• Berita
  • Hasil Rekapitulasi Pemilu Kota Bandung, Dari Petahana PKS hingga Melambungnya Suara Komeng

Hasil Rekapitulasi Pemilu Kota Bandung, Dari Petahana PKS hingga Melambungnya Suara Komeng

Pemilu 2024 mengukuhkan Bandung sebagai basisnya PKS. Di level DPD, rekapitulasi suara komedian Komeng meroket mengungguli suara artis lainnya Jihan Fahira.

Rekapitulasi Pemilu 2024 di KPU Jawa Barat, 15 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia /BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul18 Maret 2024


BandungBergerak.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung telah mengeluarkan hasil penghitungan perolehan suara Pemilihan Umum (Pemilu) yang diselenggarakan 14 Februari 2024 lalu. Pasangan calon 02 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming mengantongi suara lebih dari 50 persen. Di pemilihan legislatif, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meraih suara terbanyak dan menjadi partai petahana untuk kedua kalinya.

Paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memperoleh sebanyak 546.484 suara (35.3 persen), Paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming memperoleh 813.925 suara (52.6 persen), dan paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD memperoleh 188.317 suara (35.3 persen). Jumlah seluruh suara sah berjumlah 1.548.726 suara. Hasil rekapitulasi KPU Kota Bandung ini bersumber dari Model D Hasil Kabko-PPWP.

Adapun hasil perhitungan perolehan suara DPR RI pada Pemilu 2024 di tingkat Kota Bandung, Partai Golongan Karya (Golkar) memperoleh suara tertinggi sebesar 300.401 suara. Urutan kedua dan ketiga suara terbanyak dimiliki oleh PKS sebanyak 286.567 suara, dan Partai Gerindra sebanyak 178.567 suara.

Secara berturut-turut perolehan suara partai keempat terbanyak dan seterusnya adalah: PDIP 134.117 suara, PKB 110.978 suara, Demokrat 110.419 suara, Nasdem 100.927 suara, PSI 75.710 suara, PAN 66.985 suara, Perindo 23.253 suara, Gelora 17.520 suara, PPP 13.987 suara, Buruh 11.797 suara, Hanura 8.736 suara, Ummat 7.684 suara, PBB 3.923 suara, Partai Garuda 2.660 suara, dan Partai Kebangkitan Nusantara 1.301 suara.

Kemudian hasil perhitungan perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD Tingkat Kota Bandung, PKS memperoleh suara yang tertinggi, terutama di Dapil 3, Dapil 1, dan Dapil 4 di Kota Bandung. Setelah PKS, partai lainnya yang memperoleh suara tertinggi adalah Partai Gerindra, Golkar, PDIP, PBB, Demokrat, dan PSI.

Hasil perhitungan perolehan suara anggota DPD Tingkat Kota Bandung, calon anggota DPD Jawa Barat nomor 10 Alfiansyah Komeng mengungguli suara terbanyak dan jauh signifikan dibandingkan dengan calon lain. Pelawak ini memperoleh suara di Kota Bandung sebanyak 336 318 suara. Setelah Komeng, calon DPD nomor 39 yang juga artis, Jihan Fahira memperoleh suara kedua terbanyak, yaitu 121.694 suara. Suara terbanyak ketiga dan keempat diperoleh oleh nomor 11 Amang Syafrudin sebanyak 83.710 suara dan nomor 2 Aanya Rina Casmayanti sebanyak 80.126 suara.

Hasil perhitungan perolehan suara DPRD Provinsi Jawa Barat di tingkat Kota Bandung, PKS merupakan partai yang memiliki suara terbanyak. PKS memperoleh 337.051 suara. Secara berturut-turut dari yang terbanyak kedua dan selanjutnya adalah: Gerindra 200.415 suara, Golkar 154.727 suara, PDIP 152.589 suara, Nasdem 109.404 suara, Demokrat 99.312 suara.

PKB memperoleh 98.970 suara, PSI 89.686 suara, PAN 74.306 suara, PPP 25.184 suara, Perindo 22.818 suara, Gelora 16.775 suara, Partai Buruh 16.447 suara, Partai Ummat 9.350 suara, Partai Hanura 6.964 suara, PBB 5.176 suara, Partai Garuda 4.267 suara, dan Partai Kebangkitan Nusantara sebanyak 1.374.

PKS Meneguhkan Posisi Petahana di Bandung

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Polsaight sekaligus Dosen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Yusa Djuyandi berpendapat, Partai Golkar bisa memperoleh suara terbanyak di DPR RI Kota Bandung karena sosok Atalia Praratya, istri mantan Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

“Golkar itu untuk perolehan suara untuk DPR RI itu banyak karena sebenarnya di situ ada sosok ibu Atalia. Jadi saya kira ada pengaruh yang sangat signifikan dari masuknya ibu Atalia sebagai caleg,” terang Yusa, melalui sambungan telepon, Jumat, 15 Maret 2024.

Yusa menjelaskan, masuknya Atalia sebagai caleg DPR RI dari Partai Golkar telah menggeser posisi PKS yang tahun lalu memperoleh suara terbanyak di Kota Bandung. Namun begitu, menurut Yusa, posisi PKS di posisi kedua terbanyak pun disebabkan basis massa pendukung yang sangat kuat di Jabar 1 yang dimiliki oleh Ledia Hanifa, caleg DPR RI dari PKS.

Meski di DPR RI tingkat Kota Bandung Golkar unggul, tetapi perolehan suara PKS di DPRD Provinsi dan DPRD Kota di Kota Bandung menduduki peringkat pertama terbanyak. Hal itu disebabkan PKS merupakan partai petahana dan rekam jejaknya mengusung Ridwan Kamil dan Alm. Oded M. Danial saat Pilwalkot sebelumnya. Gerindra bahkan tidak berhasil menyalip perolehan suara PKS di Kota Bandung.

“Kegagalan Gerindra untuk mengkooptasi suara di Kota Bandung karena ada faktor Yana (Yana Mulyana, mantan wali kota Bandung) terlibat kasus korupsi. Sehingga Gerindra gagal menyalip PKS. Pada akhirnya PKS tetap bertahan untuk di DPRD kota dan juga provinsi,” kata Yusa.

Meski PKS mengungguli perolehan suara DPRD Kota dan Provinsi di tingkat Kota Bandung, Paslon 02 Prabowo-Gibran memperoleh suara terbanyak di Kota Bandung. Yusa menjelaskan, bahwa memang tidak bisa diselaraskan perolehan suara tertinggi Pileg dengan perolehan suara tertinggi Pilpres. Atensi dan orientasi masyarakat dalam hal Pileg dan Pilpres berbeda.

Di Pilpres, masyarakat akan fokus berbicara tentang sosok yang dinilai pantas untuk memimpin Indonesia. Menurut Yusa, sulit untuk melepaskan sosok Prabowo yang sudah berkali-kali maju dalam Pilpres. Dari informasi yang diperoleh dari masyarakat, lanjut Yusa, menjatuhkan pilihan kepada paslon 02 disebabkan oleh kesempatan terakhirnya maju di Pilpres dan dinilai sebagai sosok yang tegas, berlatar belakang militer, dan memiliki karisma pemimpin Indonesia.

“Kita tahu di pilpres sebelumnya suara Prabowo juga besar di Kota Bandung dan orang juga melihat ini kesempatan terakhir Prabowo. Kalau saya tanya ke masyarakat, mereka memilih Prabowo ya karena ada faktor rasa iba, di antaranya. Jadi lebih kepada peluang yang diberikan kepada Prabowo untuk jadi presiden karena ini merupakan momentum beliau. Kalau beliau tidak terpilih kan di 2029 beliau tertutup peluang. Jadi di Kota Bandung salah satunya itu,” ungkap Yusa.

Secara umum, Yusa menilai proses pemilu di Kota Bandung secara umum relatif baik, meski masih ada masalah politik uang. Makanya, Yusa menilai, masyarakat Kota Bandung sudah cukup cerdas untuk menentukan preferensi politik, baik untuk capres maupun partai-partai politik.

Di samping itu, perolehan suara PKS yang memuncak juga menegaskan bahwa PKS mulai mengukuhkan posisinya sebagai partai petahana di Kota Bandung. PKS bahkan dinilai telah memunculkan eksistensinya sebagai partai yang kuat di beberapa daerah lain di Jawa Barat. Karena ini, peta perpolitikan untuk bursa pilwalkot akan berdampak. Sebab, PKS akan jadi incaran sebagai rekan koalisi utama dalam pemilihan Wali Kota November mendatang.

“Sebab ibaratnya kalau tanpa PKS, akan sulit partai-partai lain untuk menggolkan kandidatnya, begitu. Harusnya sih, bagusnya PKS memunculkan calon sendiri karena dia sudah dua periode ini di DPRD Kota Bandung sebagai pemimpin,” tambah Yusa.

Meski begitu, Yusa menegaskan, bagaimanapun tiket maju di Pilwalkot dipegang oleh partai. Misal, dalam berbagai survei, Atalia memiliki kecenderungan yang positif. Tanpa direstui partai, ia tidak bisa melenggang maju sebagai calon. Kalaupun maju, Golkar membutuhkan koalisi dengan partai-partai lain. Di sinilah, PKS memiliki keunggulan karena perolehan suaranya yang tinggi selama dua periode.

Baca Juga: Pemberitaan Pemilu 2024 Dominan yang Remeh Temeh
Perebutan Pengaruh Partai Politik Berhaluan Agama dan Nasionalis di Jawa Barat Menjelang Pemilu 2024
Kenaikan Harga Beras di Bandung Tahun Ini Paling Parah, Jor-joran Bansos Menjelang Pemilu 2024 Diduga Penyebabnya

Komeng Meroket

Pelawak Alfiansyah Komeng maju sebagai calon anggota DPD Jawa Barat dan memperoleh suara paling banyak di Kota Bandung. Komeng memperoleh suara sebanyak 336 318 suara, jauh mengungguli suara artis lawas Jihan Fahira yang mengantongi 121.694 suara.

Yusa Djuyandi menilai, banyak faktor yang dapat dianalisa dari kemenangan Komeng di Kota Bandung. Faktor public figure menjadi salah satu sebab. Meski, banyak juga masyarakat yang awalnya tidak mengetahui kalau Komeng mencalonkan diri sebagai anggota DPD.

Karena ketokohan Komeng, ia bisa memperoleh suara yang banyak dengan mudah tanpa melakukan kampanye yang berarti. Faktor kedua karena “marketing”. Disengaja ataupun tidak, foto unik Komeng di kertas suara dan posisinya yang strategis berhasil menarik perhatian.

“Dari posisi dan juga fotonya. Jadi itu yang membuat setidaknya kalau saya tanya ke beberapa orang, ketika dia membuka surat suara langsung lihat dan unik fotonya. Ternyata Komeng yang muncul. Dari banyak orang yang saya temui, gak ada yang bicara soal aspirasi. Biasanya bahas soal ini, ketika buka surat suara ada Komeng dan juga baru tahu nyalon, lihat foto unik, dia coblos,” kata Yusa.

Yusa menyebutkan, cara yang dilakukan oleh Komeng, terencana maupun tidak telah berhasil membawanya ke Senayan sebagai senator Jawa Barat. Adapun momen pemilu yang akan datang, cara Komeng mungkin saja difabrikasi oleh calon lainnya, namun belum tentu sukses. Boleh jadi sukses oleh Komeng karena sosoknya sebagai pelawak dan pas dengan gestur macam itu.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Awla Rajul, atau artikel-artiikel lain tentang Pemilu 2024 dan Pilpres 2024

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//