• Buku
  • RESENSI BUKU: Cerita untuk Anak, antara Bebek dan Kematian

RESENSI BUKU: Cerita untuk Anak, antara Bebek dan Kematian

Wolf Erlbruch membuat cerita tak lazim untuk anak-anak dalam buku Duck, Death, and the Tulip, tentang hubungan ganjil antara bebek dan kematian.

Sampul buku Duck, Death, and the Tulip karya Wolf Erlbruch versi Bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh Catherine Chidgey dan diterbitkan oleh Gecko Press. (Sumber: Amazon.com)

Penulis Fitri Amanda 21 April 2024


BandungBergerak.idKematian adalah topik yang besar untuk sebuah buku anak-anak. Namun, Wolf Erlbruch, seorang penulis dan ilustrator asal Jerman, dengan berani menciptakan sebuah buku anak-anak yang mengangkat tema tersebut dalam bukunya yang berjudul “Duck, Death, and the Tulip” (judul original dalam bahasa Jerman “Ente, Tod und Tulpe”).

Saya kagum dengan bagaimana Erlbruch mengambil topik ini dan menyusunnya menjadi sebuah cerita sederhana yang berlangsung kurang dari 30 halaman melalui interaksi antara seekor Bebek dan Kematian. Interaksi kedua tokoh tidak hanya membangun hubungan yang unik antara dua karakter, tetapi juga memberikan kesempatan bagi saya untuk merenungkan makna hidup dan akhirnya, kematian.

Melalui beberapa ilustrasi dan kata-kata sederhana, Erlbruch mampu menggambarkan momen-momen kecil yang terjadi antara Bebek dan Kematian menjadi terasa sangat hangat dan membuat diri saya bertanya-tanya; “Bisakah saya menjadi seperti si Bebek yang dapat menyambut Kematian dengan sangat hangat?” dan hingga saya menuliskan resensi ini, saya masih belum yakin bahwa saya bisa seperti si Bebek.

Buku yang sudah diterjemahkan ke kurang lebih 20 bahasa ini menceritakan topik kematian dengan cara yang ringan ditambah sedikit humor di dalamnya. Buku anak yang tak biasa ini membuat saya berharap bahwa saya bisa mengenal buku ini pada saat saya anak-anak.

Kematian Adalah Hal yang Alami

Kematian selalu digambarkan sebagai hal yang menakutkan ataupun menyeramkan, padahal nyatanya kematian merupakan hal yang normal. Selama hidup sebagai anak, saya tidak pernah diajarkan mengenai kematian, atau sebatas bagaimana saya harus menghadapi rasa duka atas kehilangan. Mengangkat tema yang tak biasa dalam buku anak merupakan langkah yang terkesan unik dan mungkin penting, karena pemahaman tentang kematian dapat membantu anak untuk memahami bahwa kematian adalah bagian alami dari kehidupan, bukan sesuatu yang harus ditakuti.

Selama ini ketika saya berbicara tentang kematian, tidak sedikit saya mendapatkan respons yang kurang lebih seperti; “Ah, jangan bahas mati. Masih jauh”. Padahal nyatanya kematian adalah hal yang selalu dekat dengan manusia –bahkan semua makhluk hidup– sepanjang hidupnya. Kita dapat merasakan kehadiran kematian itu sendiri ketika kita akan mati, seperti yang dirasakan oleh tokoh Bebek ketika ia tersadar bahwa selama ia hidup, Kematian selalu ada di dekatnya bahkan hingga ia mengembuskan napas terakhirnya. 

You’ve come to fetch me?”

“Oh, I’ve been close by all your life– just in case.” (hlm. 3 - 4) 

Dalam buku ini, tokoh Kematian digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, bukan sosok yang mengintimidasi. Bahkan tokoh Kematian diilustrasikan sebagai sosok yang menurut saya elegan dengan pakaian kotak-kotaknya, bukan penampilan menakutkan serba hitam yang menutupi seluruh tubuhnya bersama dengan pedang di tangan kirinya, seperti penggambaran sosok kematian yang selama ini saya dapatkan. 

Halaman demi halaman, saya terbenam dalam dialog antara Bebek dan Kematian, seolah kedua karakter itu adalah teman dekat. Bahkan pada saat-saat terakhirnya, ketika sang Bebek hendak mengembuskan napas terakhirnya, ia meminta Kematian untuk menghangatkan tubuhnya. 

Hingga akhir buku ini, Kematian tergambar sebagai sosok yang penuh kelembutan. Tak seolah menjadi pembawa malapetaka, melainkan pendamping yang setia. Saat si Bebek mati, Kematian tidak meninggalkannya begitu saja. Sebaliknya, dengan lembut ia membawa tubuh Bebek ke tepi sungai, meletakkannya dengan penuh kelembutan di atas permukaan air serta menaruh setangkai bunga tulip di atas tubuh sang Bebek. 

Di situ, di tepian sungai yang tenang, Kematian memandangi tubuh Bebek yang hanyut mengikuti arus air. Meskipun tugasnya telah selesai, Kematian masih memperlihatkan kelembutannya dengan cara memandangi tubuh sang Bebek, seolah ia menghormati perjalanan terakhir sang Bebek.

Baca Juga: RESENSI BUKU: Mencari Makna Kehidupan dalam Dunia yang Sibuk
RESENSI BUKU: Memaknai Hidup yang Ramai Ini dengan Sepi
RESENSI BUKU: Surat Protes Yamadipati Seno pada Kebobrokan Sepak Bola Indonesia

Salah satu ilustrasi dalam buku Duck, Death, and the Tulip karya Wolf Erlbruch (Sumber: themarginalian.org)
Salah satu ilustrasi dalam buku Duck, Death, and the Tulip karya Wolf Erlbruch (Sumber: themarginalian.org)

Kematian Bermakna karena Kehidupan

Saat ketika kita mati, kita meninggalkan segala hal yang telah kita jalani semasa kita hidup, namun hidup itu sendirilah yang memberikan makna pada kematian. Kematian menjadi bagian yang alami dan tak terhindarkan dari perjalanan kehidupan.

Dialog Bebek dan Kematian yang menarik bagi saya adalah ketika sang Bebek mulai menyadari kehadiran Kematian dan bertanya apakah Kematian hendak melakukan sesuatu pada dirinya. Namun Kematian menjawab bahwa itu adalah tugas dari kehidupan yang membuat saya sadar bahwa semua yang terjadi adalah berkat kehidupan, bahkan ketika kita mati sekalipun.

Are you going to make something happen?”

“Life takes care of that: the coughs and colds and all the other things that happen to you ducks. Fox, for example” (hlm. 5 - 6).

Pemikiran ini kemudian diperkuat oleh Erlbruch dalam narasi penutup pada buku ini, pada saat Kematian memandangi tubuh si Bebek yang sudah mati hanyut terbawa arus sungai: hal yang terjadi pada si Bebek adalah berkat kehidupan.

For a long time he watched her.

When she was lost to sight, he was almost a little moved.

But that’s life, thought Death. (hlm. 27)

Makna lain juga dapat saya tangkap dari narasi penutup tersebut, selain kematian, kehilangan juga bagian dari kehidupan.

Hal tersebut diperlihatkan bagaimana tokoh Kematian hampir menyusul tubuh sang Bebek yang sudah hilang dari pandangannya. Namun ia menarik niatnya karena rasa kehilangan juga merupakan bagian dari kehidupan.

Kehilangan dan perpisahan merupakan pengalaman yang hadir dalam kehidupan. Hal itu terjadi berkat kehidupan dan dari ini saya mulai belajar untuk menghadapi hal itu. 

Informasi Buku

Judul buku                                        : Duck, Death, and the Tulip / Ente, Tod und Tulpe (Judul original)

Penulis                                              : Wolf Erlbruch

Ilustrasi                                              : Wolf Erlbruch

Penerjemah                                      : Catherine Chidgey

Penerbit                                             : Gecko Pr

Tahun terbit (versi terjemahan)     : 2008

Tebal                                                  : 32 halaman

Bahasa                                              : Inggris. 

 *Kawan-kawan dapat menyimak karya-karya lain Fitri Amanda, atau artikel-artikel lain tentang Resensi Buku

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//