Kenaikan Harga Beras di Bandung Tahun Ini Paling Parah, Jor-joran Bansos Menjelang Pemilu 2024 Diduga Penyebabnya
Masyarakat Bandung resah menghadapi kenaikan harga beras. Operasi pasar bukan solusi jika uang warga tidak cukup untuk beli beras murah.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah21 Februari 2024
BandungBergerak.id - Harga beras mulai melambung menjelang Pemilu 2024. Usai Pemilu, harga kebutuhan pokok masyarakat ini tetap meroket. Warga Bandung mulai resah dengan gejolak harga beras ini. Ada dugaan kenaikan harga beras karena dipicu gelontoran bansos beras menjelang Pemilu lalu.
Kenaikan harga beras juga mencekik pedagang makanan dan para penjual beras sendiri. Mereka harus memutar otak untuk terhindari dari kerugian.
Zaki (32 tahun), pemilik Warteg Bahari di Kayu Agung Buah Batu menggeluhkan harga beras yang kini harga sekarungnya hampir 400 ribu rupiah. Padahal sebelumnya harga sekarung beras 300 ribu rupiah.
“Terus naik. Gak sampai satu minggu udah naik lagi. Sekarang 390 ribu (rupiah) per karung yang isinya 25 kilogram,” kata Zaki kepada BandungBergerak, Selasa, 20 Februari 2024.
Meski belum lama berjualan dan baru berjalan dua tahun usaha di bidang makanan, Zaki mengaku baru kali ini menghadapi melambungnya harga beras. “Paling mahal harga beras iya sekarang. Bingungnya gini kita mau belanja beras, duit dan untungnya tipis banget. Kita pakai beras yang umum dan biasa,” tutur Zaki.
Tak cukup tersiksa dengan kenaikan harga beras, harga-harga kebutuhan pokok lainnya pun kompak naik, seperti cabai, telor, dan sayur-sayur yang mulai naik.
Para pedagang beras juga menyebut baru kali ini harga beras naik begitu parah. Cecep (43 tahun), pedagang beras di Pasar Cangkring Suryani, Babakan Ciparay, Kota Bandung menceritakan beras lokal menjadi tinggi harganya disebabkan gagal panen.
“Ari model daerah (lokal) mah tidak ada yang panen, penyebabnya gagal panen, apalagi dikasih musim hujan kawas kieu mah, paling parah ayeuna mah. Ini hampir saminggon aya 3 kali (naik),” tutur Cecep, Senin, 19 Februari 2024.
Beras lokal medium yang dijual seharga 12 ribu rupiah kini harganya mencapai 15.000 rupiah per kilogram. Namun, keterbatasan stok lokal ini tertutup dengan beras impor. “Ku beas impor katutupan dari Pakistan, Thailand. Kebantulah,” ujar Cecep yang sudah berjualan beras selama 24 tahun.
Makin Melonjak Setelah Pemilu 2024
Jumlah permintaan dan pasokan yang tidak seimbang menyebabkan harga beras melambung. Ketua Odesa Indonesia Faiz Manshur menuturkan meski stok berasnya ada, akan tetapi bila adanya di luar pasar sama saja tidak ada.
“Kenaikan beras sekarang bukan karena siklus karena ketersediaan beras minim. Tapi karena ada stok beras yang berjalan di luar arus pasar,” terang Faiz, saat dihubungi, Senin, 19 Februari 2024.
Aktivis Odesa Indonesia yang bergerak di bidang pangan alternatif ini menjelaskan, bila stok di gudang Bulog ada, harga beras bisa berkorelasi dengan bantuan beras pemerintah yang digelontorkan selama bulan terakhir menjelang Pemilu 2024. “Bansos dan pemilu Jokowi itu jadi penyebabnya,” sebut Faiz.
Senada dengan Faiz, Anggota Komisi XI DPR RI Hidayatullah menilai kebijakan pemerintah yang melakukan jor-joran bansos beras diduga menjadi salah satu penyebab harga beras mahal dan stok langka di pasaran. Menurutnya, berdasarkan data BPS, faktor inflasi komoditas makanan adalah penyumbang inflasi terbesar.
“Peranan komoditas makanan mencapai 74,21 persen, sementara non makanan hanya sebesar 25,75 persen (Maret 2023), pemerintah harus segera mengatasi, apalagi disinyalir jor-joran bansos beras juga merupakan penyebab beras langka,” katanya, dikutip dari keterangan resmi.
“Rakyat mengeluh harga makanan terus melonjak naik, masalah ini terkait tata kelola yang masih semerawut kemudian data pangan yang tidak akurat hingga insentif bagi petani berkurang, terbukti beras produksi Indonesia menjadi yang termahal di antara negara produsen beras,” papar politisi Fraksi PKS ini.
Faktor harga beras yang tinggi saat ini disebabkan dominansi pasar beras di dalam negeri dikuasai oleh sekelompok konglomerat, yang semestinya dikuasai oleh negara lewat Perum Bulog. “Selain karena masalah keterbatasan pasokan, juga tata kelola beras selama ini masih amburadul,” ujarnya.
Selain beras, Hidayatullah menyebut berdasarkan data BPS beberapa komoditas yang perlu diwaspadai kenaikan harganya adalah cabai merah, beras, dan daging ayam ras.
“Karena kenaikan harga harga tersebut akan berpotensi menjadi penyumbang inflasi Februari 2024, tentu pemerintah tidak boleh tinggal diam karena yang terdampak adalah rakyat,” katanya.
Baca Juga: Sawah di Rancasari Ditargetkan Bisa Panen 4 Kali dalam Setahun, Irigasinya dari Mana?
Mengundang Banjir dari Menyusutnya Sawah Gedebage
Dampak Penggusuran Sawah dalam Pertunjukan Seni Ciganitri Kiwari
Stok Beras Kota Bandung Aman, Uangnya?
Saat ini Pemerintah Kota Bandung sedang melakukan operasi pasar murah di sejumlah kecamatan. Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono berharap opersi pasar bisa menekan harga beras. “Hal ini juga bertepatan dengan kenaikan harga beras yang kini dirasakan masyarakat,” tutur Bambang, dikutip dari siaran pers.
Bambang mengingatkan masyarakat agar tidak membeli berlebihan sebab stok beras SPHP di Gudang Bulog Kota Bandung masih tercukupi. Operasi Pasar Murah di Kota Bandung dimulai sejak 19 Februari hingga 1 Maret 2024, digelar di 30 Kecamatan Kota Bandung dan warga bisa mendapatkan beras SPHP dengan harga 10.600 rupiah per kilogram.
Namun, operasi pasar dinilai tidak menyentuh solusi mendasar di akar rumput. Faiz Manshur menyatakan, operasi pasar hanya solusi yang bersifat parsial.
“Rakyat itu beli juga karena situasi uang. Kalau ada pasar murah terus pas lagi tidak ada (uang) ya gimana. Pasar murah jauh, sama juga nambah ongkos,” ungkap Faiz.
Kemampuan masyarakat sendiri, lanjut Faiz, terbatas. Dalam sehari masyarakat kecil hanya bisa belanja rata-rata 15 ribu-25 ribu rupiah per hari. Mereka membeli beras hanya untuk mencukupi kebutuhan harian. “Beli yang pas, yang jalan kaki di warung terdekat,” jelas Faiz.
Operasi pasar beras murah di Kota Bandung menimbulkan pemandangan cukup miris karena antreannya yang panjang. Misalnya, warga Kecamatan Bandung Wetan antre untuk membeli beras dan bahan pangan murah di kolong jembatan layang Mochtar Kusumaatmadja (Pasupati), Bandung, 19 Februari 2024 lalu.
Persawahan di Bandung Terus Menyusut
Masalah pangan di Kota Bandung berkaitan dengan menipisnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang di dalamnya sawah. RTH Kota Bandung baru 12 persen, dari luasan kota yang mencapai 16.731 hektare. Angka RTH itu masih jauh dari relugasi yang dimandatkan, yakni 30 persen.
RTH Kota Bandung terdiri dari permakaman, taman kota, hutan kota, dan lahan pertanian atau sawah. Masalah pangan di Kota Bandung seharusnya bisa diatasi jika lahan-lahan pertanian tidak terkena alih fungsi menjadi bangunan.
Faktanya, penyusutan luasan sawah di Kota Bandung semakin hebat. Dari 2003, masih ada 2.104 hektare sawah dan tersisa 725 hektare di tahun 2017. Kurun 14 tahun itu, penguranan lahan sawah sebanyak 1.379 hektare, terjadi penyusutan 98,5 hektare setiap tahunnya.
Di Kawasan Timur Kota Bandung, Pemerintah Kota Bandung mencatat telah memiliki lahan abadi seluas 32,4 hektare. Akan tetapi panen sawah abadi itu hanya mencukupi total kebutuhan warga Kota Bandung sebanyak 600 ton per hari atau 5 persen. Sementara kebutuhan pangan di Kota Bandung kebanyakan dipasok dari luar Bandung.
**Kawan-kawan dapat menikmati karya-karya lain Muhammad Akmal Firmansyah, atau juga artikel-artikel lain tentang Harga Beras dan Pertanian