• Narasi
  • Laut, Ombak, dan Susi Pudjiastuti

Laut, Ombak, dan Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti mengingatkan bahwa gelar akademik bukan segalanya. Perempuan asal Pangandaran sekaligus pendiri Susi Air itu pernah menjabat menteri kelautan.

Alda Agustine Budiono

Pemerhati Sejarah dan Pengajar Bahasa Inggris

Tangkapan layar program Cek Ombak di Metro TV. (Sumber: Youtube Metro TV)

2 April 2024


BandungBergerak.id – “Kembali lagi di Susi cek ombak,... ke laut saja...!” Suara ceria ini akrab di telinga pemirsa Metro TV. Setiap hari Sabtu, jam 20.05 WIB, Bu Susi Pudjiastuti bersama co-host Kiky Saputri menyapa pemirsa melalui sebuah acara talk show. Di tiap episode, keduanya akan membahas berbagai topik dengan santai sambil melakukan berbagai aktivitas, seperti memasak.

“Kalau jadi menteri dikejar-kejar terus, ditanya-tanya terus. Kalau jadi host kan saya yang bertanya, jadi punya passion dan ritme yang menggelitik,” kata Bu Susi dalam channel YouTube Harian Kompas.

Bu Susi memang pernah menduduki posisi di kabinet sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan di Kabinet Kerja 2014-2019. Di masa kampanye pemilu 2024, programnya malah dinilai bermuatan politik karena logonya mirip dengan logo salah satu parpol peserta.

“Tapi semua orang curiga dengan nama ‘cek ombak’. Katanya cek ombak 2024. Terus katanya partai Nasdem. Nggak ada. Itu pure ide sebelum pandemi betul-betul merajalela, bulan April 2020, saat ketemu tim Metro TV,” tegas Bu Susi.

Ibu murah senyum berusia 59 tahun ini adalah pemilik PT ASI Pudjiastuti Marine Product, perusahaan yang mengekspor hasil-hasil perikanan. Tak heran kalau beliau dipercaya sebagai menteri yang tugasnya menjaga laut Nusantara. Bu Susi sangat menentang penangkapan ikan ilegal. “Tenggelamkan!” begitu perintah beliau, tindakan tegas terhadap kapal-kapal asing yang mencoba mencuri ikan di perairan Indonesia. 

Selain itu, Bu Susi juga mendirikan Susi Air, maskapai penerbangan yang melayani penerbangan di Jawa Barat. Tahun 2012, Susi Air memperoleh laba sebesar Rp 300 miliar dan melayani 200 penerbangan perintis. Hingga awal tahun 2012, maskapai ini mengoperasikan 50 pesawat dengan berbagai tipe, seperti 32 Cessna Grand Caravan, 9 Pilatus PC-6 Porter, dan 3 Piaggio P180 Avianti.

Baca Juga: Jejak Perpaduan Budaya Kuliner di Masa Hindia Belanda
Jejak Oppa Korea dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Jejak Napoleon Bonaparte di Hindia Belanda

Masa Kecil dan Pendidikan

Tak heran Bu Susi sangat akrab dengan laut karena beliau lahir di Pangandaran pada 15 Januari 1965. Kedua orang tua beliau berasal dari Jawa Tengah, namun sudah lima generasi hidup di sana. Keluarga Bu Susi memiliki usaha ternak; jual beli ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Bu Susi bersekolah di SMP Negeri 1 Pangandaran, lalu lanjut ke SMA Negeri 1 Yogyakarta. Sayangnya ketika duduk di kelas dua, beliau terpaksa berhenti sekolah karena sering sakit. Beliau juga merasa tidak cocok dengan sistem sekolah sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan formalnya.

Walaupun demikian, beliau berhasil meraih gelar doktor honoris causa dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, untuk bidang Manajemen Konservasi dan Sumber Daya Kelautan. Gelar ini dianugerahkan karena Bu Susi dianggap berhasil dalam mengemban tugas sebagai menteri; memiliki visi dan misi yang jelas dalam mengatasi berbagai masalah kelautan. Selain itu, beliau juga berhasil menjamin pengelolaan laut Indonesia yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Karya tulisnya yang berjudul Manajemen dan Konservasi Sumber Daya Kelautan juga menjadi pertimbangan. Di sini, Bu Susi menulis dengan gamblang kompleksitas pengelolaan laut dan sumber dayanya.

Menjaga Laut Nusantara

Dalam pidatonya di acara penganugerahan gelar itu, Bu Susi mengajak hadirin untuk menyadari betapa kayanya laut Indonesia. Laut Nusantara adalah perairan terbesar kedua di dunia dan memiliki potensi peningkatan ekonomi yang besar. Walaupun demikian, beliau berpendapat bahwa Indonesia belum mencapai prestasi yang signifikan dalam bidang kelautan dan perikanan karena hanya mampu bertengger di peringkat 3 ASEAN. Bahkan nelayan pun belum sejahtera. Menurutnya, tantangan terbesar dalam menjaga perairan Indonesia adalah menjaga supaya tidak ada kapal asing yang melakukan illegal fishing, atau menangkap ikan secara ilegal. Untuk ini Bu Susi membuat kebijakan penghentian sementara (moratorium) perizinan kapal asing yang datang untuk menangkap ikan. Berkat kebijakan ini, jumlah stok perikanan di tanah air berhasil ditingkatkan. Bu Susi optimis bahwa negara kita bisa menjadi poros maritim dunia.

Kadang saya merasa rendah diri karena tidak punya gelar sarjana. Menulis tentang Bu Susi mengingatkan bahwa gelar akademik bukanlah segalanya. Walaupun cuma lulusan SMP, beliau meraih prestasi dengan bekerja keras, tekun, dan mencintai apa yang dilakukan. Kecintaan Bu Susi terhadap laut memberinya dorongan untuk selalu mengecek ombak dan memastikan bahwa laut Indonesia baik-baik saja.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//