• Nusantara
  • Kesenjangan Akses Internet di Era Cakap Digital

Kesenjangan Akses Internet di Era Cakap Digital

Soal utama era digital yang dihadapi bangsa Indonesia bukan saja dampak buruk internet pada generasi muda, atau membangun mental pengguna internet agar lebih ramah.

Sebaran Pengguna Internet Indonesia 2020 (berdasarkan pulau). (Sumber: APJII (2020) via SAFEnet)

Penulis Iman Herdiana22 Mei 2021


BandungBergerak.idPemerintah baru saja meluncurkan program Literasi Digital Nasional Indonesia Makin Cakap Digital 2021, Kamis (20/5/2021). Menteri Kominfo Johnny G Plate mengatakatan, program ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat agar lebih siap dalam perubahan dan tantangan digital.

"Program ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden RI mengenai percepatan transformasi digital nasional khususnya terkait pengembangan sumber daya manusia digital," katanya, di Hall Basket Senayan, Jakarta, dalam siaran pers.

Program literasi digital adalah sebuah keharusan di tengah semakin intensifnya penggunaan internet oleh masyarakat di mana saat ini terdapat 196,7 juta netizen di Indonesia. Menkominfo mengatakan, setiap anak bangsa harus mampu mengoptimalkan kebermanfaatan internet yang salah satunya dengan ditandai potensi digital ekonomi indonesia. "Di saat bersamaan literasi digital adalah sebuah keniscayaan untuk membentengi warga net dari dampak negatif internet," tambahnya.

Peluncuran program literasi digital tersebut dilakukan secara hybrid. Pelaksanaan onlinenya diikuti dilakukan di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di berbagai penjuru Tanah Air. Acara ini juga diikuti Presiden Joko Widodo, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim, secara daring.

Bersamaan dengan peluncuran program tersebut, di Bandung, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memaparkan skema Digital West Java. Program ini diharapkan mampu menopang program Literasi Digital Nasional.

"Kami menyambut baik Indonesia Cakap Digital karena fenomena digital itu terlalu akseleratif tapi kesiapan mental dari pengguna digital sekarang menjadi sorotan. Kita tersurvei sebagai netizen tidak ramah se – Asean," ujarnya.

Ridwan Kamil menekankan pentingnya mengimbangi percepatan digital dengan mental pengguna digital, sebagai fondasi yang lebih baik dalam berteknologi di Indonesia khususnya Jabar. "Itu jangan disepelekan. Itu menunjukkan antara mental kita dengan percepatan teknologi itu tidak imbang. Kita butuh fondasi," imbuhnya. Selain itu, ia mengku saat ini tengah fokus mengembangkan insfrakstruktur digital di perdesaan.

Baca Juga: AJI: Selama Pandemi Covid-19, Kekerasan terhadap Jurnalis Meningkat https://bandungbergerak.id/article/detail/340/aji-selama-pandemi-covid-19-kekerasan-terhadap-jurn
SAFEnet: Kriminalisasi dan Serangan Digital Marak Selama Pandemi Covid-19

Kesenjangan Akses Internet

Benar apa kata Menkominfo, bahwa anak bangsa harus mengoptimalkan internet, sekaligus terhindar dari dampak buruk internet. Gubernur Ridwan Kamil juga tidak salah, bahwa penting membangun mental pengguna digital. Terlebih masa pandemi Covid-19 telah mendorong berbagai kegiatan warga agar beralih ke ruang-ruang virtual. Kondisi ini mutlak membutuhkan akses internet.

Namun meningkatnya penggunaan internet di Indonesia hanya terjadi di masyarakat perkotaan yang terhubung jaringan bagus. Paparan yang disusun Tim SAFEnet berjudul “Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2020: Represi Digital di Tengah Pandemi April 2021”, mengungkap hanya daerah yang terkoneksi jaringan internet sajalah yang mampu beradaptasi di ruang-ruang virtual.

Sehingga soal utama era digital yang dihadapi bangsa Indonesia bukan saja dampak buruk internet pada generasi muda, atau membangun mental pengguna digital agar lebih ramah. Lebih dari itu, adanya kesenjangan serius terkait akses internet di Indonesia.

SAFEnet mencatat, pada Juli 2020 Kemendikbud menyebutkan sebanyak 8.522 sekolah di Indonesia belum teraliri listrik. Sementara 42.159 sekolah belum mendapatkan akses Internet. Tiga bulan setelahnya, Kemendikbud menyatakan ada 12.000 sekolah tidak memiliki akses Internet. Sementara itu ada 48.000 sekolah memiliki akses Internet, tetapi kualitasnya buruk.

Menurut Tim SAFEnet, sebagian besar daerah yang kesulitan akses internet berada di perdesaan yang masuk kategori tertinggal, terdepan, dan terluar. Tidak jauh berbeda dengan data beberapa tahun terakhir, Jawa Barat masih menjadi provinsi dengan jumlah pengguna Internet terbesar di Indonesia dengan lebih dari 35 juta pengguna. Sebaliknya, pengguna Internet paling sedikit berada di provinsi termuda Indonesia, yaitu Kalimantan Utara dengan sekitar 600 ribu jiwa.

Ketimpangan akses internet makin terasa jika membandingkan antarpulau. Jawa masih menjadi pulau dengan persentase pengguna akses Internet tertinggi, yaitu 56,4 persen, sedangkan Maluku dan Papua hanya 3 persen dari total populasi di kawasan timur Indonesia tersebut.

Persentase itu, kata Tim SAFEnet, berarti 56 dari 100 penduduk di Jawa bisa mengakses internet sedangkan di Maluku dan Papua hanya 3 orang dari 100 penduduk yang mampu mengaksesnya.

"Kesenjangan akses Internet berdampak serius pada kesenjangan digital di Indonesia," demikian ungkap laporan dengan penanggung jawab Damar Juniarto.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//