Mencurigai Naskah Akademik Hari Lahir Persib, Menengok Skripsi Fajar Salam
Penyebutan hari lahir Persib pada tahun 1919 dalam naskah akademik tim ahli Unpad adalah klaim tanpa dasar. Proyek yang tidak bermanfaat dan terlalu mengada-ada!
Anton Solihin
Penikmat sepak bola dan Persib, mengelola Perpustakaan Batu Api di Jatinangor
3 Januari 2024
BandungBergerak.id - Eendracht Maakt Macht, Tweedracht Breekt Kracht!
Ini adalah ungkapan populer yang terkenal tahun 1920-an di Bandung, berarti: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh! Semacam harapan bahwa perserikatan sepakbola Bumiputra bisa berada dalam satu haluan yang sama (Kaoem Moeda, 6 Juli 1922).
Saya mengikuti pertandingan Persib sejak awal 1980-an, dan sejak itu nyaris tidak pernah absen satu pertandingan pun (baik yang disiarkan berupa laporan pandangan mata RRI maupun yang disiarkan stasiun televisi). Ya, sekali-kali menonton juga ke stadion! Artinya, saya fans berat Persib. Dengan begitu, saya merasa berhak ikut rese dengan polemik belakangan ini menyangkut "perubahan" hari lahir Persib dari 1933 ke 1919 yang dilakukan oleh semacam 'tim ahli' dari Unpadj.
Memang tidak banyak penelitian sebelumnya mengenai 'hari lahir Persib'. Bisa dicatat: Lintasan Sejarah Persib (Risnandar Soendoro, 2001) dan Maenbal – Sejarah Sepakbola di Bandung 1900-1950 (Atep Kurnia, 2022).
‘Menyembunyikan' Skripsi Fajar Salam
Kebetulan saya menyimpan satu eksemplar skripsi berjudul Perkembangan Persepakbolaan Bumiputra di Bandung 1919-1942 karya Fajar Salam, mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (FIB Unpad) 2014, yang diselesaikan 2019. Fajar memberikan skripsi itu karena menganggap saya penggemar berat sepak bola dan khususnya Persib. Sejauh yang pernah saya baca, tulisan tersebut adalah riwayat persepakbolaan di Bandung masa kolonial paling komprehensif.
Lalu kemarin-kemarin saya membaca secara cermat ulasan-ulasan di dalamnya, dan (mengherankan bahwa) tidak ada keraguan bagi saya bahwa Persib memang lahir tahun 1934. Berdasarkan bukti tulisan koran Sipatahoenan edisi 19 Maret 1934 dan surat kabar Pemandangan 20 Maret 1934, fusi Persatoean Sepakraga Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB) terjadi pada 18 Maret 1934, bukan 14 Maret 1933.
Setelah membaca bolak-balik berkali-kali, memang tidak ada penjelasan sedikit pun bahwa yang namanya Persib lahir tahun 1919, seperti yang diklaim tim ahli dari Unpadj. Pengisahan Fajar detail dan jelas. Apabila tim dari Unpadj 'keukeuh' mengubah hari lahir Persib menjadi tahun 1919, itu artinya tim ini juga menafikan "penelitian (karya ilmiah) dari Unpadj ya yang 'dihasilkannya' sendiri", yaitu skripsi Fajar Salam itu.
Aneh memang! Apa guna "penelitian" yang malah membuat kisruh, padahal penjelasan komprehensif 'hari lahir' nyatanya cukup diperiksa pada skripsi dimaksud? Apa skripsi (yang notabene dihasilkan Unpadj) itu tidak bisa dipercaya? Apakah hasil penelitian yang namanya skripsi dianggap tidak ilmiah? Atau asal beda saja? Atau ada maksud lain?
Proyek penelitian semacam ini, menurut saya, tidak bermanfaat dan terlalu mengada-ada. Apalagi dengan menyembunyikan fakta bahwa ada penelitian dengan tema yang sama, dan itu terjadi di lingkup Jurusan Sejarah Unpadj itu sendiri.
Menjadi menarik untuk kita ketahui, seperti apa sebetulnya gerangan isi hasil penelitian yang dibuat tim dari Unpadj ini!? Apa pelajaran yang bisa ditarik?
Mencurigai Naskah Akademik Hari Lahir Persib
Beberapa hari kemudiann saya mendapatkan lalu membaca "Naskah Akademik (NA) Hari Jadi Persib" dimaksud. Jadi pertama, berikut ini sejumlah catatan: seperti sudah diduga (dan saya khawatirkan), skripsi Fajar Salam: Perkembangan Persepakbolaan Bumiputra di Bandung 1919-1934 tidak kita temukan dirujuk atau tercantum pada referensi naskah tersebut. Ini sih keterlaluan teganya! Keruan, membuat NA ini patut dicurigai. Apa sebetulnya motif ‘tim ahli’ NA ini menyembunyikan skripsi tersebut?
Sejauh yang saya tahu, dan sudah terkonfirmasi dari Fajar Salam maupun salah satu anggotanya, 'tim ahli' ini jelas pura-pura tidak tahu. Saya ingatkan sekali lagi, dengan isi dan referensi yang kurang lebih sama dengan NA, skripsi itu dihasilkan oleh Jurusan Sejarah FIB Unpadj (darimana 'tim ahli' NA ini berasal).
Fajar Salam, si penulis skripsi, beberapa hari yang lalu mengatakan begini: ”Seenggaknya dalam dunia akademik, walaupun penelitian kita sekecil apa pun, paling tidak diberikan kredit sih. Motivasi untuk para peneliti muda dan mahasiswa.”
Karena perilaku tidak beretika ini, harus dikatakan bahwa Naskah Akademik ini telah kehilangan nilai akademisnya. Pantaskah cara penulisan seperti ini dijadikan rujukan?
Lebih jauh lagi, aneh bahwa Naskah Akademik ini tanpa Tinjauan Pustaka! Maksud saya begini, apakah sebelum dihasilkannya NA terdapat penelitian apa pun dengan tema dan maksud yang kira-kira sama? Katanya kajian ilmiah?
Sekali lagi saya ulangi, rupanya data yang digunakan tidak banyak berbeda dengan data yang dihasilkan Fajar Salam, meski tulisan sang mahasiswa sebenarnya lebih detail. Sisanya adalah seperti kutipan tidak langsung buku dan tulisan Atep Kurnia: Maenbal. Yang beda tentu saja Bab IV - Landasan Filosofis dan Sosiologis Hari Jadi Persib. Nah tentang ini pun, tentu jadi soal. Dengan 'menyembunyikan' skripsi Fajar Salam dari hadapan publik, isi "landasan Filosofis dan Sosiologis" jadi penjelasan konyol yang tidak ada artinya, tiada guna. Untuk apa? Adalah absurd bahwa isi skripsi Fajar Salam itu jauh lebih berharga nilainya daripada penyebutan nama-nama mentereng: Emile Durkheim, Carl Gustav Jung atau Clifford Geertz pada Bab IV. Ini sih memalukan!
Nah, yang juga menarik, catatan kedua saya: sesat logika. 'Tim ahli' ngotot membuat penekanan bahwa Persib adalah pendiri PSSI, maka umur Persib "harus" lebih tua dari PSSI. Untuk itulah dilakukan penelitian hari jadi Persib yang baru oleh 'tim ahli' dari Unpadj.
Alasan yang digunakan adalah kutipan kata sambutan K. Komarawinata (Ketua Persib di masa itu) dalam ulang tahun Persib ke-30 pada 1963 dan tulisan R. Ibrahim Iskandar (Ketum Persib 1951-1957) (NA, halaman 64) yang menyebut bahwa Persib (diklaim) adalah pendiri PSSI. Saya harus menjelaskan begini: pernyataan dua orang di tahun 1960-an itu cuma klaim yang tanpa dasar sejarah yang sahih. Lalu sekarang tim ahli sudah menemukan bukti sejarah yang konkret, tapi kok tetap saja pernyataan dua orang tadi yang dijadikan dasar Persib sebagai salah satu pendiri PSSI?
Persib jelas-jelas bukan pendiri PSSI (Itu sebabnya diakali tahun lahir yang lebih tua dari 1930). Dengan mengacu pada fakta yang 'tim ahli' ini sendiri tulis dalam Naskah Akademik, harusnya cara berargumennya begini (masak sih harus diajari?): "Pernyataan-pernyataan (K. Komarawinata dan R. Ibrahim Iskandar) di atas hanya klaim-klaim saja, tanpa bukti historis yang bisa dipertanggungjawabkan. Berdasarkan fakta yang tim ahli Naskah Aakademik temukan, pendiri PSSI adalah salah satu 'bond' dari Bandung yang bernama BIVB. Berikutnya BIVB bubar. Setelahnya di Bandung terdapat dua perserikatan sepak bola Bumiputra. PSIB berfusi dengan VIB pada tahun 1934 dan melahirkan Persib yang kita kenal sekarang." Begitu seharusnya ditulis!
Baca Juga: Mengulas Sepak Bola di Bandung, dari Alat Perjuangan hingga Klub-klub selain Persib
Persib di antara Reruntuhan Anyer Dalam
SEJARAH SURAT KABAR WARTA BANDUNG #6: Persib Noe Aing!!
Contoh Kasus Terbaik ‘Matinya Kepakaran’
Dalam wawancara dengan PRFM 27 Desember 2023, Dr. Miftahul Falah mengatakan: "Soal pro kontra, kami terbuka kok. Silakan ditanggapi secara akademis…” Tapi sejenak berikutnya Prof. Kunto Sofianto (ketua tim ahli Naskah Akademis) menambahkan begini: "Naskah Akademis ini tidak untuk 'dimorah-mareh' ka masyarakat. Nanti wartawan dan media saja yang menanggapi, karena ini ‘kan bahasanya ilmiah...".
Bahasanya ilmiah? Dengan semua penjelasan kekonyolan yang saya sampaikan di atas, pernyataan tersebut menjadi tampak semacam kesombongan akademis yang tidak pada tempatnya dengan menganggap hanya 'tim ahli', dan media, yang mampu memahami Naskah Akademik dimaksud. Ya begitulah!
Sejarah itu ditulis untuk kemaslahatan bersama. Menurut saya sih, tahun kelahiran Persib sebaiknya kembali saja ke tahun 1933. Saya tidak tahu mengapa soal tanggal lahir itu membuat gaduh. Realitasnya tampaknya selama ini aman-aman saja. Sekarang semua orang sudah tahu kerumitan dan kekacauan yang ditimbulkan gara-gara Naskkah Akademik ini.
Saya kemukakan ilustrasi sederhana ini sebagai pembanding: penyingkatan 'Universitas Padjadjaran' ke 'Unpad'(dari mana 'tim ahli' penulisan yang disebut Naskah Akademik ini berasal) merupakan kesalahan. Seharusnya 'Unpadj' dan bukan 'Unpad', namun pihak kampus atau civitas academia kampus tersebut mendiamkannya saja, tidak pernah mempermasalahkan, meski tahu itu salah. Bukan 'Unpadj', tetapi 'Unpad' yang sudah kadung dikenal sejak awal kelahirannya, dan sudah melekat, sudah jadi trade mark. Sama saja dengan Persib 1933 tokh!
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain tentang sepak bola atau juga tentang Persib