• Berita
  • Gelar Sastra: Aku Ini Binatang Jalang, Pertunjukan Teater Bel dengan Banyak Unsur Kesenian

Gelar Sastra: Aku Ini Binatang Jalang, Pertunjukan Teater Bel dengan Banyak Unsur Kesenian

Gelar Sastra: Aku Ini Binatang Jalang Episode #1 dibawakan Teater Bel yang berkolaborasi dengan penyiar radio sampai musikus balada Bandung.

Pertunjukan gelar sastra bertajuk Aku Ini Bintang Jalang oleh Teater Bel, Bandung, Senin 29 Januari 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Penulis Salma Nur Fauziyah1 Februari 2024


BandungBergerak.id - Teater Bel menggelar sebuah pementasan sastra bertajuk Gelar Sastra: Aku Ini Binatang Jalang Episode #1 pada tanggal 27 dan 29 Januari 2024 . Pementasan besutan sutradara Agus Safari (64 tahun) ini mencampurkan unsur-unsur seni secara unik, menggabungkan musikalisasi puisi, sulap, dramatic reading, dan menggambar. Semua unsur itu disatukan dan dipentaskan langsung dalam ruangan sederhana yang dihadiri oleh mayoritas siswa SMA Taruna Bakti dan guru.

Pementasan dilaksanakan di gedung tua Sanggar Teater Bel, Jalan Ir. H. Juanda No. 248, persis di belakang Apotek Kimia Farma. Meski lokasinya yang tersembunyi, penonton cukup antusias. Di awal pertunjukan, penonton disuguhi nyanyian yang diiringi petikan gitar. Setelahnya ada pertunjukan sulap yang dibarengi menggambar secara langsung di media tembok berwarna hitam menggunakan kapur berwarna-warni.

Musikalisasi puisi pun tidak ketinggalan. Ada empat puisi yang dibawakan, yaitu Aku karya Chairil Anwar, Bersetia karya Adew Habtsa, Cerita Malam karya Arifin C. Noer, dan Pawai Keberanian karya Suyatna Anirun. Di sela-sela pembacaan dan musikalisasi puisinya, ada pula dramatic reading sebuah cerpen.

Pementasan dengan menggabungkan macam-macam bentuk seni ini memiliki maksud lain yang ingin ditujukan kepada penonton. Agus, sebagai sutradara, melihat fenomena pertunjukan teater terkadang sulit dimengerti penonton. Sehingga penonton yang datang hanya orang-orang yang memahami hal itu.

Maka, Agus mencoba untuk menyelenggarakan sebuah pertunjukan yang tidak membuat orang berkerut kening dan bisa menikmatinya sampai akhir. Berkat kolaborasi dari bebrapa bentuk seni tersebut, Agus mencoba membuatkan naskah yang tidak njelimet dan bisa mengalir seperti saat orang-orang menonton sebuah video klip.

“Namanya juga ‘Gelar Sastra’. Oh, berat gelar sastra tuh. Tapi begitu ditampilkan seperti itu menjadi lentur, menjadi cair. Tidak berkerut-kerut,” jelas Agus, saat ditemui seusai acara Gelar Sastra selesai.

Menciptakan Gelar Sastra ini hanya sebagai sebuah pengantar bagi para penonton untuk mengapresiasi karya seni yang lain. Agus mengutip perkataan salah satu senior Teater Bel, Widodo, pada sesi apresiasi acara, bahwa gelaran pertunjukan ini hanya sebagian kecil dari apa yang biasa dipentaskan oleh kelompok teater berusia 51 tahun itu.

Agus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghelat Gerlar Sastra. Salah satunya adalah, Gita Andriani, seorang broadcaster yang turut serta menampilkan musikalisasi puisi saat pementasan berlangsung.

Gita mengaku pada awalnya ia bergabung untuk menjadi MC. Tetapi, pada akhirnya diajak untuk turut serta membaca dua puisi saat pementasan berlangsung. Sebelumnya, ia juga pernah berkolaborasi dengan Kang Adew di beberapa acara membacakan puisi Bersetia.

“Karena secara pertemanan juga kenal (baik) dengan teman-teman Teater Bel, nah kemarin “Ya udah, Git. Gak usah cuman sebagai MC-nya aja. Tapi, sebagai pembaca puisi (juga)”,” jelas perempuan yang sehari-harinya bekerja sebagai pengisi siaran radio.

Penampilan sulap juga turut meramaikan pertunjukan gelar sastra bertajuk Aku Ini Bintang Jalang oleh Teater Bel, Bandung, Senin 29 Januari 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)
Penampilan sulap juga turut meramaikan pertunjukan gelar sastra bertajuk Aku Ini Bintang Jalang oleh Teater Bel, Bandung, Senin 29 Januari 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Baca Juga: PROFIL KOMUNITAS CELAH CELAH LANGIT: Menyuarakan Kritik lewat Teater
Main-Mind di Museum: Pertunjukan Inklusif Berbasis Teater Museum
Merenungkan Pancasila dalam Sebuah Teater Musikal

Membantu Guru dalam Mewujudkan Kurikulum Merdeka

Sebagai penulis naskah dan sutradara, Agus berharap kegiatan ini dapat menjadi jembatan Dinas Pendidikan (terkhusus guru) dalam menerjemahkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 yang merupakan program Kurikulum Merdeka.

Para siswa dituntut untuk belajar di luar kelas, mengamati fenomena di masyarakat, dan merumuskan solusinya. Bentuk belajar di luar kelas ini beragam, salah satunya menyambangi komunitas-komunnitas seni.

Menurut Agus, banyak guru yang masih kebingungan untuk menerapkan kurikulum Merdeka. Ia tahu masalah ini lewat salah satu tetangganya yang berprofesi guru. Setelah berbicara mengenai konsep dan acara yang digelar, tetangganya merasa hal itu adalah sebuah peluang untuk menerapkan P5 tersebut.

“Nanti sampaikan saja pada teman-teman guru. Kalau misalnya perlu untuk ahli wahana dari karya tulis menjadi pertunjukan, ya kesini aja. Kita ngobrol,” tutur Agus.

Selain ingin membantu mewujudkan P5, Agus berharap lewat acara ini dapat mengenalkan kembali sastra kepada para remaja atau anak muda lainnya. Karena sejatinya, menurut Agus, sastra merupakan jati diri bangsa.

“Nah, harapannya adalah mereka ingin belajar. Terus kita berbagi,” ujarnya.

Agus memberikan bocoran jika di bulan Februari mendatang akan ada acara Gelar Sastra lainnya. “Kalau misalnya sebagai bocoran, bulan depan saya akan mementaskannya lagi,” ungkapnya pada BandungBergerak.

Di sisi lain, Gita berharap gelaran sastra dengan berbagai macam unsur seni ini menjadi salah satu alternatif hiburan bagi masyarakat, seperti layaknya nonton film atau nonton konser. Selain dari sisi hiburannya, penonton juga bisa lebih mengapresiasi sastra.

“Jangan sampai sastra Indonesianya ini hilang,” ujar Gita yang juga menekuni dunia voice over dan dubbing.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan lain dari Salma Nur Fauziyah, atau artikel-artikel menarik lain tentang Pertunjukan Teater di Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//