BUKU BANDUNG #54: Penantian 19 Tahun Persib Juara
Tangisan haru terlihat jelas dari para pemain dan bobotoh Persib dalam menyambut gelar juara setelah penantian panjang selama 19 tahun.
Penulis Dzoulfiqar Gani18 Desember 2022
BandungBergerak.id - Masa kejayaan Persib Bandung pada tahun 2014 cukup membekas dalam memori masyarakat Kota Bandung atau warga Jawa Barat umumnya. Pada tahun tersebut Persib Bandung kampiun Liga 1.
Arif Budi Kristanto melalui buku Musim Sang Juara berusaha memotret proses dan orang-orang yang terlibat dalam mengantarkan gelar juara bagi Persib Bandung. Berbagai cerita dan drama dihadirkan Arif pada musim keemasan ini.
Cerita diawali dengan penggambaran situasi pra-musim Persib Bandung di kala dinakhodai oleh Djadjang Nurdjaman yang juga merupakan legenda Persib Bandung di masa perserikatan silam.
Di masa pramusim, Djadjang Nurdjaman selaku manajer Persib tentu sempat mengalami kesulitan ketika akan mengarungi musim kompetisi. Salah satunya adalah terkait masalah susunan pemain yang akan ikut serta Liga Super Indonesia 2014.
Hal tersebut yang kemudian memaksa Djadjang Nurdjaman memutar otak. Pada musim sebelumnya, performa Persib Bandung dapat dikatakan biasa saja dibandingkan dengan musim di masa Djadjang Nurdjaman menjadi pemain. Tercatat musim sebelum musim 2014 Persib Bandung hanya berhasil finish di urutan ke-4. Namun, fakta tersebut tetap menjadi salah satu awal yang baik untuk mengejar mimpi juara liga yang telah diidam-idamkan selama ini.
Banyak pemain yang pada akhirnya tidak dilibatkan dalam skuad utama Persib Bandung di musim Liga Super Indonesia 2014. Salah satunya adalah Maman Abdurrahman, pemain bertahan yang telah cukup lama membela Persib Bandung ini terpaksa harus dicoret oleh Pelatih Djadjang Nurdjaman karena dianggap tidak masuk dalam skema permainan Persib Bandung di musim yang akan datang.
Sontak Maman Abdurrahman menuai pro dan kontra di ranah publik bobotoh selaku suporter setia Persib Bandung. Tidak heran karena Maman Abdurrahman sendiri merupakan salah satu pemain yang memiliki penggemar yang cukup banyak di kalangan bobotoh. Namun, Djadjang Nurdjaman tetap dengan pendiriannya untuk tidak melibatkan pemain-pemain yang dinilai tidak cocok dengan skema strategi Persib Bandung.
“Pada musim pertama, saya juga memutuskan untuk mencoret pemain kesayangan bobotoh seperti Miljan Radovic. Tapi saya punya keyakinan, kalau pemain itu diganti dengan pemain yang saya nilai bisa melengkapi tim, maka tim akan lebih baik,” ujar Djadjang Nurdjaman terkait pencoretan pemain.
Selain Maman, Airlangga Sutjipto yang merupakan striker yang cukup mematikan yang dimiliki oleh Persib Bandung pun turut dicoret dari skuad utama Persib Bandung. Sebagai gantinya, Djadjang Nurdjaman mendatangkan striker yang merupakan jebolan diklat Persib yaitu Ferdinand Sinaga.
Djadjang Nurdjaman sendiri memahami bahwa pada musim sebelumnya kualitas pertahanan Persib Bandung sering kali menjadi soal dalam kiprahnya mengarungi musim kompetisi kasta tertinggi di Indonesia. Oleh sebab itulah ia mendatangkan bek tinggi besar asal Montenegro bernama Vladimir Vujovic. Vladimir Vujovic dinilai dapat menjadi jawaban dari minimnya kualitas pertahan Persib Bandung dalam mengarungi musim Liga Super Indonesia.
Mengawali Musim yang Sulit
Kiprah Persib Bandung di awal musim 2014 dapat dikatakan tidak terlalu buruk. Persib berhasil lolos ke partai final Inter Island Cup.
Namun ketika memasuki partai Liga Super Indonesia 2014, Persib diterpa beberapa ujian seperti kurangnya komposisi pemain dan kurang padunya strategi racikan Djadjang Nurdjaman. Buntutnya, Persib kesulitan mencetak gol di laga pertama kontra Sriwijaya FC di Stadion Si Jalak Harupat.
Pada lanjutan Liga Super Indonesia 2014, Persib kemudian melakoni laga melawan Persita Tangerang. Persita merupakan tim yang sempat Persib bantai habis 7-1 di laga Inter Island Cup. Namun, kala pertemuan kembali kedua tim tersebut di lanjutan Liga 1 semuanya sudah berbeda. Persib seakan kehilangan kemampuan dan superioritasnya kala membantai Persita beberapa pekan sebelumnya.
Laga tersebut pun berakhir dengan kemenangan Persib Bandung akibat dari salah satu pemain Persita Tangerang melakukan pelanggaran di kotak penalti, dan Persib berhasil mengeksekusinya dengan baik.
Dengan hasil kedua laga awal tersebut, Persib berhak memuncaki klasemen sementara wilayah I. Namun, Djadjang Nurdjaman tidak memungkiri bahwa kedua laga tersebut berbasiskan atas keberuntungan. Dalam beberapa laga lanjutan LSI, Persib Bandung masih diwarnai dengan inkonsistensi dalam segi permainannya. Terkadang Persib menang secara meyakinkan apabila bertemu tim dengan performa yang tidak terlalu baik, dan akan sangat kesulitan mencetak gol apabila bersua tim dengan materi pemain yang cukup bagus.
Baca Juga: BUKU BANDUNG #51: Kisah Jin dalam Botol dan Pilgub Jabar Pascaruntuhnya Orde Baru
BUKU BANDUNG #52: Lawatan Sejarah yang Paling Sunyi
BUKU BANDUNG #53: Menilik Pergeseran Pemilikan Tanah Era 70an
Menjaga Asa Juara
Setelah berbulan-bulan melakoni liga dengan berbagai tingkat performa yang terus menanjak, Persib Bandung akhirnya mencapai partai final Liga Super Indonesia. Pertama, Persib berhasil menumbangkan Arema dalam laga semifinal lanjutan Liga Super Indonesia.
Kemenangan tersebut mendorong moral para Persib Bandung. Skuad Maung Bandung kemudian mampu menuntaskan pekerjaan dengan sebuah prestasi yang selama ini ditunggu-tunggu oleh bobotoh: Persib melaju ke final Liga 1.
Namun, dalam laga final ini tentu tidak mudah karena Persib harus menghadapi sang juara bertahan asal Papua, Persipura Jaya Pura.
“Tujuan kami juara, bukan final. Saya sudah ingatkan itu kepada tim. Tinggal selangkah lagi. Namun kami juga tidak boleh lengah. Persipura bagaimanapun adalah tim kuat, juara bertahan yang teruji mental juaranya,” ujar Djadjang Nurdjaman sembari menyuntikkan semangat kepada tim jelang laga kontra Persipura.
Masalah kebugaran menjadi bahan pikiran baru bagi skuad Persib Bandung. Tentu karena di laga semifinal kontra Arema sebelumnya, Persib harus melakoni laga selama 120 menit lamanya. Tentu hal tersebut dapat menjadi masalah serius jika tidak dicarikan solusinya segera. Terlebih lawan yang mereka hadapi adalah Persipura yang memiliki pengalaman menjadi juara pada musim-musim sebelumnya, tentu hal tersebut dapat menjadi keunggulan bagi mereka.
Laga pun dimulai secara sengit dengan kedua belah pihak secara bergantian jual-beli serangan tanpa henti. Saking sengitnya laga tersebut hingga terjadi hujan kartu, di mana salah satu pemain dari masing-masing tim mendapatkan kartu kuning kedua. Bio Paulin dari pihak Persipura yang sebelumnya telah mendapatkan kartu merah terlebih dahulu kemudian disusul oleh Vladimir Vujovic dari pihak Persib Bandung yang mendapatkan kartu merah akibat melakukan pelanggaran yang tidak perlu.
Pertandingan yang sengit itu berlanjut hingga babak adu penalti karena skor imbang dan tidak ada tambahan gol di masa perpanjangan waktu. Pada akhirnya setelah tembakan dilesatkan secara bergantian, Persib Bandung keluar sebagai juaranya dengan Achmad Jufriyanto berhasil mengeksekusi sebagai penendang terakhir.
Apresiasi juga perlu ditujukan kepada kipper Persib, I Made Wirawan, yang sukses menepis bola dari pemain Persipura Nelson Alom. Euforia pemain tidak dapat terbendung setelah wasit meniupkan peluit terakhirnya tanda laga usai. Begitu pun dengan para suporter, tangisan haru dapat terlihat jelas dari para pemain dan suporter dalam menyambut gelar juara setelah 19 tahun penantian bagi Persib Bandung.
Tergambar jelas di buku Musim Sang Juara bahwa perjuangan Persib Bandung untuk menjuarai Liga Super Indonesia memang tidaklah main-main. Arif Budi Kristanto berhasil mengungkapnya dengan narasi yang membuat pembaca pun merasakan atmosfer juara yang telah dinantikan selama bertahun-tahun oleh publik bobotoh.
Informasi Buku
Judul: Musim Sang Juara
Oleh: Arif Budi Kristanto
Penerbit: Tatali News Cooperation
Cetakan: Februari 2015
Halaman: 200 Halaman