• Buku
  • BUKU BANDUNG #60: Sejarah Maenbal di Bandung dan Lahirnya Persib

BUKU BANDUNG #60: Sejarah Maenbal di Bandung dan Lahirnya Persib

Selama ini Persib diyakini lahir pada 14 Maret 1933, tetapi ada bukti kuat bahwa Persib sebenarnya lahir hari Minggu, 18 Maret 1934.

Buku Maenbal: Sejarah Sepak Bola di Bandung Tahun 1900-1950, ditulis Atep Kurnia, penerbit Panti Baca Cerita, 2022. Buku ini antara lain menceritakan lahirnya Persib. (Foto: Iman Herdiana/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana29 Januari 2023


BandungBergerak.idSebagai klub sepak bola paling sohor di Jawa Barat, Persib tentu memiliki catatan sejarah yang panjang dan berliku. Tak heran jika banyak orang yang tertarik menyelami sejarah Persib. Untuk mengenal sejarah Persib, orang barangkali pertama-tama akan mengunjungi laman resmi Maung Bandung, persib.co.id, walaupun ternyata pada bagian profil klub tidak menampilkan cerita sejarah yang lengkap.

Di sana disebutkan bahwa sebelum lahir nama Persib, pada tahun 1923 di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakn I R. Atot.

Catatan sejarah yang tertera di laman Persib bersumber dari Lintas Sejarah Persib yang ditulis pengamat sepak bola, Risnandar Soendoro. Menurut Risnandar, BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain bernama Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).

“Pada 14 Maret 1933 kedua klub itu sepakat melebur dan lahirlah perkumpulan baru yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai ketua umum. Klub- klub yang bergabung ke dalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi. Setelah tampil tiga kali sebagai runner up pada Kompetisi Perserikatan 1933 (Surabaya), 1934 (Bandung), dan 1936 (Solo), Persib mengawali juara pada Kompetisi 1939 di Solo,” demikian dikutip dari laman klub, diakses Sabtu (28/1/2023). 

Laman Persib menyajikan sejarah kelahiran Persib teramat singkat. Setelah itu, laman Persib meloncat pada sejarah tahun 1941 sampai pascakemerdekaan. Tapi beruntung, bagi pecinta Persib yang ingin menyelami sejarah klub lebih jauh kini hadir buku “Maenbal: Sejarah Sepak Bola di Bandung Tahun 1900-1950” yang ditulis pemerhati sejarah Atep Kurnia.

Buku ini diterbitkan Panti Baca Cerita, Sumedang, cetakan pertama 2022. Dari jilidnya, buku ini menampilkan foto sebuah stadion jadul; di lapangan hijau para pemain tampak sedang berebut bola, di pinggir stadion orang-orang berpakaian serba putih, mereka asyik menonton.

Dilihat dari pakaian dan perawakannya, para penonton yang berjubel itu sepertinya orang-orang Eropa atau para menak. Maklum, sepak bola masa itu masih menjadi olahraga milik bangsawan, belum merakyat.

Pada bagian kata pengantar, Atep Kurnia menjelaskan penulisan buku “Maenbal: Sejarah Sepak Bola di Bandung Tahun 1900-1950” berangkat dari “temuan baru” ihwal lahirnya Persib yang selama ini diyakini pada 14 Maret 1933 (seperti tertulis pada laman resmi Persib).

Namun, menurut Atep, dari rekaman koran Sunda Sipatahoenan edisi Senin 19 Maret 1934, diketahui bahwa hari lahir Persib seharusnya jatuh pada hari Minggu, 18 Maret 1934. Mengapa Atep memiliki versi hari lahir Persib 18 Maret 1934? Alasan dan bukti-buktinya dijelaskan di dalam buku ini.

Buku yang bersifat kronikal ini, karena terdiri dari sejumlah artikel tersendiri, mengulas asal-usul Persib pada artikel bertajuk “Persatuan Sepakraga Indonesia Bandung (Persib)”. Di sini Atep menjawab perdebatan mengenai kapan resminya Persib dibentuk, apakah tanggal 14 Maret 1933 seperti yang selama ini disebutkan untuk menyebut titimangsa kelahiran Maung Bandung?

Atep mengajukan sejumlah bukti bahwa Persib lahir sebenarnya 18 Maret 1934. Munculnya tanggal 18 Maret 1934 ini mengacu pada peristiwa fusi dua klub bumiputra ke dalam Persatuan Sepakraga Indonesia Bandung yang disingkat Persib.

Untuk menopang argumen bahwa Persib lahir pada 18 Maret 1934, Atep membeberkan fakta-fakta yang diberitakan Sipatahoenan edisi Senin, 19 Maret 1934 dalam laporan berjudul “PERSIB: Almarhum PSIB djeung NVB” dan “PSIB+NVB=PERSIB”.

Sipatahoenan memberitakan rapat komisi fusi dua klub bumiputra, PSIB dan NVB, yang telah diselenggarakan “kemarin di Institut Karangkaputran di Kepatihanweg, Bandung. Ketuanya Tuan Hoesijn Kartasasmita, yang merangkap dan memegang palu ketua rapat. Para undangannya terdiri atas pemuka dari PSIB dan NVB”.

“Yang dimaksud kemarin dalam kutipan tersebut itu tentu saja berarti rapat fusi tersebut diselenggarakan pada hari Minggu, 18 Maret 1934,” jelas Atep Kurnia.

Rapat fusi, kata Atep, digelar sederhana dan hanya dihadiri sedikit orang. Namun rapat ini sangat penting karena melahirkan penggabungan dua perhimpunan sepak bola bangsa Indonesia yang telah bertahun-tahun dicita-citakan oleh orang Bandung.

Rapat menyepakati bahwa organisasi hasil fusi kemudian dipimpin oleh ketua Anwar St Pamoentjak (dari PSIB) dan wakil ketua Hoesijn Kartasasmita (NVB). Menurut Atep, mengenai nama hasil fusi konon ada yang saat itu langsung meminta ditentukan, tapi ada pula yang mengisyaratkan jeda waktu untuk berembuk lagi.

Buku Maenbal: Sejarah Sepak Bola di Bandung Tahun 1900-1950, ditulis Atep Kurnia, penerbit Panti Baca Cerita, 2022. Buku ini antara lain menceritakan lahirnya Persib. (Foto: Iman Herdiana/BandungBergerak.id)
Buku Maenbal: Sejarah Sepak Bola di Bandung Tahun 1900-1950, ditulis Atep Kurnia, penerbit Panti Baca Cerita, 2022. Buku ini antara lain menceritakan lahirnya Persib. (Foto: Iman Herdiana/BandungBergerak.id)

“Dan akhirnya sepakat untuk membuat panggilan sementara agar organisasi fusi yang baru itu bernama, sebab untuk nama resminya akan ditetapkan pada rapat umum para anggotanya,” tulis Atep.

Setelah rapat fusi secara umum selesai, acara dilanjutkan dengan rapat para pengurus fusi, masih di hari yang sama. Pada kesempatan rapat jeda itulah menurut Atep lahir nama Persib.

“Keputusan untuk nama fusi itu dibincangkan pada rapat yang disebut terakhir, yakni Persib, konon kependekan dari Persatuan Sepakraga Indonesia Bandung (Persib),” kata Atep.

Temuan dari laporan Sipatahoenan ini menegaskan sudah saatnya Persib berganti penangalan untuk memperingati hari lahirnya.

“Saya pikir dengan adanya fakta-fakta dari kedua tulisan dalam Sip edisi 19 Maret 1934 , tanggal 14 Maret 1933 sebagai titimangsa hari ulang tahun (HUT) Persib yang selama ini diperingati mesti digugurkan dan diganti dengan 18 Maret 1934. Karena jelas untuk 14 Maret 1933 tidak ada bukti yang terbantahkan lagi faktanya,” tulis Atep.

Baca Juga: BUKU BANDUNG #57: Keluar dari Cengkeraman Kolonialisme Melalui KAA 1955
BUKU BANDUNG #58: Ledeng Oh Ledeng, Riwayatmu Kini
BUKU BANDUNG #59: Mengenal Boscha dari Bacaan Wisnu

Jauh Sebelum Persib Lahir

Selain membahas sejarah Persib, Atep mengulas cikal-bakal sepak bola di Hindia Belanda, khususnya di Bandung – jauh sebelum Persib lahir dari peristiwa fusi di atas – yang menurut hasil telusur pustaka bermula sejak 1900, disusul “temuan-temuan” keberadaan klub-klub dan perserikatan-perserikatan yang sempat meramaikan dunia persepakbolaan di Bandung, paling tidak hingga 1950.

Atep membagi isi buku ke dalam dua bagian besar. Masing-masing bagian menghimpun sejumlah artikel tentang sepak bola. Bagian pertama berisi identifikasi berbagai klub sepak bola yang pernah ada dan barangkali masih ada di Bandung hingga sekarang. Klub tersebut terdiri atas klub bangsa Eropa atau Belanda, klub bangsa bumiputra, dan klub bangsa Tionghoa. Sementara bagian dua berisi deskripsi mengenai perserikatan-perserikatan yang sempat menghimpun klub-klub sepak bola di Bandung.

Bagian pertama buku ini diawali dengan lahirnya klub sepak bola pertama di Bandung, yaitu BVC (Bandoengsche Voetbal Bond). Kejadian menarik dan lucu tidak lepas dari penelusuran Atep saat menceritakan pertandingan BVC Bandung melawan klub dari Batavia (kini Jakarta) yang sama-sama disingkat BVC (Bataviasche Voetbal Bond).

Hasil pertandingan itu, Bandung dicukur 4-0. Pada kesempatan lain, Bandung berusaha membalas kekalahan dengan tandang ke Batavia, namun berakhir dengan kekalahan yang menghancurkan karena diberondong 12 gol oleh Batavia tanpa balas.

Terlepas dari hasil pertandingan, menurut Atep, pada masa itu menjadi titimangsa lahirnya klub pertama sepak bola di Bandung, yaitu BVC yang muncul pada 1900.

“BVC adalah kesebelasan pertama yang dilahirkan di Bandung. Lebih dari itu, dari kesebelasan ini nantinya muncul klub-klub sepak bola yang lebih profesional di Bandung. Para pemainnya pun bahkan menjadi legenda sepak bola di Bandung. Misalnya Wim Kuik yang mendirikan UNI dan Eddy Alting Siberg yang mendirikan SIDOLIG” (Halaman 8).

UNI kependekan dari Uitspanning Na Inspanning yang berarti bersenang-senang setelah bekerja keras. UNI adalah klub tertua kedua di Bandung setelah BVC. Klub tertua ketiga setelah UNI adalah Sidolig.

UNI dan Sidolig lahir dari rahim yang sama, yaitu BVC, terdiri dari angkatan-angkatan muda pecinta sepak bola. Pada 20 Oktober 1923, Sidolig resmi memiliki stadion. Sekarang lapangan yang kerap disebut stadion Persib itu masih berdiri di Jalan A Yani, tak jauh dari Kosambi.

UNI, Sidolig maupun BVC sama-sama dirintis oleh orang-orang Eropa, Belanda, yang bekerja di kereta api. Dari klub-klub tersebut, warga bumiputra kemudian terdorong untuk membentuk klub sendiri. Atep kemudian menelusuri lahirnya klub sepak bola bumiputra pertama di Bandung, yaitu Osvia. Osvia mulai mengikuti kompetisi pada 1905.

Tahun 1914-1921 Osvia tercatat mengikuti perserikatan BVC, meski perlahan tapi pasti harus mengalami keterpurukan karena kurangnya pemain bermutu, masalah keuangan, dan penjegalan oleh klub-klub Eropa (Halaman 48).

Informasi Buku

Judul Buku: “Maenbal: Sejarah Sepak Bola di Bandung Tahun 1900-1950”

Penulis: Atep Kurnia

Penerbit: Panti Baca Cerita, Sumedang

Cetakan Pertama: 2022

Jumlah Halaman: 236

Editor: Redaksi

COMMENTS

//