• Kolom
  • PAYUNG HITAM #25: Cerita Orde Baru yang (mungkin) Terjadi Kembali

PAYUNG HITAM #25: Cerita Orde Baru yang (mungkin) Terjadi Kembali

Pembungkaman dan kriminalisasi pada suara-suara kritis yang mengkritik pemerintah semakin sering terjadi. Jangan sampai kengerian zaman Orde Baru kembali.

Rizki Fauzan

Pegiat Aksi Kamisan Bandung

Di hadapan para pengendara, Wanggi Hoed mengingatkan Aksi Kamisan sudah berlangsung selama 17 tahun, Kamis, 18 Januari 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

16 Februari 2024


BandungBergerak.id – Gen Z selama ini hanya mendengar dan membaca mengenai hiruk-pikuk yang terjadi di zaman Orde Baru. Namun, bagaimana jika kengerian cerita zaman Orde Baru dirasakan Gen Z?

Orde Baru menjadi daya tarik tersendiri bagi Gen Z yang lahir justru setelah rezim otoriter tersebut runtuh. Sering kali kita sebagai Gen Z menanyakan kepada orang-orang yang telah lahir dan mengalami secara langsung hidup di zaman Orde Baru.

Dari berbagai cerita yang telah didengar, pembungkaman dan pengekangan masyarakat sipil menjadi magnet tersendiri bagi Gen Z yang tertarik akan isu-isu sosial.

Pembungkaman kepada masyarakat sipil ini bisa dilihat dengan banyaknya kasus penculikan dan pembunuhan kepada mereka yang saat itu aktif mengkritisi jalannya roda pemerintahan orde baru.

Selain penculikan, saat rezim Orde Baru juga ada sekelompok satuan yang bernama Petrus (Penembak Misterius) yang ditugaskan untuk memburu dan membunuh orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan wilayah. Perlu diingat bahwa pembunuhan yang dilakukan petrus tanpa proses pengadilan terlebih dahulu atau dapat disebut unlawful killing.

Baca Juga: PAYUNG HITAM #22: Seruan Merebut Ruang Kebebasan Sipil Warga!
PAYUNG HITAM #23: 17 Tahun Aksi Kamisan, Semakin Hilangnya Identitas Korban
PAYUNG HITAM #24: Aanmaning dan Ironi Pemilu bagi Warga Dago Elos

Orde Baru Tak Pernah Mati

Saat ini sudah 25 tahun pasca tumbangnya rezim Orde Baru yang ditandai dengan turunnya Soeharto dari jabatan presiden RI. Seperempat abad yang lewat nyatanya tak serta merta mematikan nafas-nafas Orde Baru hingga hari ini.

Pada pemerintahan presiden Jokowi, pembungkaman dan kriminalisasi kepada orang-orang yang aktif mengkritik pemerintahan justru semakin sering terjadi. Cerita pemberangusan ruang-ruang sipil ini terjadi dengan berbagai cara dan metode. Doxing, peretasan, hingga jerat UU ITE menjadi beberapa metode baru yang dilakukan oleh penguasa saat ini untuk membungkam masyarakat sipil yang kritis.

Pada saat rezim Orde Baru, membicarakan isu-isu sensitif menjadi hal yang tabu. Jangankan untuk membicarakannya di ruang-ruang publik, bahkan ketakutan tersebut membuat seorang ayah akan meminta sang-anak untuk berhenti bertanya walau ada di dalam rumahnya sendiri.

Reformasi kemudian membuka ruang-ruang demokrasi dan kebebasan masyarakat sipil untuk mengkritisi pemerintahan. Namun, pada hari-hari ini tampaknya akan kembali dirampas dengan berbagai pengekangan dan pembungkaman akan suara-suara kritis yang semakin banal terjadi pada rezim Jokowi ini. Cerita-cerita mengerikan yang terjadi di era Orde Baru, rasanya hari ini dapat dirasakan dan dialami oleh Gen Z.

Jalan Buntu Demokrasi

Aktor-aktor kekerasan yang hingga hari masih menguasai kursi pemerintahan, pembungkaman pada masyarakat sipil yang kritis, adalah beberapa jalan terjal yang harus dihadapi dalam mempertahankan ruang-ruang demokrasi yang diperjuangkan masyarakat sipil. Perjuangan hari ini sepertinya menemui titik nadir dan hantaman keras.

Terduga pelanggar HAM yang tetap mencalonkan diri menjadi seorang presiden adalah tanda bagaimana para penguasa sama sekali tidak memedulikan suara sipil. Juga menjadi tanda keengganan pemerintah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang disuarakan masyarakat sipil.

Dengan panjang dan terjalnya jalan memperjuangkan demokrasi memerlukan adanya penguatan masyarakat sipil. Atau, jangan-jangan kengerian cerita Orde Baru yang selama ini hanya didengar akan dialami secara langsung oleh Gen Z.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//