• Cerita
  • Membangkitkan Gairah Seni Rupa pada Anak-anak Kota Bandung

Membangkitkan Gairah Seni Rupa pada Anak-anak Kota Bandung

Pendiri Institut Drawing Bandung, Isa Perkasa, melihat semakin ke sini pelukis cilik di Bandung justru kian meredup. Maka, digelarlah pameran pelukis cilik di GPK.

Pameran Anak Indonesia Berani Kreatif di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Jalan Naripan 9, Kota Bandung, 24 - 30 Juli 2022. Pameran dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional ini menampilkan 80 lukisan dari 10 anak. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman30 Juli 2022


BandungBergerak.id - Sebelum belajar menulis dan membaca, setiap anak bisa dipastikan belajar menggambar terlebih dahulu. Entah berupa corat-coret maupun menggambar bentuk. Hanya saja bakat menggambar pada anakini kurang mendapat perhatian. Di Kota Bandung – yang konon kota kreatif – pun begitu. Masih jarang kegiatan yang khusus memfasilitasi atau mewadahi para pelukis cilik.

Hal itu bedampak pada rendahnya penggalian potensi anak, yang kemudian berdampak pula pada kurangnya apresiasi pada seni rupa. Padahal Bandung memiliki sejarah panjang seni rupa. Banyak pelukis yang kini sohor yang ternyata sudah menekuni seni rupa sejak sejak kanak-kanak, sebut saja Dadan Gandara dan Gilang Cempaka yang sudah terkenal sejak usia mereka masih 6 sampai 10 tahun.

Pendiri Institut Drawing Bandung (IDB), Isa Perkasa, melihat semakin ke sini pelukis cilik di Bandung justru kian meredup. Ia menduga fenomena ini karena kurangnya event yang dapat memfasilitasi kreativitas mereka.

Sejauh ini menurut Isa kegiatan seni untuk anak mandek di event perlombaan melukis dan mewarnai. Kegiatan sebatas event ini justru hanya akan menghambat kreativitas anak. Sistem kompetisi dalam event menggambar ini membuat anak-anak tidak bebas dalam berkreasi.

“Saya menduga saat ini pelukis cilik tidak terangkat dalam event seni rupa dalam pameran karena lebih banyak event seni rupa anak-anak berupa lomba melukis dan mewarnai yang cenderung pemenang lombanya menjadi seragam gayanya. Hal ini terjadi karena kursus menggambar yang diseragamkan dan digiring pada contoh pemenang lomba. Tentunya hal ini berdampak pada pelukis cilik yang semakin tenggelam dan tidak kreatif,” tutur Isa perkasa, Kamis (7/28/2022).

Sadar akan semakin meredupnya pelukis cilik di Kota Bandung, Isa Perkasa menggagas sebuah pameran yang bertajuk Anak Indonesia Berani Kreatif  yang digelar di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Jalan Naripan 9, Kota Bandung, pada 24 - 30 Juli 2022. Selain itu, pameran yang menampilkan 80 lukisan dari 10 anak yang terpilih sengaja digelar dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional.

Pameran Anak Indonesia Berani Kreatif juga diakui oleh Isa Perkasa sebagai riset Institut Drawing Bandung untuk menggiring kembali anak-anak merasakan atmosfer seni rupa di Kota Bandung, dan mewadahi para pelukis cilik yang sampai sejauh ini masih minimnya fasilitas dan event yang mewadahi anak-anak.

“Saya melihat di Kota Bandung ini sebenarnya banyak sekali anak-anak yang memiliki kemampuan di dalam seni rupa. Oleh karenanya dalam riset IDB yang pertama kita menampilkan 10 pelukis cilik dari sekian banyak pelukis cilik lainnya,” ucapnya.

Sementara bagi Andi Yudha sebagai kurator pameran Anak Indonesia Berani Kreatif, pameran lukis anak ini sebagai langkah yang baik untuk meningkatkan apresiasi dan pendidikan seni untuk anak di Kota Bandung.

Tidak mudah bagi Andi mengkurasi puluhan karya 10 anak yang akan dipajang di Gedung Pusat Kebudayaan. Sebab karya-karya mereka unik semua, tidak ada yang sama antara satu sama lain. Inilah yang menjadi keunikan yang harus dijaga, jangan sampai karya anak-anak itu menjadi dikotak-kotakan seperti yang sudah terjadi di beberapa tempat di Kota Bandung.

“Mengkurasi hasil karya anak-anak ini tidaklah mudah, karena karya yang mereka buat merupakan sebuah ekspresi bukan hanya sekedar untuk ikut dalam pameran saja,” ucap Andi Yudha.

Baca Juga: Srihadi, Pelukis Pembaharu Seni Rupa Indonesia telah Berpulang
Menggugat Redup Geliat Seni di Kota Bandung
Merawat Gedung Telantar Bioskop Dian dengan Seni Rupa

Pameran Anak Indonesia Berani Kreatif  di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Jalan Naripan 9, Kota Bandung, 24 - 30 Juli 2022. Pameran  dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional ini menampilkan 80 lukisan dari 10 anak. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Pameran Anak Indonesia Berani Kreatif di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK) Jalan Naripan 9, Kota Bandung, 24 - 30 Juli 2022. Pameran dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional ini menampilkan 80 lukisan dari 10 anak. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Menyoal Apresiasi dan Pendidikan Seni untuk Anak

Pendidikan seni saat ini terjebak pada hasil, bukan pada prosesnya. Seorang anak dalam menentukan karya yang baik akhirnya hanya berdasarkan pujian bahwa gambarnya terlihat bagus.

Sebaliknya, menurut Andi Yudha, dalam seni rupa ada proses kreatif yang tidak kalah menarik dan menantang.

Di sisi lain, sebagai orang yang aktif di dalam dunia literasi, Andi Yudha menilai bahwa pendidikan seni rupa untuk anak amat penting. Namun pada kenyataannya, pendidikan seni rupa di sekolah-sekolah masih menjadikan seni rupa sebatas pelajaran. Artinya selepas pelajaran seni rupa selesai, maka tidak ada pendidikan seni rupa lagi di luar sekolah.

Oleh karenanya ia setuju ketika Hari Menggambar Nasional ditetapkan pada 2 Mei yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Menurutnya, menggambar merupakan bagian dari pendidikan bukan hanya sebatas mata pelajaran. Faktanya, sebelum anak bisa menulis, membaca, dan menghitung, terlebih dahulu ia sudah biasa menggambar.

Dalam hal ini Andi Yudha mendorong para orangtua untuk terus memberikan dukungan kepada anak-anaknya untuk mengeluarkan seluruh potensi anaknya agar dapat terus berkarya dan menghasilkan karya kreatifnya.

“Orangtua itu semacam pupuk yang mendorong, memicu, dan memacu potensi-potensi yang si anak miliki agar dapat menghasilkan karya yang unik dan kreatif sehingga dapat muncul di permukaan,” ungkapnya.

Oleh karenanya pendidikan bukan hanya penting bagi anak saja, namun para orangtua juga mesti dibekali pendidikan agar potensi-potensi anaknya dapat keluar semaksimal mungkin. Hal ini dirasakan oleh salah satu orang tua anak yang punya potensi dalam menggambar, yaitu Mesa. Ia merasa anaknya kini tidak lagi seproduktif menggambar seperti dulu, kini ia lebih senang memainkan gawainya.

“Dulu memang suka banget menggambar, cuma seiring waktu tergerus gadget. Padahal saya sebagai orangtua memfasilitasinya, namun ia lebih seneng kalau main dengan gadget-nya. Tapi saya sebagai orang tua tahu kalau saya tidak boleh memaksanya juga. Jadi kami sebagai orangtua cukup kebingungan bagaimana memotivasinya kembali,” ucap Mesa.

Penggunaan gadget dewasa ini memang sulit dihindari, namun menurut Andi bukan berati tak bisa disiasati. Andi menyarankan Mesa bisa menggabungkan antara hobi dan potensi yang anaknya miliki. Apabila anaknya suka bermain game, maka jadikan karakter dari game tersebut sebagai objek menggambarnya. Fenomena tersebut terjadi juga pada salah satu peserta pameran di GPK.

Anak ibarat kertas kosong yang bisa diisi gambar apa pun. Maka dari itu, orangtua tentu memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi seni anaknya. Sehingga orang tua pun memerlukan pendidikan dan belajar dalam mendidik dan memfasilitasi anaknya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//