BUKU BANDUNG #73: Kisah Anak Sekolah yang Dirundung di Balik Keindahan Kota Bandung
Biru Erlangga Mahaputra bukan anak beruntung. Dia sekolah sambil jualan kue dan harus berjuang melawan perundungan dari teman-temannya.
Penulis Triana Nurlaely 18 Februari 2024
BandungBergerak.id - Bandung telah mempesona banyak orang. Titis Basino di antaranya. Keterpesonaan Titis pada kota ini tampak jelas dalam novel yang ditulisnya, "Kota Bandung dan Biru". Dia menggambarkan Bandung sebagai kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan keindahan alam. Semua itu bukan sekadar latar belakang novel melainkan menjadi sebuah karakter yang hidup dengan segala keunikannya yang mempesona.
Titis Basino menggambarkan Bandung dengan detail yang memikat, mulai dari jalan-jalan berliku di kawasan kota tua hingga pesona alam di sekitar Tangkuban Parahu. Pembaca diajak merasakan kehidupan sehari-hari penduduk kota, serta kehidupan malam yang berwarna di kafe-kafe dan restoran-restoran yang tersebar di berbagai sudut kota. Dengan cermat, Basino juga menggambarkan kontras antara modernitas dan keaslian kota ini, serta perjuangan untuk mempertahankan identitasnya di tengah arus globalisasi.
Salah satu aspek menarik dari novel ini adalah cara Basino menggambarkan karakter-karakternya, dari pekerja kantoran yang sibuk hingga seniman jalanan yang mencari pengakuan. Mereka miliki cerita dan konfliknya sendiri-sendiri. Pembaca diajak untuk menyelami kehidupan mereka, mengerti motivasi dan ambisi mereka, serta bersimpati dengan perjuangan yang mereka hadapi dalam menjalani kehidupan di kota yang sering kali tak kenal ampun.
Namun, jauh dari sekadar menjadi sebuah kisah lokal, "Kota Bandung dan Biru" juga menyentuh tema-tema yang lebih universal. Melalui cerita-cerita karakternya, Basino membahas tentang cinta, persahabatan, kehilangan, dan pencarian identitas. Dia menggambarkan manusia sebagai makhluk yang kompleks, yang sering kali harus menghadapi pilihan-pilihan sulit dan konsekuensi dari tindakan mereka.
Satu hal yang patut diapresiasi dari "Kota Bandung dan Biru" adalah gaya bercerita penulisnya yang mengalir dan memikat. Basino mampu menggambarkan suasana kota Bandung dengan begitu hidupnya sehingga pembaca merasa seolah-olah mereka sendiri berada di sana, menjelajahi setiap sudut dan merasakan setiap emosi yang dirasakan oleh para karakternya. Prosa Basino juga dipenuhi dengan imaji-imaji yang kuat dan deskripsi-deskripsi yang indah, membuat pengalaman membaca buku ini menjadi begitu memikat dan memuaskan.
Secara keseluruhan, Titis Basino berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang layak diapresiasi oleh pembaca dari berbagai kalangan. Bagi mereka yang mencari sebuah perjalanan yang mengharukan dan memikat ke dalam kehidupan di sebuah kota yang penuh warna, "Kota Bandung dan Biru" adalah pilihan yang tepat.
Merentasi Kisah Cinta dan Keberanian
Novel ini mengisahkan karakter utama Biru Erlangga Mahaputra yang mengalami keindahan cinta pertama, ditandai dengan gambaran fisik dan sifat-sifat unik Biru. Cerita ini juga memasukkan elemen senja sebagai simbol kebahagiaan, yang bertolak belakang dengan perasaan Ayunda terhadap senja.
Penggunaan nama karakter dan sifat zodiak menambahkan dimensi pada karakter, membuatnya terasa nyata. Selain itu, novel ini memberikan pengantar karakter lain dalam cerita, seperti Januarta, Anjanu, dan Renjana, memberikan kedalaman dan keragaman pada plot.
Pendekatan yang bersifat introspektif, dengan narator yang merenungkan kenangan bersama Biru, menciptakan nuansa nostalgia dan kehangatan. Kisah yang diangkat
penuh warna, memadukan elemen cinta, pertemanan, dan perjuangan melawan perundungan (bullying) di sekolah. Semua tema ini melekat ke dalam karakter-karakter yang kompleks, dengan latar belakang emosional yang mendalam.
Deskripsi konflik di masa sekolah memberikan dimensi realisme pada cerita, khususnya mengenai perasaan takut dan rasa sakit yang dialami Biru akibat bullying. Pergulatan emosional karakter utama juga tercermin melalui catatan di harian Biru, menunjukkan betapa sulitnya menghadapi hari-hari sekolah.
Gusti Ayunda Maharani muncul sebagai karakter yang memberikan kehangatan dan dukungan pada Biru, membawa nuansa haru dan persahabatan yang menggugah. Ditambah dengan cerita masa kecil dan pengalaman pahit yang membentuk karakter Biru, membuka perspektif pembaca terhadap kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan.
Penggunaan gaya bahasa yang menggambarkan suasana hati dan kondisi fisik membuat pembaca terhubung secara emosional dengan cerita. Meskipun mengandung elemen dramatis, cerita ini menyisipkan keindahan dan harapan melalui pertemuan Biru dengan Ayunda, memberikan nuansa optimisme.
Sebagai saran, pengembangan lebih lanjut pada dinamika hubungan antarkarakter dan perubahan karakter utama dapat memperkaya narasi. Pemaparan lebih lanjut terkait resolusi terhadap bullying juga bisa menjadi elemen yang signifikan untuk dijelajahi dalam pengembangan cerita ini.
Pembaca diajak menyelam ke dalam kisah tragis tentang perjuangan seorang siswa yang terpinggirkan dan di-bully di sekolahnya. Penggambaran kehidupan Biru sebagai anak dari keluarga sederhana yang harus bekerja keras untuk membantu orang tuanya memberikan nuansa realisme pada cerita.
Pembaca disuguhkan dengan gambaran kejamnya bullying yang dialami Biru oleh Januarta dan teman-temannya. Cerita ini menyoroti realitas bahwa tidak semua siswa merasakan kebahagiaan dan keindahan masa SMA, terutama bagi mereka yang mungkin kurang beruntung dalam hal keuangan.
Keteguhan hati Biru untuk tetap belajar dan menjadi siswa berprestasi meskipun dihadapkan pada tekanan emosional dan fisik memberikan sentuhan optimisme. Penggambaran hubungan keluarga dan perasaan Biru terhadap kaca mata yang dihasilkan dari jerih payah ayahnya memberikan dimensi emosional yang mendalam.
Meskipun cerita ini menciptakan dampak emosional yang kuat, pembaca mungkin menginginkan lebih banyak pengembangan karakter dan resolusi terhadap kasus bullying yang dialami Biru. Penggambaran konflik internal Biru dan upaya untuk mengatasi trauma mungkin dapat lebih dijelaskan untuk memberikan kejelasan pada perjalanan karakter utama, sehingga pembaca mendapatkan gambaran menyentuh tentang keberanian dan keteguhan seorang siswa di tengah cobaan berat.
Dengan keberanian dan kegigihan Biru dalam menghadapi kehidupannya yang sulit, cerita ini memberikan pesan-pesan inspiratif. Pembaca akan melihat perjuangan seorang pemuda yang dihadapkan pada berbagai tantangan hidup.
Pendapat Biru tentang hidup, pergi, dan mengikhlaskan menciptakan dimensi filosofis yang memberikan nilai lebih pada narasi. Keputusan Biru untuk tetap optimis dan bekerja keras demi keluarganya, meskipun dihadapkan pada bully dan tekanan hidup, memberikan sentuhan kepahlawanan yang memotivasi.
Dengan menjual kue sebagai usahanya, Biru menunjukkan bahwa keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru bisa membawa hasil positif. Cerita bertautan dengan realitas sosial di mana tidak semua orang memiliki kehidupan yang mudah, dan kadang-kadang, kebahagiaan datang dari upaya keras dan keikhlasan.
Dialog antara Biru dan Putri menciptakan momen emosional yang menyentuh, mengeksplorasi tema kehilangan dan ikhlas. Penuturan Biru tentang keinginannya kembali ke masa kecil menambahkan kedalaman pada karakternya.
Meskipun cerita ini penuh dengan momen yang mengharukan, pembaca mungkin ingin melihat lebih banyak pengembangan karakter dan perkembangan plot. Sebagai pembaca, kita mungkin ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana Biru mengatasi tantangan hidupnya dan bagaimana karakter-karakter lainnya berinteraksi dengannya.
Biru mewakili semangat keberanian, keikhlasan, dan tekad untuk tetap berjuang. Kita diajak masuk ke dalam kehidupan sehari-hari Biru dan interaksinya dengan keluarganya. Kisah ini menggambarkan kehangatan dan kebahagiaan dalam sederhana, menunjukkan bahwa kebahagiaan keluarga tidak selalu bergantung pada kemewahan materi.
Melalui interaksi antara Biru, Anjanu, Renjana, dan orang tua mereka, pembaca disuguhkan gambaran kehidupan keluarga yang penuh canda tawa, kasih sayang, dan kebersamaan. Penggambaran karakter Anjanu yang ceria dan pintar, Renjana yang polos, serta interaksi Biru dengan kedua adiknya menambah dimensi kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga.
Kisah ini juga menyoroti perjuangan Biru untuk membantu keluarganya dengan berjualan kue, menghadapi tantangan di sekolah, dan mencoba memberikan kebahagiaan kepada adik-adiknya. Meskipun dihadapkan pada kesulitan, Biru tetap optimis dan berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya.
Dialog-dialog dalam kisah ini menciptakan momen kebersamaan yang hangat dan penuh humor. Pembaca dapat merasakan kekompakan keluarga dan ikatan emosional di antara anggota keluarga tersebut.
Walaupun kelihatannya sederhana, kehidupan sehari-hari Biru mengandung pesan-pesan positif, seperti arti keikhlasan, kerja keras, dan kasih sayang dalam keluarga. Namun, pembaca mungkin ingin melihat lebih banyak perkembangan karakter dan konflik yang memberikan ketegangan pada cerita.
Dengan sentuhan keseharian yang akrab, memberikan kesan bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam hal-hal sederhana dan kasih sayang keluarga. Membawa pembaca melalui kisah seorang remaja yang menghadapi cobaan berat di sekolahnya. Dalam kehidupan sehari-hari, Biru Erlangga Mahaputra mencoba bertahan dan berjuang melalui berbagai rintangan, termasuk bullying yang dilakukan oleh rekan-rekannya.
Kisah ini menggambarkan perasaan Biru yang terkadang merasa kesepian di sekolah, di mana sulitnya bersosialisasi membuatnya ingin cepat pulang ke rumah. Namun, keberanian Biru tampak saat ia memutuskan untuk berjualan kue setelah pulang sekolah, mengambil inisiatif untuk membantu keluarganya. Dengan mimpi memiliki toko kue sendiri di masa depan, Biru menunjukkan ketekunan dan semangat wirausaha.
Dinamika hubungan antara Biru dan Ayunda memberikan dimensi emosional yang kuat pada cerita. Ayunda hadir sebagai sosok teman yang peduli dan berani melawan ketidakadilan. Interaksi antara karakter-karakter ini membawa pesan tentang arti sejati dari persahabatan dan keberanian dalam menghadapi kesulitan.
Penggambaran adegan bullying di sekolah memberikan gambaran yang realistis dan menggugah empati pembaca terhadap perjuangan Biru. Melalui karakter Ayunda, cerita juga menyoroti pentingnya berdiri untuk kebenaran dan membela yang lemah.
Cerita ini tidak hanya mengangkat tema bullying, tetapi juga menggambarkan harapan, mimpi, dan semangat hidup. Meskipun menghadapi rintangan, Biru tetap berusaha keras dan menemukan dukungan dalam bentuk persahabatan.
Meski cerita ini menciptakan kesedihan dan kepahitan, pada akhirnya, pesan positif tentang keberanian, persahabatan, dan semangat tetap bersinar dalam kisah hidup Biru Erlangga Mahaputra.
Baca Juga: BUKU BANDUNG #69: Menyingkap Dampak Perundungan Lewat Buku Foto Bully
BUKU BANDUNG #70: Tilik Bantala Hawa, Bukan Sekadar Dongeng Pengantar Tidur
BUKU BANDUNG #72: Konflik antara Manusia dan Gunung dalam Perspektif Kebudayaan Sunda
Membawa Kota Hidup dalam Eksplorasi
Kelebihan utama dari novel "Kota Bandung dan Biru" adalah kemampuan penulisnya dalam menggambarkan kota Bandung dengan detail yang memukau dan mendalam. Titis Basino berhasil mengeksplorasi beragam aspek kehidupan di kota tersebut, mulai dari budaya hingga sejarahnya, serta menyoroti perubahan sosial dan lingkungan.
Dengan deskripsi yang kaya dan imajinatif, Basino mampu membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang ia ciptakan, menjadikan kota Bandung bukan hanya sebagai latar belakang, tetapi sebagai karakter yang hidup dalam cerita. Selain itu, kelebihan lainnya adalah kedalaman karakter yang dibangun dengan baik, membawa pembaca untuk menyelami kehidupan, konflik, dan perjalanan emosional dari setiap tokoh dalam novel ini.
Namun demikian, meskipun "Kota Bandung dan Biru" menawarkan banyak hal yang memikat, beberapa pembaca mungkin merasa bahwa plot novel ini terlalu lambat atau tidak begitu bersemangat. Meskipun deskripsi yang detail tentang kota Bandung menjadi kelebihan, namun bagi sebagian pembaca, hal ini mungkin membuat alur cerita terasa berjalan lambat.
Selain itu, ada juga beberapa karakter yang mungkin terasa kurang tergarap dengan baik, meninggalkan beberapa pertanyaan yang belum terjawab di akhir cerita. Hal ini bisa membuat pembaca merasa kurang puas dengan perkembangan karakter atau resolusi konflik dalam novel. Meskipun demikian, hal ini mungkin tergantung pada preferensi masing-masing pembaca dan tidak mengurangi kualitas keseluruhan dari karya sastra ini.
Buku "Kota Bandung dan Biru" layak untuk dibaca karena mampu menyajikan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat tentang kehidupan di sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya. Dengan kemampuan penulisnya dalam menggambarkan kota Bandung dengan detail yang memikat, pembaca akan dibawa untuk merasakan atmosfer dan pesona kota tersebut secara langsung.
Melalui karakter-karakter yang kuat dan kompleks, pembaca dapat memahami lebih dalam tentang beragam aspek kehidupan, termasuk cinta, persahabatan, kehilangan, dan pencarian identitas. Buku ini juga memberikan pengalaman yang mendalam tentang kontras antara modernitas dan keaslian, serta perjuangan untuk mempertahankan identitas lokal di tengah arus globalisasi.
Dengan kata lain, membaca "Kota Bandung dan Biru" tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan budaya di sebuah kota yang begitu berwarna.
Informasi Buku
Judul: Kota Bandung dan Biru
Penerbit: Akad x Tekad
Kategori: Fiksi
Sub-Kategori: FAMILY-TEEN FICTION
Judul: Kota Bandung dan Biru
Harga: Rp 99.000
Penulis: Niawidia
Editor : Dian Anggraeni, Ikhwan Pahri
Layouter: Dian Anggraeni
Ukuran: 14 x 20 cm
Halaman: 250 halaman
Jenis Kertas Isi: Bookpaper 52 gram
*Kawan-kawan bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Triana Nurlaely, atau artikel-artikel lain terkait Resensi Buku Bandung