• Pemerintah
  • Data Luas Sawah di Gedebage 2014 dan 2021: Menyusut Deras Tergusur Pembangunan

Data Luas Sawah di Gedebage 2014 dan 2021: Menyusut Deras Tergusur Pembangunan

Penyusutan sawah di Gedebahe mencapai 368,42 hektare. Cisaranten Kidul mengalami penyusutan luas sawah paling drastis.

Penulis Reza Khoerul Iman27 Maret 2024


BandungBergerak.id – Perkembangan urbanisasi dan maraknya pembangunan di Kota Bandung berampak signifikan terhadap berkurangnya lahan terbuka hijau, termasuk di pinggiran kota. Salah satu contoh wilayah di Kota Bandung yang tergerus oleh ganasnya pembangunan adalah Gedebage.

Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan proyek-proyek raksaksa yang menyita lahan terbuka hijau terus digulirkan di Gedebage, seperti Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Summarecon, Stasiun KCJB Tegalluar, Masjid Al Jabbar, dan menjamurnya bisnis properti.

Akibatnya lahan terbuka hijau dalam bentuk sawah di wilayah timur Bandung itu terus mengalami penyusutan. Persawahan di empat kelurahan di Gedebage mengalami penyusutan secara signifikan dalam periode tujuh tahun terakhir (2014-2021). Empat kelurahan tersebut adalah Rancabolang, Rancanumpang, Cisaranten Kidul, dan Cimincrang.

Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistika (BPS) Kota Bandung dalam dokumen Kecamatan Gedebage dalam Angka, penyusutan luas sawah terus terjadi setiap tahunnya.

Pada tahun 2014, sawah yang terdapat di Rancabolang seluas 84 hektare, Rancanumpang 70,85 hektare, Cisaranten Kidul 254 hektare, dan Cimincrang 90 hektare. Total sawah di empat kelurahan ini 498,85 hektare.

Sementara pada tahun 2021, luas sawah yang terdapat di Rancabolang hanya tersisa 17 hektare, Rancanumpang 10,5 hektare, Cisaranten Kidul 43,5 hektare, dan Cimincrang 59,43 hektare. Total luas sawah di empat kelurahan ini tinggal 130,43 hektare.

Jika dibandingkan dengan tahun 2024, penyusutannya mencapai 368,42 hektare. Cisaranten Kidul sebagai kelurahan yang memiliki sawah paling luas mengalami penyusutan paling parah, yakni 210,5 hektare.

Gedebage, yang dulunya dikenal sebagai daerah agraris dengan luas sawah yang subur, kini mengalami transformasi menuju daerah perkotaan. Kawasan yang menjadi habitat burung blekok ini kini banyak dibangun infrastruktur, perumahan, pusat perbelanjaan, dan industri.

Di masa lalu, Gedebage adalah daerah yang merupakan rawa-rawa sisa peninggalan danau purba Bandung yang terbentuk sekitar zaman Plestosen akhir. Daerah Gedebage berada pada titik terdalam dari danau purba.

Surutnya danau Bandung Purba menyisakan banyak danau-danau kecil dan rawa-rawa payau di daerah Bandung. Itulah mengapa di Bandung, khususnya Gedebage, banyak memiliki daerah yang mengandung nama ci (cai), ranca, situ, bojong, dan tanjung yang menunjukkan sekaligus menjadi bukti pernah ada genangan air di daerah tersebut.

Baca Juga: GEDEBAGE BUKAN TEKNOPOLIS #1: Balada Banjir di Calon Pusat Kota
GEDEBAGE BUKAN TEKNOPOLIS #2: Berebut Jalan Menuju Masjid Al Jabbar
DATA PENDUDUK KECAMATAN GEDEBAGE 2008-2023: Jumlah Warga Terus Meningkat Seiring Menjamurnya Pembangunan

Namun, sering kali pembangunan yang terjadi secara besar-besaran merubah nama-nama yang telah melekat dengan lingkungannya dan sesuai konteks (tidak asal-asalan).

“Dengan banyaknya pembangunan perumahan, maka nama kompleks perumahan itu menggunakan nama perusahaannya, seperti Komplek Margahayu Raya, berada di sebelah timur, sangat jauh dari tempat yang bernama Margahayu, daerah yang sudah sangat terkenal sejak lama,” jelas T. Bachtiar dalam bukunya Bandung Purba.

Selain itu, di buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe yang ditulis oleh Haryoto Kunto memuat peta “District Oedjoengberoeng Kidoel” berdasarkan informasi dari buku F. de Haan, Priangan: de Preanger-Regentschappen onder het Nederlansche bestuur tot 1811 deel I (1910). Dalam peta tersebut daerah Gedebage menjadi bagian dari rawa bernama Moeras Geger Handjoeang.

Muras Geger Hanjuang merupakan rawa yang luas di daerah Bandung timur dengan batas genangan di utara berada di sekitar daerah Cicadas, batas barat berada di sekitar daerah Binong, batas selatan aliran Sungai Citarum, dan batas timurnya daerah Pangaritan. Rawa ini dahulu terkenal sebagai daerah angker dan penuh demit.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Reza Khoerul Iman, atau artikel-artiikel lain tentang Gedebage Bukan Teknopolis

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//