• Buku
  • RESENSI BUKU: Surat Protes Yamadipati Seno pada Kebobrokan Sepak Bola Indonesia

RESENSI BUKU: Surat Protes Yamadipati Seno pada Kebobrokan Sepak Bola Indonesia

Rivalitas klub-klub sepak bola di Indonesia, misalnya Persib versus Persija, sudah tertanam sejak masa kecil. Berhentilah berniat melakukan ahimsa.

Jilid depan buku Ahimsa Surat Protes untuk Sepak Bola Indonesia karya Yamadipati Seno (Penerbit: Penerbit Buku Mojok, Oktober 2019). (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah14 Januari 2024


BandungBergerak.id - Saya dan sepak bola bisa disebut dekat tidak dekat, cinta tidak cinta. Namun, percayalah olahraga ini pernah saya mimpikan di masa kecil. Saya pernah membayangkan bagaimana di tengah kesebelasan di lapangan hijau menggiring si kulit bundar hingga mencetak gol, lalu bergaya di hadapan penonton yang berjejaln di tribun stadion.

Jadi, bisa dibilang saya sangat dekat dengan sepak bola. Kedekatan saya dengan sepak bola bisa saja dibuktikan dengan ketika masa kecil selalu merengek pada orang tua agar bisa menonton Persib Bandung era Stadion Siliwangi dulu. Bahkan saya merengek ingin menonton latihan "Maung” Bandung di Sidolig (Stadion Persib).

Ibu saya sampai sekarang masih mengingat rengekan saya itu. Saya berhenti menonton Persib ke stadion saat Persib berhasil juara pada tahun 2014. Sisanya, saya banyak menonton Persib di layar televisi di rumah. Dan apabila saya menonton Persib orang tua saya selalu memutar kembali ingatan ketika anaknya merengek ingin menonton Persib di stadion.

Kecintaan saya pada tim lokal kebanggaan sampai-sampai disindir oleh teman saya yang sejak kecil memang menggemari klub-klub luar negeri. Tetapi, sepak bola di dalam negeri juga menarik, menarik untuk diperhatikan, direnungi, dan dibenahi.

Buku dengan berjudul Ahimsa: Surat Protes untuk Sepak Bola Indonesia (2019) yang ditulis oleh Yamadipati Seno, mengajak saya kembali ke ruang nostalgia paling seru saat zaman saya merengek pada ibu agar diizinkan ke stadio, pergi bersama rombongan sampai naik ke atap angkot, dan masuk berdesakan-desakkan di dalam stadion sambil berteriak-teriak sampai sesak napas.

Hal yang kemudian saya renungi, kebencian terhadap klub lain, rivalitas antarklub, sudah ditanamkan sejak kecil. Di masa saya kecil sampai sekarang ujaran saling membenci di kolom komentar media sosial masih berkumandang.

"Impian manis perdamaian suporter sepak bola Indonesia cuma racauan tidak jelas. Kini, dalam konteks sepak bola, membicarakan Jogja Solo, Jogja Sleman, Jakarta Bandung, Jepara Kudus, Malang Surabaya, dan lain sebagainya, adalah membicarakan kekerasan. Tidak ada yang lain lagi,"(halaman 4).

Pada bab Senjakala Suporter Sepak Bola Indonesia: Mari Memutus Warisan Kekerasan, Yamadipta menerangkan begitu gamblang bagaimana di masa kecil ditanami kecintaan pada klub kebanggaan sama halnya pada agama. Namun, memutuskan warisan kekerasan dalam kecintaan pada sepak bola memang harus disegerakan serta diselesaikan.

Yamadipati mengajak agar para 'patron' di kedua belah pihak pendukung klub yang saling berival untuk bisa mendamaikan dan memberi contoh pada suporter generasi baru. "Suporter anak-anak itu sama seperti anak-anak pada umumnya. Mereka justru lebih cepat belajar lewat contoh, bukan nasihat semata," (halaman 52).

Sebetulnya buku yang ditulis oleh Redaktur Mojok.co ini menekankan pada tiga garis besar yakni kebobrokan sistem, kekerasan sepak bola antarsuporter, dan surat cinta untuk para pemain di lapangan. Buku dengan sampul bergambarkan suporter memakai nomor punggung dua belas ini merupakan kumpulan tulisan Yamadipta di rubrik balbalan Mojok yang termuat pada 28 tulisan.

Bentuk tulisannya seperti surat cinta seorang pencinta berat pada kekasihnya, setidaknya kasih cinta ini terjelaskan dengan begitu jujur saat Mantan editor fandom.id ini menggirimkan surat pada Ketua PSSI Eddy Rahmayadi agar bisa fokus untuk mengurusi sepak bola di Indonesia, baiknya mundur. "Saya menulis ini karena peduli dengan kesehatan bapak Edy Rahmayadi.... Biarkan PSSI sehat tanpamu, Pak. Sayonara" (halaman 11).

Di bab selanjutnya, saat ramai tagline #Edyout berseliweran di media sosial, Yamadipta juga mengajak kita untuk merenung, sebagai suporter kita juga bagian dari kebobrokan sepak bola di Indonesia. Di akhir bab Tidak Berhenti di Edy Rahmayadi, Borok Sepak Bola Indonesia Merata di Banyak Lini, dia menulis seperti ini:

"Jangan lupakan suporter. Kita juga bagian dari boroknya sepak bola Indonesia. Saling hujat di media sosial, saling serang di jalanan, dan lain sebagainya. Diakui atau tidak, aksi barbar itu sangat merugikan klub kalian masing-masing," (halaman 23).

Baca Juga: Mencurigai Naskah Akademik Hari Lahir Persib, Menengok Skripsi Fajar Salam
Persib Lupa Tanggal Lahirnya Sendiri
Persib Noe Aing!!!

Berhenti Berniat Membunuh (Ahimsa)

Setidaknya sampai saat ini, boroknya sepak bola di Indonesia berputar pada "Kelindan konflik kepentingan, rangkap jabatan di mana-mana, rumor suap, kekerasan suporter" (halaman 23).

Selain menjelaskan boroknya sepak bola di Indonesia, kumpulan tulisan buku ini tidak lupa menyorot produk jurnalisme di Indonesia yang berangkat dari sepak bola yakni Tabloid BOLA. Sama halnya dengan beberapa media cetak lainnya, tabloid BOLA ini menggalami senjakala cetak dan kemudian berhenti di tahun 2018 (berdirinya tahun 1978). "Tak ada yang abadi, demikian produk jurnalistik," tulis Yamadipati (halaman 137).

Barangkali, pembaca ingin merenungi sepak bola di Indonesia dan mendengarkan nada-nada dari surat protes dari pencinta sepak bola Indonesia. Buku ini sangat cocok, dan marilah kita menjadi Ahimsa yakni menjadi penghuni yang saling menjaga, membuang kekerasan, dan niat membunuh (Ahimsa) yang akan menggaransi masa depan.

Apabila pembaca ingin seperti Yamadipati, segera menulis surat protes untuk Persib Bandung. Setelah resensi ini ditulis semoga ada suporter Persib atau suporter di Indonesia yang menulis surat protes seperti Yamadipati.

Informasi Buku

Judul Buku: “Ahimsa: Surat Protes untuk Sepak Bola Indonesia”

Penulis: Yamadipati Seno

Jumlah halaman: Vi + 163 halaman

Penerbit: Penerbit Buku Mojok

Tahun diterbitkan: Oktober 2019

ISBN: 978-623-06-7284-15-4

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah, atau membaca artikel-artikel tentang Resensi Buku atau Sepak Bola

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//