• Kolom
  • SEJARAH SURAT KABAR WARTA BANDUNG #6: Persib Noe Aing!!!

SEJARAH SURAT KABAR WARTA BANDUNG #6: Persib Noe Aing!!!

Surat kabar Warta Bandung memberikan porsi besar dalam memberitakan kiprah Persib, juga Bobotohnya. Di era 50an, Persib menjadi tim kebanggaan Jawa Barat.

Yogi Esa Sukma Nugraha

Warga biasa yang gemar menulis isu-isu sosial dan sejarah

Surat kabar Warta Bandung terbit pertama kali pada tahun 1954 dalam rubrik Olahraga merekam kemenangan Persib dalam serangkaian pertandingan melawan berbagai klub sepakbola saat itu. (Foto: Dokumentasi Yogi Esa Sukma Nugraha)

14 Maret 2023


BandungBergerak.id – Persib memiliki arti penting bagi sebagian besar warga Bandung. Kawan saya, misalnya, kadang kala ia lupa tanggal penting di dalam kehidupannya. Anehnya, ia selalu ingat 7 November, hari di mana Atep dkk. berhasil mengangkat Piala.

Entah sejak kapan pertalian aneh tersebut dimulai. Beberapa mengaku sejak Sekolah Dasar. “Warisan (budaya) orang tua,” katanya. Sebagian malah ada yang mencintai klub kesayangannya ini hingga ajal tiba. Dan yang jelas, sebusuk-busuknya pengelola Tim Persib, klub ini selalu dicintai mereka (Bobotohnya).

Ibarat hubungan antara dua insan, sebagian memang ada yang meninggalkan, terutama jika situasi tidak memungkinkan. Misalnya saja, saat sebagian menanggapi watak kapital yang –tidak bisa tidak-di pakukan pada Persib di era sepak bola seperti sekarang. Namun, selemah-lemahnya iman. Sekadar memelototi pertandingan mereka di layar kaca, saya kira, masih banyak warga yang melakukannya. Terutama jika suasana hati memerlukan penebusan. Untuk diketahui bahwa bagi sebagian orang, nonton Persib itu mampu memuaskan, apalagi jika sampai menang.

Dalam penelusuran surat kabar Warta Bandung kali ini, saya menemukan sejumlah laporan mengenai kiprah Persib dan Bobotohnya di era 50an. Ya, Persib yang kita tahu merupakan klub sepak bola, yang sebetulnya begitu-begitu saja, sejak lama tim jago sejak era perserikatan memiliki basis pendukung ribuan.

Namun saya kira dalam pembahasan kali ini harus dimaknai berbeda sesuai perkembangan basis material, teknologi, dan ilmu pengetahuan yang tersedia. Yang fenomenal, adanya VAR atau video assistant referee tentu saja mampu menegaskan perbedaan sebagaimana yang dimaksudkan. Selain itu, ada pula perbedaan lainnya. Sekurang-kurangnya, saya mengajukan tiga hal.

Pertama, merujuk Ian Taylor, bahwa perubahan struktur ekonomi-politik di masyarakat – yang menyeret sepak bola masuk ke dalamnya – memicu pertumbuhan masif pendukung fanatik: ultras/hooliganisme. Dinamika ini tentu belum hadir di era 50an. Imaji sosio-kultural mengenai kesetaraan ekonomi, belum dianggap (kebanyakan individu yang teralienasi) sebagai utopi.

Kedua, sepak bola – dan olahraga umumnya – masih dalam tahap perkembangan. “Menjadi fondasi sebuah bangsa,” kata Maladi, Ketua PSSI pada saat itu, seperti dilansir dari laporan Tirto.id yang berjudul “Moncer Karena Olahraga, Tersingkir di era Soeharto”, Minggu, 12/3/2023.

Ketiga, saat itu kompetisi belum rutin diselenggarakan setahun sekali. Format kompetisi juga lain dengan saat ini. Pemberlakuan semua tim – termasuk juara bertahan –  yang harus bertanding dari bawah kiranya juga bisa jadi salah satu bukti.

Surat kabar Warta Bandung terbit pertama kali pada tahun 1954 sering memberitakan kondisi sepak bola negara-negara dunia ketiga. Di era 50an, sepak bola dijadikan wahana diplomasi. (Foto: Dokumentasi Yogi Esa Sukma Nugraha)
Surat kabar Warta Bandung terbit pertama kali pada tahun 1954 sering memberitakan kondisi sepak bola negara-negara dunia ketiga. Di era 50an, sepak bola dijadikan wahana diplomasi. (Foto: Dokumentasi Yogi Esa Sukma Nugraha)

Baca Juga: SEJARAH SURAT KABAR WARTA BANDUNG #5: Di Tengah Polemik Lambang Partai
SEJARAH SURAT KABAR WARTA BANDUNG #4: Membersamai Kaum Tani
SEJARAH SURAT KABAR WARTA BANDUNG #3: Bersama Menerjang Wabah Influenza
SEJARAH SURAT KABAR WARTA BANDUNG #2: Sobat dari Banyak Serikat Perburuhan

Persahabatan Klub Sepakbola Negara Dunia Ketiga

Sebuah laporan Warta Bandung, 28 Juni 1957, melukiskan bagaimana Persib Bandung mampu mengalahkan klub sepak bola yang katakanlah cukup kuat di zamannya: Nan Hwa. Dalam laporan berkepala “Pada Hari Kedua Nan Hua Sudah Terguling, Dikalahkan Persib dgn angka mengiris”, tercatat bahwa Persib Bandung menang dengan skor akhir 2-1.

Pada pertandingannya yang kedua di Bandung, setelah sebelumnya bertanding melawan Tim PON IV Jabar, Nan Hwa tertinggal lebih dulu 0-2 hingga turun minum. Kedua gol kemenangan Persib dicetak oleh penyerang andalan saat itu, Parhim. Menariknya, terdapat pula informasi mengenai kehadiran puluhan ribu Bobotoh yang juga saat itu memenuhi Stadion Siliwangi.

Kira-kira 25.000 penonton telah digojahkan oleh suatu pertandingan jang berjalan keras dan fora. Keduabelah bersemangat dan radjin. Kemenangan 2 goal Persib sebelum turun minum telah mengedjutkan Stadion Siliwangi, serta menjapu segala impian pasaran tumpangan jang sedia memberikan hadiah 3 goal kepada Persib untuk kemenangan IX Nan Hua,” demikian laporan dari Warta Bandung.

Sekilas, memang tampak pemberitaan mengenai “pasaran tumpangan” yang saat itu menjagokan kesebelasan Nan Hwa (voor 3, mungkin, ya?). Mengenai hal ini, saya tidak berani memberi informasi secara pasti. Sebab perlu dicari kembali referensi mengenai dinamika judi di era 50an. Hanya saja, ulasan pertandingan yang ditulis reporter Warta Bandung lebih menarik perhatian saya.

Dalam hal ini, sebagaimana termuat di bagian yang bertajuk “Sedikit tentang  djalannja pertandingan”, isinya mengenai laporan pandangan mata ala media sepak bola pada lazimnya. Di awal babak, Persib mendapat kesempatan penalti namun gagal dieksekusi. Sebagaimana laporan Warta Bandung sebagai berikut, “Pada menit ke-16 Parhim dapat meloloskan diri dan ketika hendak melepaskan, tembakan telah digaet oleh halfkanan Ng Wai Man. Sajang Atik tak dapat menggunakan sebuah penalty jg menjamping gawang”.

Kemudian pada menit ke-31 Ade Dana juga mendapat kesempatan, tapi menyamping ke pinggir gawang. Pada menit ke-39, Chuk Yin sudah berdiri bebas, tendangannya melambung ke atas. Baru pada menit ke-43, Parhim dapat menggiring bola melalui tiga pemain belakang Nan Hwa, dan terus menipu sekaligus bersama kipernya hingga bola masuk ke gawang Nan Hwa. Skor 0-1 untuk keunggulan Persib.

Demikian, bola diluntjurkan oleh trio Nan Hua, ditjuri oleh Omo – umpan melebar kepada Ade jang terus dg tjepat mendribble bola melalui 2 pemain belakangan Nan Hua, dan dalam djarak hanja satu meter sudah berdiri bebas Parhim jang dg tenangnja mengutik bola ke dalam djala (0-2),” tulis laporan mengenai babak pertama pertandingan antara Persib Bandung melawan Nan Hua.

Di babak kedua, Nan Hwa sendiri berhasil mengejar ketertinggalan lewat penalti. 

Yang layak digarisbawahi bahwa di era ini, sepak bola dijadikan wahana diplomasi dan persahabatan negara-negara dunia ketiga. Selain Persib, Timnas Indonesia sendiri memang kerap mengunjungi berbagai negara seperti Tiongkok, Uni Soviet, Cekoslovakia, serta Yugoslavia.

Suatu hal yang tampak dalam laporan berkepala “Pertandingan Indonesia-Yugoslavia bermutu Internasional”. Dalam Warta Bandung, 22 Januari 1956, dikabarkan bahwa dalam pertandingan yang dihelat di lapangan Ikada, berakhir dengan skor 7-3 untuk kemenangan Yugoslavia.

Meski kalah telak, sejumlah pemain Timnas Indonesia seperti Maulwi Saelan, Witarsa, Ramang, Djamiat, Tan Liong Houw, dan Lie Kian An justru mendapat pujian pelatih Yugoslavia. Mereka dinilai sebagai pemain yang memiliki kapasitas di atas rata-rata. Satu yang menarik, surat kabar Warta Bandung yang terbit 26 Januari 1956 bahkan memuat reportase khusus mengenai kedalaman skuad Timnas Hungaria.

Surat kabar Warta Bandung terbit pertama kali pada tahun 1954 merekam kemenangan Persib lawan Persija. (Foto: Dokumentasi Yogi Esa Sukma Nugraha)
Surat kabar Warta Bandung terbit pertama kali pada tahun 1954 merekam kemenangan Persib lawan Persija. (Foto: Dokumentasi Yogi Esa Sukma Nugraha)

Merekam Persib era 50-an

Nama-nama seperti Rukma, Nandang, Djunaedi, Omo, Aang Witarsa, Parhim, Ade Dana, cukup sering seliweran di rubrik olahraga Warta Bandung.  Nama-nama itu pula yang memang menjadi bagian di dalam skuad Persib era 50-an. Hal ini terlihat dalam sebuah laporan berkepala “Persib Gulingkan Jogja dan Solo”. Bahkan ulasan mengenai rincian pertandingannya juga turut dimuat Warta Bandung.

Dalam perlawatannja ke Jogja pada pekan jang lalu kes. Persib telah memperoleh 2 kali kemenangan. Pada hari pertama (Sabtu) kes. Persis (Solo) digulingkan dgn. Angka 4-1 (istirahat 4-0) dan pada hari kedua memperoleh kemenangan tipis atas kes. PSIM (Jogja) 1-0. Stand waktu istirahat adalah 0-0. Dapat dikabarkan bahwa kesebelasan Persib keluar dengan pasangan lengkap, ketjuali untuk half kanan Rukma jang diganti Bakarbessy,” demikian laporan Warta Bandung

Barangkali sudah banyak yang mafhum, jika Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta, maka atmosfer di lapangan kerap kali panas. Namun sulit rasanya untuk menemukan dinamika serupa di era 50an. Sebetulnya, ditemukan pula informasi bahwa usai berhasil mengalahkan PSMS Medan, Persija juara di kompetisi tahun 1954. Hanya saja, PSM Makassar lebih mendominasi di tahun setelahnya.

Persib Bandung sendiri kerap ramai jika melawan Persebaya Surabaya. Suatu hal yang tampak dalam laporan berkepala “Persibaja dibikin Kutjing2an  oleh Persib” (Warta Bandung, 18 Februari 1956). Ya, kehendak saling mengalahkan satu sama lain di era ini malah terjadi antara Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya. Sebagaimana tahun setelahnya, saat Persebaya Surabaya mampu menahan Persib Bandung di kandang mereka. 

Dalam rangka pertandingan PSSI tahun 1957, Persebaya Surabaya sebetulnya mampu unggul terlebih dahulu di babak pertama, sebelum akhirnya mereka kecolongan di babak kedua. Warta Bandung turut memberi laporan pandangan mata yang mereka sadur dari RRI Surabaya.

Permainan kedua belah pihak di babak pertama dilakukan dengan radjin dan sportief, hingga bola bergulir setjara seimbang diseluruh daerah lapangan. Barisan depan Persib berkali-kali melakukan penggerajangan2 dimuka gerbang Persibaja tapi tidak berhasil dalam penjelesaian terachir,” demikian laporan Warta Bandung, 15 Juli 1957.

Baru kemudian di menit ke-31, gol tercipta. Bermula saat terjadi kemelut depan gawang Persib Bandung, yang “telah membuat gugup keeper Djuju jg segera keluar dari sarangnja, tiba2 bal di ‘lob’ oleh Mustamu (pemain sajap Persibaja) kearah Kian Gwan, jang karena posisi Djudju kurang baik dapat mendjobloskan bola kegawangnja. Kedudukan berubah mendjadi 1-0 untuk Persibaja”.

Skor 1-0 bisa bertahan hingga turun minum. Memasuki babak kedua “anak2 Bandung melakukan pengepungan rapat dalam waktu seperampat djam. Witarsa-Omo dan Parhim berkali2 mendapat kesempatan untuk mentjetak gol tapi selalu menemui kegagalan2 oleh nasib untung Persibaja”.

Baru pada menit ke-17, Witarsa yang terus berupaya membobol gawang Persebaya berhasil memberi umpan cantik pada Omo. Dengan cepat ia menggiring bola melewati beberapa pemain belakang Persebaya Surabaya, untuk kemudian bisa menjebloskan bola ke gawang. Kedudukan berubah menjadi 1-1.

Permainan keduabelah makin meninggi, serangan2 Persibaja jg tjukup gentjar dapat dihalaukan oleh Nandang-Rukma-Anas, dan mendjelang achir permainan bertubi2 saat kritis dimuka gerbang Persibaja, tapi tidak lagi menghasilkan goal, sehingga sampai peluit berachir angka tetap 1-1,” tulis laporan Warta Bandung

Dalam pertandingan tersebut, Warta Bandung juga mencatat 11 Pemain Persib yang diturunkan di laga melawan Persebaya Surabaya: “Djuju Sukandar(Kiper), Anas Kaelani, Hafid Anwar, Rukma Sudjana, Nandang, Djunaedi, Omo Suratmo, Aang Witarsa, Parhim, Sjulaeman, Ade Dana”. 

Hasil pertandingan tersebut membuat posisi puncak klasemen masih dihuni PSM Makassar. Dalam laporan berkepala “Kompetisi kedjuaraan PSSI th ’57, Makassar paling atas, Bandung mengikuti” tercatat bahwa di saat yang sama, pekan ke-11 antara pertandingan Persebaya Surabaya melawan Persib Bandung, PSM Makassar berhasil mengalahkan PSP Padang dan Persija Jakarta di Stadion Ikada

Di Djakarta, Kes. Makasar telah mendjagal lapangan Ikada, setelah “merobek” djala Padang  dgn angka 6-1, dan menundukkan Kes. Ibukota – Djuara Pertama PSSI tahun jl, dengan angka 3-2. Djakarta –Padang sendiri bermain draw 1-1. Di Surabaja, Medan telah menundukkan dua kesebelasan jaitu 6-0 atas Malang dan 2-0 atas Surabaja. Kes. Bandung  hanja berhasil bermain draw 1-1 dlm menghadapi Kes. Surabaja,” demikian laporan Warta Bandung.

Kompetisi Internal

Kundjungilah ! Pertandingan Sepak Bola antara Ks IPPS GH-WB vs. Ks. SinarMuda dilapangan Tjibuntu djam 4 sore,” demikian pengumuman yang disiarkan Warta Bandung.

Selayaknya media Bandung yang saya baca tahun 2000an. Pada era 50-an, Warta Bandung juga kerap menyelipkan informasi mengenai jadwal dan hasil Kompetisi Internal Persib. Berikut hasil Kompetisi Persib yang berlangsung di lapangan Sidolig dan Uni:

I – P3 II : 4-3

II – IPPI II : 1-5

Angkasa II – PSAD II : 1-2

PSAD III – P3 III : 2-1

Diana I – Sidolig I : 3-3

Mars II – Bintang Merah I : 2-1

Sidolig III – Mars III : 0-3

Sin Ming Hui I – Singgalang I : 0-5 (Sin Ming Hui tak datang).

Bukan hanya itu saja. Bahkan klub-klub sepak bola ala fun-football seperti sekarang juga tak luput disiarkan mereka. Suatu hal yang bisa dilihat dalam satu laporan berkepala “Kesebelasan Kaum Veteran”. Di dalamnya, tercatat bahwa “Pada tanggal 17 jang baru lalu, di Tjineam, telah dibentuk suatu kesebelasan sepakbola kaum veteran dengan nama singkatan ‘Persvid’”.

Dalam pada itu, juga ada informasi mengenai susunan pengurusnya.  Sebagai ketua, tercatat nama Utju, penulis S. Birnu, bendahara I. Sukarna dan diiringi oleh beberapa orang pembantu. Untuk diketahui bahwa rata-rata, anggota kesebelasan Persvid merupakan pegawai-pegawai dari pelbagai Jawatan di seluruh Kecamatan Cineam.

Mereka ini rata-rata yang sudah lanjut usia, namun sempat menjadi pesepakbola di masa muda. “Karena itu mereka menamakan dirinja “Angkatan 45 batu” atau “Olahraga kaum kapuk”. Selain itu, kesebelasan ini juga didirikan sebagai memberi dorongan kepada kaum muda, agar gemar berolahraga.

Eleh Meunang Tetep Persib

Sebagaimana disebut di muka bahwa kesebelasan PSM Makassar merupakan yang terkuat di jamannya. Hal tersebut tampak pula dalam sebuah laporan berkepala “Persib disambut dengan Hangat di Bandung”. Di dalamnya, memuat informasi mengenai pertandingan PSM Makassar versus Persib Bandung, yang dihelat di Stadion Benteng, Padang. Pertandingan ini sangat menentukan bagi kedua tim.

Sebelum pertandingan, sebagaimana keterangan di atas bahwa PSM Makassar tercatat masih memimpin puncak klasemen dengan 9 poin. Sementara Persib Bandung berada di bawahnya dengan 8 poin. Dengan demikian, PSM Makassar hanya membutuhkan hasil imbang. Untuk Persib, menang adalah keharusan, jika ingin meraih gelar, dan lolos dari kejaran PSMS Medan yang berada di posisi bawahnya.

Dalam pertandingan, Persib Bandung  sebetulnya mampu unggul terlebih dulu melalui gol yang dicetak Omo Suratmo. Namun sayang, dua gol Ramang di babak kedua membuat PSM Makassar dapat meraih poin penuh (2 poin, sebab saat itu perhitungan poin kemenangan bukan 3 poin). Yang menjadi ironis, PSMS Medan turut pula meraih kemenangan atas lawannya, Persija Jakarta, sehingga Persib harus ikhlas disusul mereka.

Meski kalah, skuad Persib Bandung tetap mendapat sambutan dari publik dan beberapa petinggi di ibu kota Jawa Barat tersebut. Suatu hal yang dicatat Warta Bandung sebagai berikut: “Kemarin sore kesebelasan Persib (Bandung) telah tiba kembali di Bandung dengan menumpang pesawat terbang. Kedatangan mereka itu disambut oleh pengurus2 Persib dan para pembesar2 sipil dan militer, antara lain tampak menjambut Wali Kota Bandung R. Basarah, Wakil Panglima overste Suprapta, Ketua DPRDP Kota Pradja Bandung Hawadi, serta para pembesar lainnja. Dan pula tidak sedikit masjarakat Bandung jang turut menjambut kedatangan kesebelasan kotanja itu”.

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//