• Berita
  • Kawanan Monyet Liar Merambah Permukiman Kota Bandung, Kehilangan Hutan dan Makanan Diduga Kuat Menjadi Penyebabnya

Kawanan Monyet Liar Merambah Permukiman Kota Bandung, Kehilangan Hutan dan Makanan Diduga Kuat Menjadi Penyebabnya

Warga Bandung dihebohkan dengan berkeliarannya monyet-monyet di sekitar permukiman. Alih fungsi lahan hutan mendorong kawanan monyet turun ke kota.

Monyet ekor panjang di permukiman rumah warga. (Sumber: tangkapan layar video warganet melalui laman ITB)*

Penulis Awla Rajul2 Maret 2024


BandungBergerak.id - Kawanan satwa liar berjenis kera ekor panjang terpantau turun tengah-tengah permukiman Kota Bandung, Rabu-Kamis, 28-29 Februari 2024. Satu kawanan monyet liar itu terpantau di beberapa tempat, seperti di Sukaluyu, Simpang Dago, Kompleks Dago Asri, Pahlawan, dan Pussenif, Jalan Katamso. Kawanan monyet diduga kekurangan makanan dari habitat alaminya yang tergerus alih fungsi lahan.

Pedagang Basreng di Jalan Cisokan, tepat di depan Pussenif, Nanang (43 tahun) melihat langsung kawanan monyet berada di kawasan itu sekitar pukul 11 siang. Ada enam ekor monyet yang awalnya terlihat di atas atap sebuah bangunan pertokoan di Jalan Katamso.

“Terus nyebrang kabel, ke sini (di depan taman tempat Nanang berdagang). Saya juga takut tadi, ditutup (dagangannya), takutnya cari makanan kan. Terus ke sini pindah, ke pohon ini,” Nanang menunjuk deretan pohon di taman. “Sudah gitu gak tahu ke manalah. Dia itu larinya ke sana (menunjuk ke arah Timur).”

Selama dua tahun berdagang di kawasan itu, Nanang baru pertama kali melihat fenomena kawanan monyet di sana. Ia heran dan penasaran penyebab kedatangan hewan berjenis primata itu. Bahkan masyarakat sekitar sempat panik dan was-was hingga merekam kejadian langka ketika para monyet berjalan dari satu pohon ke pohon lainnya dan melintas di kabel listrik.

Meski begitu, kawanan monyet tidak mengganggu aktivitas manusia. Mereka hanya bertahan di atas pohon, berpindah, lalu tak terlihat lagi.

“Semua orang juga tanda tanya kan, kenapa? Ya mungkin dari sananya ada kejadian kalau emang ada hewan lari ke sini, mungkin ada kejadian alam atau apa gitu,” terangnya.

Namun Nanang khawatir monyet-monyet liar membawa virus, salah satunya rabies. Ia berharap kawanan monyet ditangkap lalu dilepasliarkan ke habitat asalnya.

Sehari sebelumnya, kawanan monyet terlihat di Kompleks Dago Asri. Salah seorang warga, Dudun, menceritakan grup WA komplek sempat ramai dengan kiriman-kiriman video kawanan monyet yang tengah bertengger dan melintas di beberapa rumah di Dago Asri IV.

“Hari ini gak ada yang nongol. Itu yang bikin aneh itu, ini monyet dari mana. Selama hampir tiga tahun saya kerja di sini, baru kali ini,” ungkap Dudun, yang tahu kedatangan kawanan monyet dari video yang tersebar.

Baca Juga: IPB Kembangkan Teknologi Artificial Intelligence untuk Tanggulangi Perburuan Satwa Liar
Membela Kesejahteraan Satwa di Tengah Konflik Aset Kebun Binatang Bandung
Bayang-bayang Aparat di Balik Praktik Perdagangan Satwa Dilindungi

Kehilangan Pakan dan Alih Fungsi Lahan

Dosen Ahli Ekologi Manusia, Etnobiologi, dan Manajemen Agroekosistem Universitas Padjadjaran Johan Iskandar menduga, kawanan monyet liar itu turun ke kota karena berkurangnya jenis makanan atau berkurangnya luasan habitat. Menurutnya, terdapat beberapa kawasan di Kota Bandung yang menjadi kantung kawanan monyet liar, salah satunya di Tahura Ir. Djuanda atau kawasan Gunung Manglayang.

Johan pernah melakukan penelitian Amdal (Analisis Masalah Dampak Lingkungan) pembangunan bendungan Jatigede. Saat itu, kawanan monyet turun ke kawasan permukiman dan kebun warga karena berkurangnya luasan habitat yang disebabkan pembangunan bendungan Jatigede. Sebelum waduk Jatigede dibangun, di situ dulunya terdapat kantong-kantong habitat satwa.

“Jadi menurut saya, kalau itu liar, berarti ada sesuatu di habitatnya. Kekurangan makan atau berkurangnya luasan, termasuk berkurangnya jenis-jenis pakan,” terang Johan melalui sambungan telepon, Kamis, 29 Februari 2024.

Monyet menyenangi kawasan kebun-kebun tradisional, yaitu kebun campuran perpaduan jenis-jenis sayur semusim, pohon kayu, dan buah-buahan yang membentuk vegetasi seperti hutan. Struktur vegetasi seperti ini dulunya banyak di daerah aliran sungai (DAS) Citarum. Dalam perkembangannya, kawanan DAS Citarum mengalami alih fungsi menjadi kebun komersial atau pembangunan lainnya.

“Tanaman yang tadinya berlapis-lapis tajuk vegetasinya, seperti hutan, kalau hanya ditanami sayuran, jadi hilang pepohonan. Alih fungsi seperti itu juga menyebabkan si monyet kehilangan habitatnya. Jadi mungkin itu juga salah satu faktor alih fungsi lahan yang menyebabkan berubahnya habitat untuk monyet,” terang Johan.

Johan memahami kekhawatiran masyarakat terkait turunnya kawanan monyet ke kota sebagai pertanda bencana. Kepercayaan ini merupakan seperangkat pengetahuan ekologi tradisional yang saat ini luntur.

Profesor lingkungan ini menerangkan, masyarakat dulu melihat pertanda akan terjadinya gunung meletus, misalnya, dari kawanan satwa liar yang turun ke kaki gunung dan enggan kembali ke habitatnya. Sayangnya, pengetahuan ekologi tradisional ini semakin luntur, didesak oleh pengetahuan modern. Pengetahuan ekologi tradisional dianggap tidak ilmiah, ketinggalan zaman, bahkan dianggap tahayul. Padahal, jika dikaji secara ilmiah, satwa liar memiliki insting yang lebih sensitif terhadap tanda-tanda bencana alam, sehingga mereka bisa merasakan gejala alam lebih dulu dibanding manusia.

“Akibat (kuatnya pemahaman) pengetahuan ekologi tradisional ini, tidak banyak korban bencana. Nah belakangan ini makin sulit diprediksi dan mungkin pengetahuan lokal udah luntur. Jadi kalau ada bencana itu lebih banyak yang meninggal kalau dibandingkan dulu,” jelas Johan.

Senada dengan Johan, Kurator Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) Ganjar Cahyadi melihata ada tiga kemungkinan penyebab monyet liar berkeliaran di kota. Pertama, kelompok monyet merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya.

Jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan tersebut biasanya relatif cepat. Hal ini karena primata memiliki insting lebih kuat. Penyebab kedua, mungkin hewan ini mencari makan ke tempat lain karena di tempat sebelumnya sumber daya makanan menipis sementara populasinya banyak.

Penyebab ketiga, mungkin adanya kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. Beliau mengatakan, hewan ini membentuk kelompok-kelompok. Biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok. Apabila penyebabnya adalah kompetisi antar kelompok, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya.

"Bisa jadi kawasan perkotaan itu dianggap 'kosong' atau tidak dikuasai oleh kelompok lain," tuturnya, diakses dari laman ITB. https://www.itb.ac.id/berita/3-kemungkinan-penyebab-monyet-berkeliaran-di-kota-bandung-tanda-bencana-alam-kekurangan-makanan-dan-kompetisi/60387

Hal tersebut dapat terjadi karena monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya. Oleh karena itu, pergerakannya cenderung bebas hingga ke area permukiman. Mereka pun dapat bergerak dengan bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi sehingga dapat naik ke genteng, kabel, dan sebagainya.

Apakah Monyet Ekor Panjang Mengancam Manusia?

Ketika monyet ekor panjang memasuki permukiman, Ganjar Cahyadi mengimbau warga agar tidak mengganggu, menyudutkan, atau memberi makan mereka. Hal ini dilakukan agar hewan tersebut tidak mengalami perubahan perilaku yang mengancam manusia.

"Jika diberi makanan, monyet bisa jadi tidak takut lagi kepada manusia. Bahkan sebaliknya meminta-minta makanan hingga pergeseran perilaku seperti 'mencuri'. Misalnya, ketika ada warga yang membawa tentengan, mereka mengejar karena mengira itu makanan," ujarnya.

Selama tidak mengganggu dan membahayakan seperti menyakar atau menggigit, warga diimbau untuk membiarkan saja hewan tersebut.

Ia menjelaskan, monyet merupakan primata arboreal (primata yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan). Namun mereka juga pun bisa berpindah ke atas tanah bahkan, bisa berenang. “Karena itu, jika diberi ruang seperti diberi makan, diganggu, dan disudutkan, khawatirya akan mengubah perilakuknya sehingga lebih mengancam manusia," tuturnya.

Ketika hewan tersebut tidak menemukan kondisi ideal untuk tinggal di perkotaan, mereka akan kembali lagi ke tempat asalnya. Karena secara alami mereka tinggalnya di sana.

Untuk penyebab pasti mengapa monyet-monyet turun ke kota, diperlukan penelitian langsung. Ganjar sudah berdiskusi dengan pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat terkait masalah ini. Jika terjadi situasi yang mengancam, ia mengimbau warga agar melaporkan hal tersebut kepada pihak terkait seperti BBKSDA Jabar.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Awla Rajul atau artikel lain tentang satwa liar atau monyet liar

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//