• Narasi
  • Garda The Musical, Pencarian Makna Keseimbangan Hidup

Garda The Musical, Pencarian Makna Keseimbangan Hidup

Pertunjukan Garda The Musical menunjukkan keburukan dan kebaikan perlu bertemu untuk mengetahui dan menjalani proses saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.

Traviata Capella P

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Salah satu adegan dalam pertunjukan Garda the Musical kerja sama Badan Penggalangan Dana Lestari Universitas Katolik Parahyangan (BPDL Unpar), Ekosdance Company dan ISI Surakarta di kampus Unpar, Bandung, 23 Desember 2023. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

23 Januari 2024


BandungBergerak.id – “The good won’t happen if the bad doesn’t exist“ merepresentasikan the balance of life dalam pertunjukan Garda. Dualisme ini, tercermin dalam plot pertunjukan Garda yang mewakili kehidupan manusia yang penuh dengan ambisi dan kepuasan yang tidak kunjung terpenuhi. Peran Jenar adalah metafora dari sifat alami manusia yang tidak pernah puas sampai pada akhirnya dia bertemu dengan baik dan buruk dalam perjalanannya menemukan keseimbangan dalam hidupnya.

Perjalanan Jenar adalah sebuah refleksi dari sifat alami manusia yang terus menerus mencari dan tidak kunjung mendapatkan kepuasan.  Kekuatan baik dan buruk yang terdapat dalam plot pertunjukan Garda menjadi refleksi bahwa dalam mencapai keseimbangan perlu menemukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk mengetahui dan menyadari hal-hal yang sebenarnya diinginkan dan diperlukan.

Melalui sudut pandang lain, pertunjukan seni tari Garda mengandung makna bahwa dalam kehidupan keseimbangan akan terus terjadi. Keseimbangan dalam hidup sempat diangkat dalam filosofi Tionghoa yang terkenal yaitu, Yin dan Yang. Yin dan Yang mengandung filosofi di mana keseimbangan kekuatan perlu dijaga dalam kehidupan agar dapat saling melengkapi.

Baca Juga: Pertunjukan Kecil dari Rumah Petik yang Menginspirasi
Candu Teknologi dalam Pertunjukan Teater Drastis
Garda the Musical, Burung-burung yang Berkisah tentang Manusia

Filosofi Yin dan Yang

Dalam filosofi Tionghoa, Yin dan Yang merupakan dua hal yang bertolak belakang, hal ini dapat direalisasikan seperti laki-laki dan perempuan, bumi dan surga, gelap dan terang, serta dingin dan panas. Yin melambangkan sifat feminin yang condong dingin bersifat pasif. Yin mewakili kekuatan yang ditarik ke dalam atau penuh ketenangan dan perlahan. Sedangkan Yang memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Yin, di mana Yang melambangkan sifat maskulin yang condong yang bersifat hangat dan aktif. Yang mewakili kekuatan yang ambisius, menggebu-gebu, serta ekspresi yang ditunjukkan dengan semangat. Setiap sisinya Yin dan Yang memiliki titik dari kekuatan masing-masing yang artinya setiap kekuatan memiliki elemen dari masing-masing kekuatan.

Melalui mitologi Tionghoa, Yin dan Yang dipercayai sebagai sebuah keseimbangan yang dilahirkan oleh semesta ketika situasi sedang kacau. Yin dan Yang dipercayai sebagai pembawa harmoni ke dalam kehidupan yang ada di dunia. Dalam upayanya mencapai keseimbangan, Yin dan Yang memiliki andil yang besar dalam proses diciptakannya manusia pertama oleh para dewa menurut mitologi Tionghoa yaitu, Pangu.

Dalam kepercayaan Tionghoa lainnya, Yin dipercayai sebagai titik tertinggi suhu dingin dan Yang dipercayai sebagai titik tertinggi dari suhu panas. Jika dihubungkan dengan filosofi keseimbangan yang dimiliki oleh Yin dan Yang, suhu dingin tersebut berasal dari surga dan suhu hangat berasal dari bumi. Keseimbangan diperoleh melalui harmoni yang tercipta antara koneksi surga dan bumi. Meskipun banyaknya perbedaan pandangan dan penafsiran mengenai filosofi dari Yin dan Yang dari berbagai perspektif, pada akhirnya penafsiran mengenai Yin dan Yang adalah tentang keseimbangan yang diperoleh melalui proses saling melengkapi.

Dalam penampilan seni tari Garda kekuatan Yin direpresentasikan oleh Sang Ibu, Rerasi yang memiliki sifat feminin sesuai dengan definisi dari kekuatan Yin sendiri. Namun, keseimbangan belum diperoleh oleh Sang Ibu, dikarenakan tokoh Sang Ibu menjadi terlalu pasif dalam kehidupan. Hal ini ditunjukkan melalui perasaan - perasaan yang dimiliki oleh Sang Ibu tidak dilengkapi dengan ambisi kehidupan untuk memperoleh keberhasilan. Sang Ibu, Rerasi cenderung tenang dan justru terlalu tenang dalam menghadapi segala permasalahan yang ada. Kepasrahan seorang Ibu ditunjukkan melalui tokoh Rerasi dalam menghadapi permasalahan penculikan anaknya, Jenar dalam kisah Pertunjukan Garda tersebut. Sedangkan kekuatan Yang direpresentasikan oleh komplotan Bargota yang memiliki ambisi menggebu-gebu dalam memperoleh cahaya Garda yang dapat digunakan sebagai sumber kekuatan bagi kelompok tersebut. Ambisi menggebu-gebu yang dimiliki oleh komplotan Bargota juga terlalu condong ke arah kekuatan Yang dikarenakan justru membuat komplotan Bargota bersifat impulsif dan terburu - buru. Ambisi yang terlalu menguasai pikiran komplotan Bargota justru cenderung memberikan pemikiran untuk menghalalkan segala cara dalam memperoleh sesuatu yang diinginkan dalam kehidupan manusia. Hal inilah yang merugikan kekuatan yang dimiliki oleh komplotan Bargota sehingga tokoh tersebut dianggap sebagai tokoh yang antagonis dalam Pertunjukan Garda tersebut.

Refleksi Keseimbangan Hidup

Sebagai seseorang yang cukup awam dalam bidang seni, pertunjukan estetis yang ditampilkan melalui pertunjukan Garda menjadi refleksi mengenai keseimbangan dalam kehidupan. Pertunjukan ini tampil dengan konsep yang penuh komedi dan didukung dengan visual background serta kostum yang apik.

Alur cerita yang sederhana dan ringan membuat pertunjukan ini mudah untuk dipahami oleh penonton. Kesimpulan yang dapat diberikan melalui analisis yang dilakukan oleh sudut pandang Yin dan Yang, keseimbangan hanya dapat diperoleh jika seseorang sudah menemukan kebaikan dan kejahatan.

Melalui pertunjukan Garda keburukan dan kebaikan perlu bertemu untuk mengetahui dan menjalani proses saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan. Hal ini ditunjukkan melalui pertemuan Jenar dengan komplotan Bargota yang memiliki aura dan kekuatan yang berbeda dengan ibunya.

Jenar yang masih dalam usia belia, mencari jati dirinya dan keseimbangan dalam menjalani kehidupan melalui prosesnya dipertemukan dengan kebaikan dan keburukan yang terjadi di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan Yin dan Yang dapat mencapai keseimbangan jika keduanya dapat berjalan beriringan dan mengenali satu sama lain.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//