CERITA GURU: Musisi yang Menjadi Pendidik
Berkarier lama di dunia musik hardcore, Ali Akbar Fikri nyemplung ke dunia pendidikan sejak awal 2019. Praktik dan pengalaman membuat kelasnya menarik.
Yogi Esa Sukma Nugraha
Warga biasa yang gemar menulis isu-isu sosial dan sejarah
17 Januari 2024
BandungBergerak.id - Suatu ketika saya menemukan tulisan yang dipetik dari Nelson Mandela. Di dalam tulisan tersebut, ia bicara soal pendidikan. Secara gamblang kira-kira begini: "Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat kamu gunakan untuk mengubah dunia."
Saya merasa ia benar. Pendidikan merupakan akar dari semua hal yang dapat dimenangkan dalam hidup. Tak terkecuali pendidikan informal yang juga bisa membantu orang untuk dapat memahami berbagai persoalan.
Tentu saja syaratnya mutlak. Untuk itu, sekurang-kurangnya orang membutuhkan kapital (berupa uang dan/atau, minimal jejaring sosial), kemauan, serta pendidik yang handal. Ya, sekali saya ulang yang terakhir: pendidik handal.
Barangkali itu yang membuat siapa-siapa yang memilih jalan hidup sebagai pendidik dikesankan sebagai pribadi yang penuh kesabaran, kadang kaku, bisa keras, lembut, dan mengutamakan formalitas. Tidak sepenuhnya keliru memang. Tetapi, pandangan semacam itu bakal ambruk seketika usai berkenalan dengan sosok bernama Ali Akbar Fikri.
Unik adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan figur multitalenta ini. Meski dikenal sebagai pendidik, ia juga merupakan seorang pemusik. Dulu, ia tercatat sebagai gitaris di salah satu band beraliran hardcore bernama Straight Answer.
Kini, sehari-hari Ali Akbar Fikri sekaligus mengemban tanggungjawab sebagai seorang guru Pariwisata di Jakarta. Sesekali ia didapuk menjadi additional dalam satu band cadas asal Depok. Belakangan, ia juga kerap bolak-balik menyambangi Kota Kembang.
"Nemenin band-band main [di Bandung] aja, Pak," ujarnya, ketika ditanya pengalaman manggung di acara Soreang Southcrust, 14 Oktober 2023.
Baca Juga: Mpieth Gomper, Penggila The Rolling Stones di Bandung
Motherbank, Sebuah Kisah Keteladanan para Ibu di Jatisura
Berawal dari Tur
Ketertarikannya pada musik dan dunia pendidikan diiringi dengan kisah yang cukup unik. Mulanya ia lebih dulu bergiat di kancah musik hardcore. Baru kemudian fokus di bidang pendidikan. Yang memukau, keduanya mampu ia jalankan beriringan.
Sejak lama ia aktif bermusik, dan bergabung dengan grup Band Straight Answer. Ia bergabung dengan grup musik Straight Answer pada 2013-2015. Tetapi memutuskan untuk rehat terlebih dahulu selama setahun, untuk kemudian lanjut kembali pada 2017-2019.
Setelah itu, tepatnya bulan Januari 2019, Ali Akbar Fikri resmi bekerja sebagai guru pariwisata di SMKN 9 Jakarta. Peralihan fokusnya pada di bidang pendidikan bermula saat ia berkali-kali menjalani tur bersama grup musik Hardcore yang hype di kalangan muda Ibukota itu ---Straight Answer. Dan minatnya kian mendesak tatkala dirinya memutuskan untuk melanjutkan studi Magister Pariwisata.
Dari sana ia haqqul yakin untuk terjun sepenuhnya menjadi pengajar. Namun selain karena menemui ilham tatkala bermain musik, dan merampungkan studi magisternya, ada momen lain yang menurut dirinya mampu melengkapi itu semua. Dalam hal ini, yang meyakinkan dirinya untuk total menggeluti kajian soal pariwisata.
Semua terjadi ketika dirinya melakukan hobi motoran. Ia nekat pergi dari Jawa ke Bali, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke ujung Nusa Tenggara Barat (NTB). Dan itu dilakukannya sendiri.
Menurutnya, pengalaman berkendara dengan menggunakan sepeda motor dari Jakarta ke Rinjani itu memang terkesan agak kurang waras, tetapi justru itulah yang membuat jalan hidupnya berbeda dengan kebanyakan orang. Ia kemudian mantap memutuskan untuk menekuni kehidupannya yang sekarang.
"Di air terjun Rinjani itu ---Senaru, gua turun ke air terjun. Itu hal paling indah yang pernah gua liat," kata Ali Akbar Fikri.
Pengajar yang Menyenangkan
Setelah mantap menjadi pengajar, Ali Akbar Fikri lalu merancang metode belajar yang berbeda dengan guru kebanyakan. Dalam pelajaran ihwal teori yang ia beri misal. Ia seringkali memadukan dengan pengalaman praktik di lapangan. Hal ini membuat para murid cepat memahami apa yang ia pelajari.
Kelak, hal itu pula yang membuatnya disenangi murid-muridnya. Dalam satu kesempatan, Ali sempat mengatakan bahwa dirinya mencoba melakukan treatment yang berbeda pada setiap individu. Ia amat tidak ingin menggeneralisasi setiap anak yang dididik.
Menarik memang. Jauh sebelum diberlakukannya kurikulum teranyar yang mengedepankan diferensiasi pembelajaran, ia telah melakukan lebih awal. Berupaya menempuh jalur berbeda yang biasa dilalui kebanyakan pengajar. Yang mengharukan, adalah saat ia bercerita ihwal keberhasilan anak didiknya dengan apa yang ditanamkan di kelas.
"Waktu itu ada murid yang tersandung masalah finansial, tapi dia bisa keluar jerat masalah itu," kata Ali. "Alhamdulillah [sekarang] dapet beasiswa di Trisakti dengan mengambil studi Tourism. Ini bikin gua bangga."
Pendidik (yang juga Pemusik) Dari Bandung
Ali Akbar Fikri tentu bukan yang pertama dan satu-satunya musisi yang memilih bergelut di dunia pendidikan. Di Bandung, ada Asri Yuniar (akrab disapa Achi), yang merupakan vokalis Band Gugat. Sejak 2005, perempuan lulusan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran itu menjadi guru Taman Kanak-kanak (TK) Kuncup Harapan di Jalan Karanganyar, Bandung.
Kiprahnya di bidang musik pun sudah tidak perlu diragukan lagi. Suaranya di atas panggung begitu powerful. Namun, ada waktunya ketika Achi harus berperangai lembut. Itu terjadi tatkala ia menjalankan tanggung-jawab sebagai pendidik.
“Pagi hari saya mengajari anak-anak TK bernyanyi, sementara sore hari saya berkumpul dengan teman-teman di komunitas termasuk berlatih,” ungkap perempuan kelahiran 19 Januari 1982, sebagaimana tertulis dalam artikel berjudul Antara Mengajar dan Bermusik, Minggu 21 Desember 2014.
Demikianlah bahwa aktivitas bermusik dilakoni Achi setelah ia selesai mengajar. Dan tercatat bahwa dirinya memang ada di lingkungan komunitas musik underground di kawasan Ujungberung. Sudah lama ia berada di lingkaran komunitas tersebut.
"Awal-awal setelah berhijab dan berada di komunitas underground, mereka sempat kaget karena periode tahun 1999-2005, jangankan wanita berjilbab yang memainkan musik underground, wanita yang menonton dan datang ke acara aja sangat minim," tulis Achi, dalam catatan personalnya yang berjudul Underground tetap Welcome dengan Hijab, disitat Jumat 12 Januari 2023.
Sama seperti Ali Akbar Fikri. Kesibukannya beraktivitas di band dan musik memberi warna tersendiri bagi hidupnya. Sama sekali tidak ada soal serius yang dihasilkan dari keduanya.
“Keduanya saling mendukung. Setelah sibuk mengurusi pertunjukan, konser, atau latihan yang melelahkan, bertemu anak-anak didik rasanya merupakan penyegaran. Demikian pula sebaliknya,” pungkas Achi.
*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan lain Yogi Esa Sukma Nugraha, atau membaca artikel-artikel lain tentang Guru