• Berita
  • Mengulas Sepak Bola di Bandung, dari Alat Perjuangan hingga Klub-klub selain Persib

Mengulas Sepak Bola di Bandung, dari Alat Perjuangan hingga Klub-klub selain Persib

Di Bandung pernah berdiri PS Bandung Raya yang pernah juara Liga Indonesia tahun 1995-1996. Pada zaman Hindia Balanda, sepak bola menjadi olahraga kelas pekerja.

Berita hasil akhir pertandingan Persib Bandung vs Timnas Filipina dalam Koran Het Nieuwsblad voor Sumatra pada kolom Sport. (Sumber: Het Nieuwsblad voor Sumatra terbitan 18 Juni 1953)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah28 November 2023


BandungBergerak.id - Selain dikenal sebagai kota fashion, Kota Bandung juga disebut kota sepak bola karena masyarakatnya yang gila bola. Sebagian warga Bandung tak bisa dipisahkan dengan klub kesayangan Persib. Namun sejarah sepak bola di Bandung tak hanya menyoal Persib.

Peneliti dan dosen sejarah Universitas Padjadjaran (Unpad) yang menjadi bagian tim peneliti sejarah Persib menyebutkan ada klub-klub sepak bola lain selain Persib yang lahir di kota kembang, yakni Mantrans Bandung Raya.

"Mantrans Bandung Raya klub ini sering terlupakan. Klub ini pernah juara liga Indonesia tahun 1995/1996," kata Miftah, saat acara “Ngobrol di Museum” tentang "Sejarah Sepak Bola di Kota Bandung", di Museum Bandung, Jumat, 24 November 2023.

Klub Mantrans Bandung Raya ini memiliki riwayat prestasi yang gemilang di sejarah sepak bola Indonesia. Pada mulanya klub ini bernama PS Bandung Raya dengan skuad para pemain UNI dan berlaga di Galatama.

"PS Bandung Raya ini menjadi klub profesional yang ber-homebase di Kota Bandung. Selama di Galatama berada di runner up urutan 7-8," tutur Miftah.

Mantrans Bandung Raya mengalahkan PSM Makasar dan menjadi juara di Liga Indonesia (Ligina) II tahun 1994/1995. Lama menghilang, di tahun 2007 PS Bandung Raya kembali hadir di Liga Super Indonesia (LSI) dengan mengakusisi Pelita Jaya. Tahun 2012-2013 klub ini berlaga dengan nama Pelita Bandung Raya.

Riwayat PS Bandung Raya atau Pelita Bandung Raya berhenti di tahun 2018 setelah dijual ke Achsanul Qosasi dan berubah nama menjadi Madura United. Dengan sejarah inilah, lanjut Miftah, tidak pernah tetap dan berdiam di tempat dan menjadi dialog antargenerasi melalui sumber sejarah sebagai jejak.

"Sejarah tidak pernah tetap, sejarah itu dialog generasi sekarang dengan masa lalu melalui sumber. Sumber adalah jejak,"  jelas Miftah.

Namun, tidak semua sumber sejarah bisa diceritakan. Subjektivitas sejarawan selalu menginterpretasikan dibatasi oleh fakta.

"Interpretasi dibatasi oleh fakta. Tidak setiap sumber masa lalu adalah jejak. Apa yang kita ceritakan bukan apa yang kita suka. Karena kisah yang disampaikan oleh sejarawan tak mungkin diungkap secara utuh," beber Miftah.

Baca Juga: Sejarah Maenbal di Bandung dan Lahirnya Persib
Persib Lupa Tanggal Lahirnya Sendiri
Viking UIN Bandung Gelar Nobar Persib di Kampus

Sepak Bola sebagai Alat Perjuangan dan Kemunculan Persib Bandung

Bola bundar yang diperebutkan di lapangan hijau oleh 11 pemain lawan 11 pemain selama 45 menit kali dua di masa kolonial Hindia Belanda menjadi alat perjuangan. Penulis dan peneliti Atep Kurnia bahkan mengatakan sepak bola juga menyokong pergerakan nasional.

"Tahun 1913 itu bisa dikatakan alat untuk perjuangan pergerakan bangsa Indonesia untuk nasionalisme," ucap Atep.

Alasan tersebut, kata penulis buku Maenbal: Sejarah Sepak Bola di Bandung tahun 1900-1950-an disebabkan bahwa sepak bola muncul dari akar para pekerja di djawatan kereta api dan pelajar bumiputra di masa Hindia Belanda waktu itu.

Dari sanalah kemudian sepak bola berkembang dan bertumbuh hingga ke pinggir Kota Bandung.

"Perkembangan (sepak bola di era) Moehamad Enoch, sepak bola semula sebagai hiburan, kemudian menyebar ke pinggiran kota Bandung menjadi demam di sekitarnya. Membentuk gagasan untuk melahirkan klub-klub sepak bola di Hindia Belanda," tutur Atep.

Dalam buku Maenbal, Atep berusaha menghadirkan gagasan indonesiasentris atau pandangan menurut sejarah Indonesia. Pasalnya, buku sejarah di Kota Bandung mengenai sepak bola muncul awal kali oleh orang Belanda dengan nuansa dan pandangan sangat Eropa. Di antaranya adalah Willem Berretty yang mengkhususkan pada pembahasan klub orang Eropa di Hindia Belanda.

Atep memilih membahas sepak bola secara menyeluruh mulai dari klub Bumiputera, Tionghoa, dan Hindia Belanda.

"Tiga kelompok bangsa di Bandung mengembangkan klub-klub perserikatannya masing-masing, bahkan semacam ada konflik dan intrik yang tak boleh bersatu. Sehingga untuk kalangan bumiputera kita gagasan Indonesia yang harus, mengalami sentuhan politik," ungkap Atep.

Sentuhan politik di dalam sepak bola ini dilakukan oleh pemuda-pemuda yang terhimpun pada Jong Sumetera dan membangun klub bernama Sigalang. Sepak bola di Kota Bandung awal mulanya sudah ada dengan pendirian di tahun 1900-an kemudian bermuncul Bandoengsche Voetbal Bond (BVB) dan Perserikatan Sepak Bola Priangan (PVB).

Persib Bandung sendiri, lanjut Atep, merupakan pencampuran antara PSIB dan NVB dan kemudian berdiri Persib yang pada Maret 1934, meskipun selama ini Persib dikenal lahir tahun 1933. Atep menulis buku Maenbal berangkat dari “temuan baru” ihwal lahirnya Persib.

Berdasarkan rekaman koran Sunda Sipatahoenan edisi Senin 19 Maret 1934, Atep menjelaskan bahwa hari lahir Persib seharusnya jatuh pada hari Minggu, 18 Maret 1934.

Atep mengajukan sejumlah bukti yang mengacu pada peristiwa fusi dua klub bumiputra ke dalam Persatuan Sepakraga Indonesia Bandung yang disingkat Persib. Peristiwa fusi ini diliput koran Sipatahoenan edisi Senin, 19 Maret 1934 dalam laporan berjudul “PERSIB: Almarhum PSIB djeung NVB” dan “PSIB+NVB=PERSIB”.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain dari Muhammad Akmal Firmansyahserta artikel-artikel lain tentang Sepak Bola atau Persib

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//