• Berita
  • Lumbung Kota, Tanggapan Kolektif Orang-orang Muda Bandung terhadap Krisis Beras

Lumbung Kota, Tanggapan Kolektif Orang-orang Muda Bandung terhadap Krisis Beras

Di tengah krisis beras, Pasar Gratis Bandung menginisiasi gerakan Lumbung Kota sebagai ruang saling berbagi antarwarga. Pemerintah sering absen.

Suasana gerakan Lumbung Kota yang digagas Pasar Gratis Bandung di Taman Pasupati, Kota Bandung, Sabtu, 2 Maret 2024. (Foto: Ryamizar Hutasuhut/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Jadid Alfadlin 3 Maret 2024


BandungBergerak.id – Menanggapi krisis beras dalam beberapa pekan terakhir, orang-orang muda yang tergabung dalam komunitas Pasar Gratis Bandung menginisiasi gerakan saling tolong (mutual aid) yang diberi nama Lumbung Kota, Sabtu, 2 Maret 2024, di Taman Pasupati, Kota Bandung. Mereka secara cuma-cuma membagikan beras dan beberapa kebutuhan pokok lain kepada warga sembari berharap gerakan serupa meluas di banyak titik lain.

“Langkah awalnya, kita membuat satu lumbung, satu ruang yang akhirnya di situlah tempat orang bisa berbagi kemudian menyisihkan uangnya untuk akhirnya dibelikan beras dan diberikan pada orang lain,” kata Gofar selaku perwakilan Pasar Gratis Bandung.

Dalam Lumbung Kota kali ini sekitar 125 kilogram beras habis dibagikan kepada warga dalam satu jam pertama pembagian. Setiap orangnya memperoleh sekitar dua kilogram beras.

Selain pembagian beras gratis, tersedia beberapa lapakan lain yang disediakan secara kolektif oleh orang-orang muda. Ada lapakan pakaian layak, layanan cukur, dapur umum, koleksi buku bacaan oleh Perpustakaan Jalanan Bandung, serta aktivasi musik dari berbagai lini kolektif. Semuanya dapat diakses secara gratis dan terbuka untuk siapa pun.

Dijelaskan Gofar, Lumbung Kota berusaha menjadi tempat bagi siapa pun tanpa terkecuali untuk saling berbagai dan peduli. Tak ada syarat khusus untuk orang dapat menerima beras yang diberi secara gratis. Hal ini pun berlaku untuk mereka yang mau memberi. Siapa pun bisa turut membantu gerakan ini dengan berdonasi atau dengan cara-cara lainnya. Konfirmasi keterlibatan dilakukan melalui akun instagram Pasar Gratis Bandung.

Gak ada target khusus. Siapa pun berhak mendapatkan beras ini, tapi realitas sosialnya, yang mengantre itu teman-teman homeless, teman-teman kaum miskin kota, kayak gitu,” ujarnya.

Para pegiat Lumbung Kota berharap agar semakin banyak orang atau jaringan yang bersedia berbagi dan terlibat dalam gerakan ini. Dukungan mereka amatlah penting karena pada kenyataannya masih banyak orang yang masih kesulitan memenuhi kebutuhan pokok keluarga, termasuk beras. Gerakan kolektif seperti ini pada akhirnya menjadi sebentuk protes atau kritik terhadap pemerintah yang absen di tengah permasalahan serius yang menjerat warganya.

“Setiap manusia mempunyai dasar untuk saling memenuhi hidup,” kata Gofar mengutip Peter Kropotkin, tokoh anarkisme terkemuka asal Rusia. “Hidup untuk saling memenuhi hidup orang lain.”

Diketahui, harga beras melambung tinggi hampir di seluruh wilayah di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir. Angkanya saat ini jauh meninggalkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah pada Maret 2023 silam senilai 13.900 rupiah per kilogram. Banyak warga terdampak anomali harga ini.

Lumbung Kota hadir sebagai gerakan rakyat untuk saling peduli dan saling bantu dan tidak melulu menadahkan tangan pada bantuan pemerintah yang sering kali absen. Meniru praktik baik di di Kampung Adat Ciptagelar, beras dikumpulkan dalam satu lumbung untuk kemudian dibagikan secara merata kepada mereka yang membutuhkan.

Warga memilih pakaian-pakaian yang ada di lapangan Pasar Gratis Bandung dalam gerakan Lumbung Kota, Sabtu, 2 Maret 2024. (Foto: Ryamizar Hutasuhut/BandungBergerak.id)
Warga memilih pakaian-pakaian yang ada di lapangan Pasar Gratis Bandung dalam gerakan Lumbung Kota, Sabtu, 2 Maret 2024. (Foto: Ryamizar Hutasuhut/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Menjelang Ramadan Harga Beras masih Bergejolak, Komunitas Pasar Gratis Bandung Bergerak
Dukungan untuk Wadas dari Aksi Kamisan Unisba, Aksi Kamisan Bandung dan Pasar Gratis Bandung
Lapak Komunitas Pasar Gratis Bandung Dibubarkan Satpol PP

Bersyukur Bisa Makan

Di salah satu sudut di antara lapakan, empat perempuan paruh baya duduk berjejer memangku tas dengan isi yang dipenuhi pakaian dan dua kilogram beras. Mereka berteduh menunggu hujan reda untuk bisa pulang.

“Alhamdulilah bersyukur bisa makan, bersyukur punya baju, punya beras. Jadi gak kekurangan. Baju bisa dipakai, perut bisa kenyang,” ujar Wulan, satu dari empat ibu-ibu itu.

Wulan, seorang ibu rumah tangga, mengaku mengetahui informasi mengenai kegiatan Lumbung Kota dari salah seorang temannnya. Dia datang bersama beberapa tetangga di kawasan Cilaki.

 membagikan beras gratis ini dari temannya yang bernama Sinta. Mendapatkan informasi tersebut, Wulan yang berkediaman di Cilaki pun langsung datang bersama beberapa Ibu-ibu lainnya.

“Mudah-mudahan ada terus-terusan, jadi ke kitanya enggak ada kelaparan,” ujarnya.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Muhammad Jadid Alfadlin atau artikel-artikel lain tentang Pasar Gratis Bandung

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//