Menimbang Teknologi sebagai Instrumen Pendorong Pembangunan yang Berkeadilan
Pada era digital yang cenderung bergerak cepat dan tidak toleran terhadap ketidakpahaman terhadap teknologi berpeluang menciptakan kesenjangan.
Zidan Faizi
Sarjana Komputer. Aktif Terlibat dalam Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID).
2 Februari 2024
BandungBergerak.id – Revolusi industri dan perkembangan teknologi membawa implikasi besar bagi evolusi peradaban manusia. Keberhasilan teknologi terlihat dalam upayanya menyederhanakan kehidupan dan pekerjaan manusia, menciptakan kemajuan yang signifikan. Namun, pertanyaan adilnya distribusi akses terhadap teknologi menjadi esensial dalam memastikan manfaat teknologi dinikmati oleh seluruh masyarakat, bukan hanya sebagian kecil yang beruntung.
Pentingnya memahami capaian sains-teknologi dari sudut pandang kebermanfaatan adalah kunci untuk menghindari kemerosotan teknologi menjadi alat kekuasaan semata. Bukan hanya tentang menunjukkan superioritas, tetapi lebih kepada bagaimana teknologi dapat memberikan solusi nyata untuk masalah sosial dan memberdayakan masyarakat secara keseluruhan.
Meski teknologi telah mencapai kemajuan pesat, ketidaksetaraan akses menjadi tantangan mendasar. Masyarakat di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal masih menghadapi kesulitan untuk merasakan manfaat teknologi ini. Kaum terpelajar perlu menggandeng Digitalisasi Kerakyatan sebagai konsep solutif untuk mengatasi ketidaksetaraan ini.
Baca Juga: Kesenjangan Akses Internet di Era Cakap Digital
Kesenjangan Internet Jelang Era 5G
KELAKUAN NETIZEN: Komunitas Informatik, Solusi Kesenjangan Digital?
Digitalisasi Kerakyatan
Digitalisasi Kerakyatan menjadi filosofi yang memandang teknologi sebagai sarana untuk kesejahteraan bersama. Tujuannya adalah mewujudkan akses dan manfaat teknologi yang merata di seluruh lapisan masyarakat. Pemerataan digitalisasi mencakup pendidikan dan peluang, memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang geografisnya, memiliki hak yang sama untuk mengakses dan memanfaatkan teknologi.
Dalam upaya menuju masyarakat yang berkeadilan, penting untuk menyadari bahwa era ini cenderung cepat dan tidak toleran terhadap ketidakpahaman terhadap teknologi. Oleh karena itu, pemahaman akan konsep digitalisasi menjadi krusial agar ketidaksetaraan dapat dihindari. Bagi yang paham, teknologi menjadi pusat kehidupan, sementara bagi yang tidak, risiko tertinggal dalam kemajuan sangat besar.
Sejarah mencatat kasus sentralisasi digitalisasi pada masa VOC yang menciptakan ketidaksetaraan. Analogi ini menjadi peringatan akan potensi eksploitasi dan kesenjangan yang dapat terjadi jika tidak ada upaya pemerataan teknologi. Menghindari monopoli teknologi menjadi esensial untuk mencegah ketidaksetaraan di masyarakat.
Pengintegrasian digitalisasi ke dalam seluruh aspek kehidupan membuka peluang untuk menciptakan pusat kehidupan dan perdagangan. Pemerataan digitalisasi di seluruh negeri membuka peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun, tanggung jawab utama terletak pada kaum terpelajar untuk menyadarkan masyarakat akan manfaat pemerataan ini. Upaya edukasi yang masif dibutuhkan agar masyarakat dapat mengoptimalkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pemerataan digitalisasi bukan hanya tentang transformasi teknologi, tetapi juga tentang menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkembang secara merata. Kaum terpelajar memiliki peran kunci dalam membentuk pemahaman masyarakat tentang urgensi pemerataan ini. Hanya dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, kemajuan teknologi dapat menjadi kekuatan positif untuk kesejahteraan bersama.