Hot Mamah Dance Club Meriahkan Peringatan Hari Tari Sedunia
Mereka mamah-mamah yang sehari-hari menjalankan tugas sebagai seorang ibu. Hot Mamah Dance Club tidak lihai menari tapi pandai berbagagia menari.
Penulis Awla Rajul15 Mei 2024
BandungBergerak.id - Hot Mamah Dance Club, kelompok ‘mamah-mamah’ dari Jawa Barat menghentak panggung Pendhapa Ageng ISI Surakarta, Jawa Tengah pada perhelatan 24 Jam Menari, peringatan Hari Tari Dunia 2024, Senin, 29 April 2024. Komunitas menari yang mengusung slogan “amalkan goyang, gitek, dan geol dengan tepat dan bermanfaat” ini dibentuk pada 2023 dengan misi merayakan kemerdekaan perempuan lintas bidang, berekspresi melalui seni tari.
Hot Mamah Dance Club dikembangkan dan dikelola Sasikirana KoreoLab dan Dance Camp. Salah satu tujuan dari kelompok tari ini adalah menciptakan ruang aman untuk eksplorasi diri, mengolah tubuh, merangkul perempuan-perempuan untuk berkarya dan berjejaring dalam seni tari, meski bukan berasal dari latar belakang seni.
Penanggung Jawab Hot Mamah Dance Club dan program Residensi – KoreoLAB Sasikirana, Tazkia Hariny Nurfadlilla menerangkan, seperti namanya, 90 persen dari kelompok ini merupakan ibu-ibu dari berbagai latar belakang profesi, seperti arsitek, pengusaha, ahli bahasa, ahli kuliner, pemengaruh media sosial (influencer), musisi, dan sebagian besarnya merupakan ibu rumah tangga (IRT).
Tazkia menyebutkan, kebahagiaan, kepuasan, dan rasa lega menyelimuti para mamah-mamah setelah tampil pada perhelatan 24 Jam Menari di Solo. Semula sebeum tampil ibu-ibu memang sempat gugup, terlebih panggung terlebih dahulu diisi penampilan para maestro dan penari profesional yang menampilkan tarian sakral dan klasik.
Di atas panggung, Hot Mamah Dance Club tampil dengan tiga lagu yang telah digubah secara modern dengan format remix, yaitu “Mobil Butut” ciptaan Abdul Syukur dan “Bohong Ah” ciptaan Wahyu Roche yang dipopulerkan oleh penyanyi legendaris Bungsu Bandung dan diaransemen ulang oleh grup DJ kenamaan Bandung, Feel Koplo. Satu lagu lainnya, “Jor Bae”, ciptaan Mother Bank, kelompok ibu-ibu Majalengka yang sudah digubah dengan format remix leh Y-DRA Koplotronika.
“Jor Bae yang berarti ‘TERSERAHLAH!’, menginspirasi Hot Mamah Dance Club untuk menciptakan koreografi dan gerak tubuh yang lekat dengan keseharian mamah-mamah. Karena sering kali, apa pun masalahnya, solusinya adalah ‘mamah lagi, mamah lagi’,” ungkap Tazkia melalui siaran pers yang diterima BandungBergerak.id.
Tazkia dan para mamah tak menyangka mendapatkan sambutan meriah ketika mereka naik ke atas panggung. Hadirin malam itu di antaranya teman-teman maupun alumni Sasikirana Dance Camp yang sudah tersebar di 29 provinsi se-Indonesia maupun Asia Tenggara. Pascatampil, kebahagiaan, kebanggaan dan rasa haru menyelimuti mereka.
“Speechless sih apa yang dirasakan. Mamah-mamah itu juga masih belum bisa move on dari itu saking membahagiakan dan lepas, gitu. Akhirnya ada yang keluar dari mamah-mamah itu, ‘aku berasa keren setelah tampil’,” cerita Tazkia kepada BandungBergerak melalui pesan suara WhatsApp, Senin, 13 Mei 2024.
Baca Juga: Pergolakan Seni dan Perubahan Sosial: Seni Rakyat dan Identitas Melawan Dominasi
Membangkitkan Gairah Seni Rupa pada Anak-anak Kota Bandung
Kiprah Orang-orang Muda Melestarikan Seni Reak dari Bandung Timur
Dari Gigs Pertama
Sasikirana Koreolab Dance yang didirikan pada 2015 adalah komunitas dari Bandung yang memfasilitasi ruang aman bagi seniman tari muda di Indonesia untuk bertukar pikiran, mengembangkan konsep seni, bereksperimen metode pelatihan, dan berkontribusi pada produksi pengetahuan dalam tari.
Hot Mamah Dance Club mulanya adalah sekelompok mamah-mamah yang tadinya ingin berolahraga sekaligus ingin belajar tari tradisional. Menemui kecocokan dengan Tazkia, kelompok mamah-mamah yang bukan berasal dari latar belakang tari ini pun kemudian mulai dilatih tari Jaipong setiap dua kali dalam seminggu.
“Hot Mamah Dance Club ini saya bawakan lagu pop Sunda yang cukup lucu, relate untuk mama, dan asyik untuk dijogetin gitu dan saya isi pakai tari jaipongan. Untuk mama kan porsinya yang gak terlalu sulit yang penting mereka bisa ngikutin dan happy aja,” terang Tazkia.
Setelah latihan demi latihan rutin yang dilakukan setiap Selasa dan Jumat, tawaran gigs pertama pun datang. Tawaran itu datang untuk tampil pada pembukaan Perhutana yang berkolaborasi dengan grup Mother Bank. Setelah tawaran pertama datang, tawaran-tawaran lain mulai berdatangan.
Keikutsertaan mamah-mamah pada peringatan Hari Tari Sedunia 2024 di Solo yang jatuh setiap 29 Juni sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Selain latihan rutin, pengurusan permohonan izin musik dilakukan.
“Kita persipkan sematang dan seniat mungkin. Prosesnya juga menyenangkan untuk mamah-mamah dan untuk saya sendiri. Pengalaman ini memang sangat luar biasa,” ungkapnya lagi.
Ada 20 mamah-mamah yang tampil merasa dan merasa bangga dengan karya yang mereka bawakan. Melihat dari kesuksesan dan kepuasan penampilan Hot Mamah Dance Club pada perhelatan 24 Jam Menari, Tazkia menyebutkan bahwa tarian tidak hanya bisa dinikmati oleh para penarinya, semua orang bisa menikmatinya.
“Turunkan ekspektasi kalian karena kami tidak lihai menari. Kami cuma pandai berbahagia dalam menari. Mau ikut bahagia? Mari menari bersama kami!,” demikian ungkap para Hot Mamah Dance Club di atas panggung.
Disiplin Pendokumentasian
Selain aktif dalam pengembangan seni tari, Sasikirana juga melakukan disiplin pendokumentasian. Kerja ini dilakukan sejak pandemi yang dinamai Dokumentari. Program ini dimaksudkan untuk merekam pemikiran, realita hidup, serta gagasan para perlaku tari di Indonesia dalam bentuk foto essay, life narrative, dan film documenter.
Dokumentari dilakukan dengan harapan menjadi ruang reflektif bagi para pelaku tari dalam memaknai perannya sebagai seorang individu atau sebagai masyarakat yang berkiprah dalam seni tari. Selain Dokumentari, Sasikirana tengah menjalankan program diskusi seni tari yang dinamai Bandung Dance Meeting (Badami) yang bekerja sama dengan Obah Dance Lab.
“Sekarang sedang on progress. Untuk Badami itu kita adakan setiap dua bulan sekali dan nanti akan ada di bulan Juni. Untuk dokumentari sedang berjalan. Dance Camp akan terselenggara di bulan Juli, open call akan segera dilakukan,” ungkap Tazkia.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Awla Rajul atau artikel-artikel lain tentang Seni