• Berita
  • Pengumuman Hadiah Sastera Rancage 2024, Jumlah Penulis Buku Anak Sunda dan Sastra Daerah Berkurang?

Pengumuman Hadiah Sastera Rancage 2024, Jumlah Penulis Buku Anak Sunda dan Sastra Daerah Berkurang?

Hadiah Sastera Rancage telah diselenggarakan selama 36 tahun atas prakarsa sastrawan Ajip Rosidi. Dalam perkembangannya hadiah ini tak hanya untuk sastrawan Sunda.

Logo Yayasan Kebudayaan Rancage. (Foto: Rancage.id)

Penulis Awla Rajul9 Februari 2024


BandungBergerak.id“Carita anu Duaan” karya Abdullah Mustappa dinyatakan pemenang Hadiah Rancage 2024. Dewan juri juga mengumumkan pemenang Hadiah Rancage untuk sastra Jawa dan Bali, serta Hadiah Samsoedi untuk bacaan anak berbahasa Sunda. Dewan juri mendapat kesulitan mencari karya sastra berbahasa daerah. Sastra daerah kian tergerus?

Hadiah Sastera Rancage telah hadir selama 36 tahun untuk memberikan apresiasi terkait pengembangan sastra daerah di Indonesia. Penghargaan untuk sastra daerah ini bermula pada tahun 1989 yang diprakarsai oleh sastrawan Sunda Ajip Rosidi (1938—2020). Kini Hadiah Sastera Rancage ini diinisiasi oleh Yayasan Kebudayaan Rancage.

Hadiah Sastera Rancage diberikan untuk karya sastra yang terbit setahun ke belakang kepada sastrawan daerah dan sosok yang dianggap berjasa dalam mengembangkan sastra daerah. Hadiah Sastera Rancage diumumkan rutin setiap tahun pada tanggal 31 Januari.

Ketua I Yayasan Kebudayaan Rancage Etti RS menyebutkan, para juri menilai sebanyak 45 judul dari tiga daerah untuk penyelenggaraan Hadiah Rancage 2024. Buku-buku tersebut terdiri dari 11 judul karya sastra Sunda, 18 judul karya sastra Jawa, dan 12 judul karya sastra Bali, dan empat judul cerita anak-anak berbahasa Sunda untuk Hadiah Samsoedi.

“Hanya ada tiga daerah yang memenuhi kriteria untuk dinilai dalam Hadiah Sastera Rancagé 2024, yaitu sastera Sunda, Jawa, dan Bali,” ungkap Etti RS, dikutip dari siaran pers yang diterima BandungBergerak.id.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya di mana ada juga sastrawan berbahasa daerah dari luar Sunda, Bali, dan Jawa yang diganjar Hadiah Rancage. “Adapun buku-buku dalam sastra Lampung, Batak, Madura, dan Banjar, belum ada yang memenuhi syarat untuk diberi hadiah tahun ini,” lanjut Etti.

Etti berharap, di tahun-tahun mendatang akan lebih banyak buku sastra berbahasa daerah yang terbit dari daerah-daerah tersebut agar bisa dinilai untuk Hadiah Sastera Rancage. Setelah melewati perjalanan selama 36 tahun, Yayasan Rancagé tetap optimis bahwa sastra daerah akan terus berkembang mengikuti zaman. Pasang-surut perhatian masyarakat terhadap sastra daerah pun dinilai hal biasa.

“Bagi kami, yang terpenting adalah memberi komitmen dan menjaga konsistensi agar hadiah ini tidak terputus, bagaimanapun keadaannya,” ungkapnya.

Selain itu, Etti juga membeberkan, tahun depan Yayasan Kebudayaan Rancage akan kembali memberikan hadiah untuk kategori jasa. Adapun prosedur pemberian hadiah jasa ini akan diumumkan kemudian hari. Kategori jasa ini pertama kali diberikan pada tahun 1990 kepada sosok yang dianggap berjasa besar terhadap perkembangan sastra daerah.

Juri sastra Sunda Teddi Muhtadin menyebutkan, secara keseluruhan penerbit buku-buku Sunda mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir apabila dibandingkan dengan penerbitan buku Sunda 10 tahun yang lalu. Meski begitu, Teddi menyebut, secara kualitas penerbitan buku Sunda masih layak dan penting untuk dibaca.

“Buku-buku karya para senior bisa hadir bersama buku-buku karya pengarang yang lebih muda. Sayangnya, buku bacaan anak-anak sangat sedikit. Seperti piramida terbalik, generasi muda Sunda tidak dipersiapkan menjadi pembaca sastra Sunda. Tentu hal ini harus segera diatasi,” ucap Teddi.

Juri sastra Jawa pada Hadiah Rancage Priyo Prabowo mengungkapkan, penerbitan buku-buku sastra Jawa masih cukup marak. Hal ini memberikan semangat bahwa dunia kesusastraan berbahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, masih tetap mendapatkan apresiasi.

Sementara juri sastra Bali I Nyoman Darma Putra menambahkan, perkembangan sastra Bali modern selama 30 tahun terakhir masih cukup stabil. Ia menyebut, setiap tahun, ada 10 hingga 15 judul buku yang terbit dalam bahasa Bali berupa antologi puisi maupun cerpen. Hal ini menunjukkan kreativitas pengarang Bali dalam pencarian estetika ekspresi.

“Tiap pengarang menyajikan gaya yang berbeda-beda. Minat, latar belakang pendidikan, daerah asal pengarang yang berbeda-beda ikut menentukan gaya ekspresi mereka,” tutur Darma.

Para Pemenang Hadiah Sastera Rancage 2024

Dewan Juri menetapkan tiga nominasi Hadiah Sastera Rancage 2024 untuk sastra Sunda, yaitu Kembang Kertas karya Ai Koraliati, Balaganjur; Sempalan Tilu Jaman karya Syafe’i Bastaman; dan Carita anu Duaan karya Abdullah Mustappa. Hadiah Rancage 2024 untuk sastra Sunda diraih oleh Abdullah Mustappa dengan judul karya Carita anu Duaan (penerbit Dunia Pustaka Jaya, Bandung, 2023).

Adapun untuk kategori sastra Jawa, terdapat empat nominasi, yaitu Ngleluri karya St. Sri Emyani; Tan Peng Nio karya Ki Sudadi; Gendhelan Geguritan Piye Jal karya D’ Eros Sudarjono; dan Wit Tanjung Ngiringan Omah karya Bu Ageng Cicit. Hadiah Rancage 2024 untuk sastra Jawa diraih oleh Ageng Cicit, dengan karya Kumpulan cerita pendek yang berjudul Tanjung Ngiringan Omah (penerbit Interlude, Yogyakarta, 2023).

Sedangkan sastra Bali, jumlah buku yang terbit pada tahun 2023 sebanyak 12 judul, meningkat dua judul dibandingkan tahun 2022. Setelah menetapkan nominasi, juri mempertimbangkan dan memutuskan bahwa pemenang Hadiah Rancagé 2024 untuk sastera Bali adalah Ngantosang Ulungan Bulan, kumpulan cerita pendek karya Carma Mira (penerbit Pustaka Ekspresi, Tabanan, Bali, 2023).

Selain hadiah Rancage untuk sastra Sunda, Jawa, dan Bali, hadiah Samsoedi, kategori untuk bacaan anak berbahasa Sunda, diraih oleh Ai Koraliati dengan judul karya Si Timu. Para pemenang Rancage dan Samsoedi akan mendapatkan penghargaan berupa piagam dan uang tunai sebesar 7.500.000 rupiah.

Baca Juga: Sastra Perlawanan
Gelar Sastra: Aku Ini Binatang Jalang, Pertunjukan Teater Bel dengan Banyak Unsur Kesenian
Silaturahmi Sastra Sunda

Memberi Umur Panjang pada Sastra

Hadiah Sastera Rancage pertama kali diberikan pada tahun 1989 untuk sastra Sunda. Sejak tahun 1993, diberikan pula Hadiah Samsoedi untuk pengarang yang menerbitkan buku bacaan anak berbahasa Sunda. Lantas mulai tahun 1994 Hadiah Sastera Rancage diberikan kepada pengarang sastra berbahasa Jawa, dan tahun 1998 dimulai untuk pengarang berbahasa Bali.

Seremonial penyerahan hadiah setiap tahunnya dilakukan di tempat-tempat yang berbeda dengan bekerja sama dengan lembaga pendidikan. Misalnya, pada tahun 1994 penyerahan Hadiah Sastera Rancage diberikan di Universitas Padjadjaran (Unpad) bekerja sama dengan Fakultas Sastra Unpad. Tahun lalu, penyerahan Hadiah Sastra Rancage dilakukan di Universitas Pasundan (Unpas).

Penghargaan sastra dinilai menjadi salah satu langkah yang dapat meningkatkan gairah kepengarangan dan mempertahankan keberadaan sastra Sunda. Hal tersebut diungkapkan oleh Dian Hendrayana, dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 22, Nomor 1, April 2022, pp.119-130 yang berjudul “Sastra Sunda dalam Kurun Waktu Tiga Dasawarsa Terakhir”.

Dian menerangkan, selain stimulan dengan penerbitan buku dan penerbitan karya sastra di media cetak, penghargaan sastra menjadi motivasi yang mampu meningkatkan gairah kepengarangan. Salah satu hadiah sastra yang cukup bergengsi bagi sastrawan adalah Hadiah Sastra Rancage.

“Siapa pun sastrawannya akan sangat mendambakan mendapatkan kesempatan untuk dianugerahi penghargaan setinggi itu. Hal itu cukup beralasan, anugerah sastra Rancage diberikan untuk pengarang yang telah melahirkan buku fiksinya yang dianggap berkualitas,” tulis Dian Hendrayana.

Tak hanya Hadiah Sastra Rancage dan Samsudi dari Yayasan Kebudayaan Rancage, beberapa hadiah lainnya dari lembaga maupun institusi yang berbeda cukup menjadi stimulan atas bertahannya kehidupan sastra Sunda. Dian mencatat pengaruhnya yang terutama dalam hal peningkatan kualitas sastra atas keberlangsungan kehidupan sastra Sunda.

 *Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Awla Rajul, atau artikel-artiikel lain tentang Sastra dan Buku

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//