2,5 meter itu dengan bahan seadanya. Ia berjualan sembako dari modal yang tersisa.

“Modal ngambil dari tabungan, ada sedikit-sedikit. Setelah kebakaran nggak jualan (sama sekali), di rumah saja,” kata Ating, kepada Bandungbergerak.id, di lapaknya.

Ating berjualan di Pasar Sadang Serang sejak 30 tahun silam, tepatnya mulai 1993. Ia bersama suami yang dagang ikan pindang bahu-membahu menjalan usaha di pasar tradisional itu.

Selama puluhan tahun, Ating menggantungkan hidup dari berjualan di pasar untuk menghudupi ketiga anak dan keluarga. Ketika kebakaran datang, ia sedang berada di Sukajadi untuk melakukan pengajian. Nahas, di hari kebakaran itu lapaknya sudah terisi penuh barang dagangan.

Kebakaran itu menghancurkan usaha Ating yang dibangun sejak puluhan tahun. Terlebih sehari sebelum kebakaran, Ating telah belanja untuk stok berjualan selama akhir pekan, Sabtu, 5 Agustus 2023. Ating berharap, pembangunan pasar bisa segera berjalan agar ia bisa kembali berjualan normal.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Sadang Serang Acep Saripudin mengungkapkan, hampir 50 persen pedagang sudah mulai berjualan kembali, meskipun kondisi mereka belum sepenuhnya pulih.

Para pedagang mulai berjualan setelah mendapat izin dari pihak Perumda Pasar Juara. Antusiasme pedagang cukup tinggi. Meskipun, barang yang didagangkan belum begitu banyak. Hal itu dikarenakan selain keterbatasan modal, kondisi keamanan barang juga menjadi pertimbangan mengingat lapak-lapak mereka masih terbuka. 

“Walaupun memang tidak seperti biasa, dari mulai barang yang dijajakan alakadarnya, mengingat kiosnya belum full ada pengaman. Kita jaga-jaga juga untuk barang yang kita jual bisa kita bereskan untuk dibawa pulang ke rumah,” terang Acep Saripudin.

Untuk keamanan sendiri, meskipun dari pihak Perumda Pasar Juara menyiapkan satu orang sekuriti, Acep merasa hal itu tak cukup dalam mengantisipasi keamanan ataupun hal-hal yang tidak diinginkan di pasar. Sehingga pedagang berinisiatif untuk menjaga keamanan barang masing-masing dengan cara membawa pulang barang dagangan mereka ke rumah masing-masing.

“Sebelum berdagang harus kondisi aman nyaman, kita rembuk lagi mulainya kapan. Alhamdulillah, sebetulnya dari tanggal 19 udah ada yang jualan. Serempaknya tanggal 20 kemarin,” katanya.

Salah seorang pedagang di Pasar Sadang Serang, Bandung, yang telah membuka kembali usahanya pascakebakaran, Senin (21/8/2023). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)
Salah seorang pedagang di Pasar Sadang Serang, Bandung, yang telah membuka kembali usahanya pascakebakaran, Senin (21/8/2023). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Rugi Puluhan Juta dan Kesulitan Biaya Dapur

Tini Supriantini (49 tahun), salah satu pedagang ikan asin yang sudah berjualan sejak 2008, mengalami kerugian cukup besar dalam peristiwa kebakaran itu. Ketika kebakaran melanda, sama halnya dengan para pedagang lain, ia sudah menyiapkan penuh barang dagangannya untuk persiapan akhir pekan yang biasanya ramai pembeli.

Sehari sebelum kebakaran, Tini sudah berbelanja sekitar 40-45 juta rupiah. Namun hanya dalam hitungan jam uang itu hangus dilahap si jago merah, tak tersisa.

“Saya lagi di rumah pas kejadian, sudah pada tutup semua jongko. Sudah belanja, hari itu sales banyak yang ngirim barang. Soalnya besoknya Sabtu Minggu ramai, jadi barang-barang udah pada dipenuhin oleh pedagang,” cerita Tini.

Rata-rata, semua pedagang di Pasar Sadang Serang mengalami kerugian besar karena mereka sudah belanja menyambut akhir pekan. Namun esoknya kebakaran melanda.

Tini, berjualan berdua bersama sang suami di lapak mereka. Lapak itu adalah tempat turun temurun dari orang tuanya yang telah lebih dulu berjualan di Pasar Sadang Serang.

Di lapaknya itulah, ia menggantungkan kehidupan keluarga, beserta dua anaknya yang masih duduk di bangku kelas dua SMP dan kelas empat SD. Setelah kebakaran, ia benar-benar tak berjualan. Pendapatan tak ada. Ia mesti was-was memikirkan kondisi untuk menutupi biaya dapur.

Sebagai ibu rumah tangga yang bersinggungan langsung dengan dapur dan mengurus keluarga, ia merasakan betul betapa sulitnya tak memiliki pemasukan. Lapak sementara yang tadinya dijanjikan Pemkot Bandung tak cukup untuk menampung seluruh pedagang. Para pedagang sempat sepakat untuk sama sekali tak berjualan.

Akhirnya dengan modal seadanya, ia dan suami sudah dua hari ini kembali berjualan alakadarnya. Meski kunjungan Pasar masih sangat sepi.

“Ya nggak ada pemasukan. Makanya ini juga walaupun seadanya, tapi pasar tuh jauh dari sebelum kebakaran (kondisi jualan sepi). Yang penting ada untuk ganjel dapur,” kata Tini.

Tini mengaku menggunakan sisa-sisa modal yang jumlahnya tak banyak agar bisa tetap berjualan. Jika tidak jualan sama sekali, ia akan kerepotan menutupi biaya dapur.

“Jelas jauh banget, kebutuhan dapur jadi berat. Soalnya biasa ada pendapatan sekarang ga ada. Karena kalau penjual pendapatan per hari. Sekarang penjualan nggak ada otomatis stop (pendapatan), pakai uang yang ada. Pasti berdampak,” ungkapnya.

Beberapa pedagang ada yang mengambil barang ke bandar terlebih dahulu untuk dibayar belakangan, tergantung kesanggupan masing-masing pedagang. Tini memilih membayar kontan untuk mendapatkan barang seadanya.

Bencana kebakaran itu berdampak pada kunjungan pembeli. Sudah seharian hingga pukul 15.00 WIB, dagangan Tini masih utuh. Jumlah pengunjung sangat berkurang dibandingkan sebelum kebakaran. Hari kemarin juga begitu. Menurut Tini, banyak warga yang belum mengetahui pedagang mulai berjualan.

Tini baru kali ini mengalami kebakaran di Pasar Sadang Serang. Kebakaran terakhir di pasar utara Bandung ini pernah terjadi pada 1994, waktu itu ibunya yang mengalami langsung bencana itu.

Kini ia merasakan betapa beratnya pengalaman ibunya di masa lalu. Ia harus membenahi tempat jualannya sebisanya, memasang tenda seadanya sembari menunggu pembangunan kembali.

Baca Juga: Dukungan Warga Dago Elos untuk Eva Eryani di Tamansari
Jalan Gelap Pejalan Kaki
Setelah Polisi Mengepung Kampung Kami

Rencana Pembangunan Pasar Sadang Serang

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Sadang Serang Acep Saripudin menjelaskan, Perumda Pasar Juara dan pedagang sepakat untuk pembangunan kembali 170 kios yang terbakar. Pembangunan rencananya akan dimulai 28 Agustus 2023. Sebelum pembangunan, para pedagang akan disurvei terlebih dahulu oleh pihak Dinas Tata Ruang.

Acep mengatakan, pembangunan pasar 100 persen akan ditanggung Perumda Pasar Juara. “Untuk biaya tidak ada yang dikeluarkan pedagang. Dikasih gratis,” katanya.

Plt Direktur Utama Perumda Pasar Juara Ricky Ferlino mengatakan, pembangunan pasar memerlukan waktu selama 60 hari dengan dana bersumber dari kas Perumda Pasar Juara Kota Bandung. Model kios yang dibangun akan dikembalikan ke bentuknya semula.

"Dalam pertemuan tersebut disepakati jika pembangunan pasar akan dilakukan oleh Perumda Pasar dengan catatan tidak mengubah denah pasar, ukuran kios, dan jumlah kios," ujar Ricky, dikutip dari siaran Pers Humas Pemkot Bandung.

Ricky menyatakan, Perumda Pasar Juara akan terus berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada pedagang, agar sesegera mungkin bisa berjualan kembali.

"Kami tidak ada apa-apanya tanpa pedagang. Maka dari itu, sesuai dengan amanah Plh Wali Kota, kami dengan Paguyuban Pedagang bersepakat terkait pembangunan pasar ke depan. Semoga pembangunan bisa berjalan lancar, dan kami pastikan jika pedagang bisa menempati kembali kiosnya secara gratis," ungkapnya.

Kebakaran yang melanda pasar tradisional kerap terjadi di Kota Bandung, mulai dari Pasar Kosambi, Pasar Gedebage, Pasar Caringin, Pasar Palasari, hingga yang terbaru Pasar Sadang Serang. Kebakaran hebat melanda Pasar Kosambi pada 17 Mei 2019, bertepatan dengan hari ke-13 bulan Ramadan. Peristiwa ini melumpuhkan perdagangan di sana. Setahun kemudian, Pasar Kosambi dihantam pagebluk. 

Kebakaran juga melanda Pasar Gedebage pada 22 Februari 2023. Sebelumnya, Pasar Induk Gedebage juga pernah dua kali dilanda bencana kebakaran. Pada 15 Juli 2018, api menghancurkan sedikitnya 600 los pasar di Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung, itu. Berikutnya pada 3 September di tahun yang sama, kebakaran kembali berkobar.

Pada 7 Juni 2023, giliran Pasar Caringin yang terbakar. Api melanda sejumlah ruko di pasar induk tersebut. Peristiwa kebakaran juga dialami para pedagang buku di Pasar Palasari. Dua kali Pasar Palasari terbakar di tengah isu revitalisasi. Kebakaran pertama terjadi pada Januari 1993. Kebakaran berikutnya terjadi pada Pada 24 Agustus 2007. Ribuan buku hangus tak terselamatkan. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//